Setiap kita pasti
pernah jatuh cinta. Ada pendapat yang mengatakan, cara kita mencintai, membina
relasi hingga tipe dan karakter orang yang kita inginkan sebenarnya cermin dari
kondisi internal kita sendiri. Konon, sikap dan cara pandang kita mempengaruhi
gampang atau langkanya cinta untuk datang dalam hidup kita. Konon pula, cara
pandang tertentu bisa menyebabkan cinta susah menembus dinding hati kita. Meski
kita merindukan pasangan, tapi selalu hati kita tertutup dan tidak pernah
memberi kesempatan pada cinta untuk datang menyapa.
Jadi, bila ingin dan merindukan datangnya cinta, ubahlah cara pandang Anda, dan pada akhirnya, ubahlah culture internal kita sendiri. Benarkah? Setidaknya hal itulah yang diyakini dalam film Something New. Sebuah film yang dirilis tahun 2006 yang memdapat banyak review positif atas cerita yang disajikan berserta pemerannya.
Jadi, bila ingin dan merindukan datangnya cinta, ubahlah cara pandang Anda, dan pada akhirnya, ubahlah culture internal kita sendiri. Benarkah? Setidaknya hal itulah yang diyakini dalam film Something New. Sebuah film yang dirilis tahun 2006 yang memdapat banyak review positif atas cerita yang disajikan berserta pemerannya.
Kenya McQueen, wanita
muda yang karirnya cemerlang, berteman dengan sekelompok wanita muda lainnya
yang juga berkarir cemerlang. Golongan upper class warga kulit hitam di Amerika
Serikat. Hal yang membuat kelompok itu setara bukan sekedar soal karir cemerlang
dan pendidikan tinggi. Wanita-wanita ini juga sama-sama merindukan pasangan
namun juga nyaris pesimis apakah suatu hari mereka akan menikah. Pasalnya,
mereka berpegang pada statistic bahwa 42,4 persen perempuan kulit hitam tidak
menikah.
Para perempuan
well educated ini juga sibuk berpegang pada daftar lain soal pasangan. Harus
berpenghasilan lebih tinggi, dan beberapa syarat lain yang akhirnya mereka
sadar, mungkin perlu direview meski tidak mudah. Dan mereka “bersepakat” atas
perspektif baru. Let go, let flow. Dengan mantra baru tersebut, Kenya
menerima ajakan blind date diatur salah satu rekan kerjanya (Leah). Namun
mantra let go let flow ternyata tak mudah diwujudkan. Ketika akhirnya bertemu
dengan lelaki yang dikenalkan padanya (Brian), Kenya tak mampu menghilangkan
daftar syarat suami ideal. Pasalnya Brian kulit putih dan ini teak sesuai
dengan harapannya.
Singkat cerita,
Brian yang kebetulan designer taman akhirnya menggarap taman rumah yang baru
dibeli Kenya. Hubungan majikan pekerja dalam proyek taman mendekatkan keduanya
dan cinta berkembang. Sampai kemudian Kenya menyadari dirinya jatuh cinta
sekaligus tak mampu melepas “daftar” dalam pikirian.
Dalam kondisi ini datang lelaki lain yang tepat sesuai untuk menjadi pasangannya. Karir cemerlang, dan lebih penting lagi, sama-sama berkulit hitam (Mark). Kanye dan Brian berpisah, lalu hubungan Kenya dengan Mark berkembang.
Meski “sempurna” dan tepat sesuai “daftar syarat pasangan ideal”, Kenya tidak merasakan cinta kepada Mark. Hatinya tetap pada Brian. Film ini berakhir dengan happy ending. Kenya berani melepas daftar, let go, let flow, ikuti hati dan kemudian melangkah bersama Brian yang serba berbeda dengan “daftarnya”.
Yang membuat kisah ini lebih berbobot dari sekedar menceritakan dan percintaan lelaki dan perempuan adalah, situasi rasialias yang membangun “perisai besi” dalam dunia batin Kenya. Di kantor, Kenya yang cerdas namun berkulit hitam sempat diremehkan client dan justru asistennya yang lebih dipercaya hanya karena si asisten berkulit putih.
Dalam kondisi ini datang lelaki lain yang tepat sesuai untuk menjadi pasangannya. Karir cemerlang, dan lebih penting lagi, sama-sama berkulit hitam (Mark). Kanye dan Brian berpisah, lalu hubungan Kenya dengan Mark berkembang.
Meski “sempurna” dan tepat sesuai “daftar syarat pasangan ideal”, Kenya tidak merasakan cinta kepada Mark. Hatinya tetap pada Brian. Film ini berakhir dengan happy ending. Kenya berani melepas daftar, let go, let flow, ikuti hati dan kemudian melangkah bersama Brian yang serba berbeda dengan “daftarnya”.
Yang membuat kisah ini lebih berbobot dari sekedar menceritakan dan percintaan lelaki dan perempuan adalah, situasi rasialias yang membangun “perisai besi” dalam dunia batin Kenya. Di kantor, Kenya yang cerdas namun berkulit hitam sempat diremehkan client dan justru asistennya yang lebih dipercaya hanya karena si asisten berkulit putih.
Pada akhirnya,
jatuh cinta dan membina hubungan bisa mengungkapkan banyak hal dari diri kita
sendiri. Termasuk apakah kita menata ulang perspektif kita dalam memandang
hidup.
Sumber:
Tarbawi
0 comments:
Post a Comment