Saturday, January 30, 2016

Suksenya Lelaki ku



Dibalik setiap kesuksesan seorang laki-laki, pasti ada
sosok perempuan yang hebat. Pilihlah perempuan terbaik.
Karena dia yang mengingatkan dan menguatkan kita kaum
laki-laki. Dan kalau nanti dianugerahi anak, perempuanlah yang
menjadi Madrasatul Ula, sekolah pertama setiap anak manusia.

Lantas bagaimana bisa setiap perempuan menjadi guru yang baik.
Kan tidak semuanya berpendidikan baik?" Zaman ini banyak kita
temui yang menikah diusia belasan tahun, lalu punya anak sampai
lima orang. Sementara mereka tidak didukung kemampuan ekonomi
untuk menghidupi keluarga besar ini. Akibatnya rumah tanggaa kocar-kacir,
anak-anak tidak mendapatkan hak dan kesejahteraan yang seharusnya.

"Itulah salah kaprahnya beberapa kalangan, mereka siap untuk menikah,
siap untuk punya anak, tapi tidak disiapkan untuk membesarkan anak.
Apa gunanya punya anak banyak, tapi tidak dibesarkan untuk menjadi
manusia-manusia yang terbaik dan bermanfaat"

"Lantas bukankah banyak yang percaya bahwa banyak anak, banyak rezeki?"

Kalau orientasi selalu untuk mendapatkan keturunan yang banyak, maka yang
banyak itu tidak selalu berkualitas. Ada pepatah "Iza Katsura rakhusa" Kalau
banyak jadi murahan. Kasihan, anak-anak itu nanti malah tidak mendapatkan
pendidikan yang baik, sehingga jadi beban masyarakat. Kadang-kadang yang
diwariskan kepada anak-anak itu adalah kemiskinan dan kebodohan. Saya sedih
melihat umat menjelma menjadi buih yang banyak, tapi tidak berarti apa-apa. Banyak
secara jumlah, tapi hanya untuk menjadi kebanyakan saja. Yang kita cari adalah banyak
untuk bermakna"

Dalam hidup ada tiga orang terdekat. Orang tua, pasangan dan anak-anak. Semuanya
diberikan sebagai takdir. Kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan oleh ibu yang mana.
KIta juga tidak akan pernah bisa memilih mendapat anak yang seperti apa. Tapi kita
masih mungkin memilih pasangan kita. Walau jodoh ditangan Tuhan, tapi kita diberi kesempatan
untuk berupaya keras mendapat pasangan terbaik

Monday, January 18, 2016

Hujan...

Matahari diselimuti mendung
Bumipun diguyur hujan
Tetumbuhan merekah indah
Berburung bersiul indah
Suasanapun semakin syahdu

Irama hujan mengalun syahdu
Siulan burung begitu indah
Semuanya bersyukur
Atas nikmatNya hari ini

Ada tempat doa terkabul
Saat hujan mengguyur
Angkatlah tanganmu
Pintalah padaNya
Agar hari-harimu jadi indah


Latong, 18 Okt 2014 

Duka masa lalu

Ku tahu masa lalumu penuh duka
Tapi masa depanmu masih suci menanti
Ku tahu masa lalumu penuh nista
Namun masa depanmu menanti disana

Aku mencintaimu dengan imanku
Aku mencintai segala anugerah yang ada padamu
Aku mensyukuri apapun itu
Aku memilihmu karena engkau Takdirku



Latong, 15 Januari 2016

Usaha Mengejar surga

Tiada hamba yang sempurna
Tiada insan yang tak bernoda
Tiada manusia yang tak sempurna
Tiada pribadi yang paripurna

Tapi Tuhan selalu membuka
Pintu maafnya untuk kita
Jangan putus asa akan surgaNya
Tugas kita hanya berusaha

Serahkan padaNya apapun balasan kita
Biarkan saja manusia mencela
Asalkan Tuhan tahu niat kita
Jangan menyerah terus berusaha

Mengejar surga yang kekal selamanya


Latong, 13 Januari 2016

Puisi Lagi

Terpatri dan takkan terganti
Tercipta untuk saling melengkapi
Terlahir untuk menyempurnakan hidup
Adanya dirimu mewrnai hari-hariku

Belahan jiwa kaulah mentariku
Yang selalu menyinari
Hangatnya udara pagi
Indahnya warna pelangi

Hadirmu melengkapi ruang sunyi
Hadirmu menambah indahnya hari
Terimakasih atas semuanya
Keindahan warna-warnai pelangi
Dirona wajahmu dilelapnya tidurmu
Kaulah kejora malamku



latong, 6 April 2015

Tuesday, January 12, 2016

Rizqi Kita, Soal Rasa

various-types-of-fruit-slicesAku tahu, rizqiku takkan diambil orang, karenanya hatiku tenang..
Aku tahu, ‘amalku takkan dikerjakan orang, karenanya kusibuk berjuang..
-Hasan Al Bashri-

Pemberian uang yang sama-sama sepuluh juta, bisa jadi sangat berbeda rasa penerimaannya. Kadang ia ditentukan oleh bagaimana cara menghulurkannya.
Jika terada dalam amplop coklat yang rapi lagi wangi, dihulurkan dengan senyum yang harum dan sikap yang santun, betapa berbunga-bunga kita menyambutnya. Apatah lagi ditambah ucapan yang sopan dan lembut, “Maafkan sangat, hanya ini yang dapat kami sampaikan. Mohon diterima, dan semoga penuh manfaat di jalan kebaikan.”
Ah, pada yang begini, jangankan menerima, tak mengambilnya pun tetap nikmat rasanya. Semisal kita katakan, “Maafkan Tuan, moga berkenan memberikannya pada saudara saya yang lebih memerlukan.” Lalu kita tahu, ia sering berjawab, “Wah, jika demikian, kami akan siapkan yang lebih baik dan lebih berlimpah untuk Anda. Tapi mohon tunggu sejenak.”
Betapa berbeda rasa itu, dengan jumlah sepuluh juta yang berbentuk uang logam ratusan rupiah semuanya. Pula, ia dibungkus dengan karung sampah yang busuk baunya. Diberikan dengan cara dilempar ke muka, diiringi caci maki yang tak henti-henti. Betapa sakitnya. Betapa sedihnya. Sepuluh juta itu telah hilang rasa nikmatnya, sejak mula ia diterima.
Inilah di antara hakikat rizqi, bahwa ia bukan soal berapa. Sungguh ia adalah nikmat yang kita rasa. Sebab sesungguhnya, ia telah tertulis di langit, dan diterakan kembali oleh malaikat ketika ruh kita ditiupkan ke dalam janin di kandungan Ibunda. Telah tertulis, dan hendak diambil dari jalan manapun, hanya itulah yang menjadi jatah kita. Tetapi berbeda dalam soal rasa, karena berbeda cara menghulurkannya. Dan tak samanya cara memberikan, sering ditentukan bagaimana adab kita dalam menjemput dan menengadahkan tangan padaNya.
Rizqi memiliki tempat dan waktu bagi turunnya. Ia tak pernah terlambat, hanyasanya hadir di saat yang tepat.
“Janganlah kalian merasa bahwa rizqi kalian datangnya terlambat”, demikian sabda Rasulullah yang dibawakan oleh Imam ‘Abdur Razzaq, Ibnu Hibban, dan Al Hakim, “Karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba meninggal, hingga telah datang kepadanya rizqi terakhir yang ditetapkan untuknya. Maka tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rizqi, yaitu dengan  yang halal dan meninggalkan yang haram.”
Jika jodoh adalah bagian dari rizqi, boleh jadi berlaku pula kaidah yang sama. Sosok itu telah tertulis namanya. Tiada tertukar, dan tiada salah tanggal. Tetapi rasa kebersamaan, akan ditentukan oleh bagaimana adab dalam mengambilnya. Bagi mereka yang menjaga kesucian, terkaruniakanlah lapis-lapis keberkahan. Bagi mereka yang mencemarinya dengan hal-hal mendekati zina, ada kenikmatan yang kan hilang meski pintu taubat masih dibuka lapang-lapang. Sebab amat berbeda, yang dihulurkan penuh keridhaan, dibanding yang dilemparkan penuh kemurkaan.
Rizqi adalah ketetapan. Cara menjemputnya adalah ujian. Ujian yang menentukan rasa kehidupan. Di lapis-lapis keberkahan dalam setetes rizqi, ada perbincangan soal rasa. Sebab ialah yang paling terindra dalam hayat kita di dunia.
***
Di antara makna rizqi adalah segala yang keluar masuk bagi diri dengan anugrah manfaat sejati. Nikmat adalah rasa yang terindra dari sifat maslahatnya. Kasur yang empuk dapat dibeli, tapi tidur yang nyenyak adalah rizqi. Ia dapat saja terkarunia di alas koran yang lusuh, dan bukan di ranjang kencana yang teduh. Hidangan yang mahal dapat dipesan, tetapi lezatnya makan adalah rizqi. Ia dapat saja terkarunia di wadah daun pisang bersahaja, bukan di piring emas dan gelas berhias permata.
Atau bahkan, ada yang memandang seseorang tampak kaya raya, tapi sebenarnya Allah telah mulai membatasi rizqinya.
Ada yang bergaji 100 juta rupiah setiap bulannya, tapi tentu rizqinya tak sebanyak itu. Sebab ketika hendak meminum yang segar manis dan mengudap yang kue yang legit, segera dikatakan padanya, “Awas Pak, kadar gulanya!” Ketika hendak menikmati hidangan gurih dengan santan mlekoh dan dedagingan yang lembut, cepat-cepat diingatkan akannya, “Awas Pak, kolesterolnya!” Hatta ketika sup terasa hambar dan garam terlihat begitu menggoda, bergegaslah ada yang menegurnya, “Awas Pak, tekanan darahnya!”
Rasa nikmat itu telah dikurangi.
Lagi-lagi, ini soal rasa. Dan uang yang dia himpunkan dari kerja kerasnya, amat banyak angka nol di belakang bilangan utama, disimpan rapi di Bank yang sangat menjaga rahasia, jika dia mati esok pagi, jadi rizqi siapakah kiranya? Apa yang kita dapat dari kerja tangan kita sendiri dan kita genggam erat hari ini, amat mungkin bukan hak kita. Seperti hartawan yang mati meninggalkan simpanan bertimbun. Mungkin itu mengalir ke ahli warisnya, atau bahkan musuhnya. Allah tak kekurangan cara untuk mengantar apa yang telah ditetapkanNya pada siapa yang dikehendakiNya.
Rizqi sama sekali bukan yang tertulis sebagai angka gaji.
Seorang pemilik jejaring rumah makan dari sebuah kota besar Pulau Jawa, demikian cerita shahibul hikayat yang kami percaya, dengan penghasilan yang besarnya mencengangkan, punya kebiasaan yang sungguh lebih membuat terkesima. Sepanjang hidupnya, tak pernah dia bisa berbaring di kasur, apalagi ranjang berpegas. Dia hanya bisa beristirahat jika menggelar tikar di atas lantai dingin, tepat di depan pintu.
Rizqi sama sekali bukan soal apa yang sanggup dibeli.
Ada lagi kisah tentang seorang pemilik saham terbesar sebuah maskapai penerbangan yang terhitung raksasa di dunia. Armada pesawat yang dijalankan perusahaannya lebih dari 100 jumlahnya. Tetapi dia menderita hyperphobia, yakni rasa takut terhadap ketinggian. Seumur hidupnya, yang bersangkutan tak pernah berani naik pesawat.
Rizqi sama sekali bukan soal apa yang dikuasai.
Sebaliknya pula, ada seorang lelaki bersahaja yang tidak mampu membeli mobil sepanjang hidupnya. Tapi sungguh Allah telah menetapkan bahwa rizqinya adalah naik mobil ke mana-mana. Maka para tetangga selalu berkata bergiliran padanya, “Mas, tolong hari ini pakai mobil saya untuk kegiatannya ya. Saya senang kalau Mas yang pakai. Sungguh karenanya terasa ada berkah buat kami sekeluarga.” Dan pemilik mobil pergi bekerja ke kantornya dengan mengayuh sepeda. Sebab itulah yang disarankan dokter padanya.
Rizqi sama sekali bukan soal apa yang dimiliki.
***
Dzat Yang Mencipta kita, sekaligus menjamin rizqi bagi penghidupan kita, adalah Pemilik, Pemelihara, dan Pengatur segala urusan kita. Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala, tiada sekutu bagiNya. Maka bagaimana kiranya, jika anugrah dariNya justru kita gunakan untuk mendurhakaiNya? Maka apa jadinya, jika dengan karuniaNya kita malah tenggelam dalam maksiat dan dosa?
“Sesungguhnya seseorang dihalangi dari rizqinya”, demikian Rasulullah bersabda sebagaimana dicatat oleh Imam Ahmad, “Disebabkan dosa yang dilakukannya.”
Ada beberapa keterangan ‘ulama tentang dosa menghalangi rizqi ini, yang selaiknya kita simak. Pertama, bahwa memang yang bersangkutan terhalang dari rizqinya, hingga ke bentuk zhahir rizqi itu. Ini sebagaimana firman Allah tentang dakwah Nuh pada kaumnya.
“Maka aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampunan kepada Rabb kalian. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan di dalamnya sungai-sungai.” (QS Nuh [71]: 10-12)
“Maknanya”, demikian ditulis Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirul Quranil ‘Azhim, “Jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepada-Nya dan kalian senantiasa mentaatiNya, niscaya Dia akan membanyakkan rizqi kalian dan menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit.”
“Selain itu”, lanjut beliau, “Dia juga akan mengeluarkan untuk kalian berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, membanyakkan harta dan anak-anak kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya terdapat bermacam-macam buah untuk kalian, serta mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun itu untuk kalian.”
Jika bertaubat menjadikan berlimpahnya bentuk rizqi, maka berdosa berarti membatalkan semua itu. Ini pemahaman pembalikannya.
Keterangan yang kedua, bahwasanya yang dihalangi dari si pendosa adalah rasa nikmat yang dikaruniakan Allah dari berbagai bentuk rizqi tersebut. Rizqi tetap hadir, tapi rasa nikmatnya dicabut. Rizqi tetap turun, tapi rasa lezatnya dihilangkan. “Maka”, demikian menurut Imam An Nawawi, “Karena dosa yang menodai hatinya, hamba tersebut kehilangan kepekaan untuk menikmati rizqinya dan mensyukuri nikmatnya. Dan ini adalah musibah yang sangat besar.”
Hujjah bahwa semua bentuk rizqi itu tetap turun, ada dalam berbagai hadits Rasulillah. Ada yang sudah kita sebut, demikian pula yang berikut ini:
“Sesungguhnya Jibril mengilhamkan ke dalam hatiku”, demikian sabda Rasulullah dalam riwayat Imam Ath Thabrani dan Al Baihaqi, “Bahwa tidak ada satu pun jiwa yang meninggal kecuali telah sempurna rezekinya. maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezeki. Jangan sampai lambatnya rezeki menyeret kalian untuk mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah, karena apa yang ada pada sisi Allah tidak akan bisa diperoleh dengan bermaksiat kepada-Nya.”
“Apa yang ada di sisi Allah”, demikian lanjut Imam An Nawawi, “Adalah ridhaNya yang menjadikan rizqi itu ternikmati di dunia, berkah senantiasa, dan menjadi pahala di akhirat. Maka memang ia tak dapat diraih dengan kemaksiatan dan dosa.”
“Adapun ayat dalam Surah Nuh”, terusnya, “Khithab da’wahnya ditujukan kepada orang kafir, yang meskipun mereka mengingkari Allah dan menyekutukanNya, tapi Allah tidak memutus rizqi mereka secara mutlak. Akan tetapi, jika mereka beristighfar dan bertaubat, sesungguhnya karunia yang lebih besar pastilah Allah limpahkan.”
Menghimpun kedua catatan ini, amat jadi renungan sebuah kisah tentang Imam Hasan Al Bashri. Pada suatu hari, seorang lelaki datang kepada beliau. “Sesungguhnya aku”, ujarnya pada Tabi’in agung dari Bashrah itu, “Melakukan banyak dosa. Tapi ternyata rizqiku tetap lancar-lancar saja. Bahkan lebih banyak dari sebelumnya.”
Sang Imam tersenyum prihatin. Beliau lalu bertanya, “Apakah semalam engkauqiyamullail wahai Saudara?”
“Tidak”, jawabnya heran.
“Sesungguhnya jika Allah langsung menghukum semua makhluq yang berdosa dengan memutus rizqinya”, jelas Hasan Al Bashri, “Niscaya semua manusia di bumi ini sudah habis binasa. Sungguh dunia ini tak berharga di sisi Allah walau sehelai sayap nyamukpun, maka Allah tetap memberikan rizqi bahkan pada orang-orang yang kufur kepadaNya.”
“Adapun kita orang mukmin”, demikian sambung beliau, “Hukuman atas dosa adalah terputusnya kemesraan dengan Allah, Subhanahu wa Ta’ala.”
***
Lagi-lagi terrenungi, bahwa di lapis-lapis keberkahan, ini soal rasa. Semoga Allah melimpahkan rizqiNya kepada kita, dan menjaga kita dari bermaksiat padaNya. Dengan begitu, sempurnalah datangnya nikmat itu dengan kemampuan kita menikmati rasa lezatnya, lembutnya, dan harumnya. Di lapis-lapis keberkahan, soal rasa adalah terjaganya kita dari dosa-dosa.

sepenuh cinta, dinukil dari:
Lapis-Lapis Keberkahan, Setitis Rizqi

Terima kasih cinta..........

Tetaplah menjadi bidadari
Berseri sepanjang hari
Dalam mengarungi bahagia bersama
Menjemput restu dan ridhaNya

Membina mahligai surga didunia
Melukis pelangi menjemput Ridha Ilahi
Kau berseri bagai bunga ditaman
Berseri dan menebar wangi untukku sepanjang hari

Marilah bersama kita arungi
Meski tak sempurna inilah biduk cinta kita berdua
Meski sederhana ini adalah milik kita
Meski tak seperti istana namun inilah persembahanku
Untuk cintamu padaku

Meski ku tahu aku bukanlah laki-laki gagah nan rupawan
Namun kau rela menerimaku dengan kesempurnaan cinta
Meski ku tahu aku tak punya istana Kisra, singgahsana istana Persia
Namun ku tahu kau mencintaiku dengan sempurna

Terima kasih tak terhingga untuk bukti cintamu
Terima kasih untuk belaian mesra penuh ridha
Terima kasih tak terhingga untuk manja-manja yang menemaniku
Terima kasih cinta..........

Pelabuhan Hatiku

Hari itu aku merasa begitu bahagia
Telah ku putuskan bahwa engkaulah
Anugerah Tuhanku Bidadari dalam wujud sempurna
Mendampingimu menjadi suami

Telah berakhir pencarianku
Akan sosok wanita pelengkap hidupku
Bahwa ternyata Tuhan takdirkan engkau
Melengkapi Tulang rusukku

Engkau mungkin bukan wanita sempurna
Tapi aku tahu bahwa ciptaan Tuhan tak ada yang sia-sia
Bahwa dalam kesederhanaanmu engkau adalah ciptaan yang sempurna
Bahwa dalam kelembutanmu ada kekuatan cinta yang menyatukan kita

Terima kasih, untukmu
Yang telah menemaniku mengarungi bahtera ini
Terima kasih untukmu
Yang telah melengkapi separuh jiwaku

Tuhan kekalkan ikatan kami
Tuhan berkahi perjuangan kami
Tuhan jangan biarkan dia dalam kesedihan
Tuhan jangan biarkan dia kekurangan

Terima kasih dinda
Atas kesetiaanmu selama ini
Terima kasih dinda
Untuk pelayanan mu yang penuh cinta


Sepenuh jiwa aku mencintaimu

Sunday, January 10, 2016

Karena Cinta adalah Memberi

Menurut kamu apa artinya cinta?” lalu sang
kekasih menjawab, “kasih sayang!” “oh,
itu sinonim” “jadi apa dong?” “Cinta itu memberi”
“Ya, benar, kalau namanya
cinta, harus berkorban,” si kekasih membenarkan.
Tak bisa satu memberi dan satu lagi memanfaatkan.
Dengan kata lain, masing-masing sadar akan hak dan
kewajibannya. Bila sudah tidak sadar akan hak dan
kewajibannya, maka tak ada lagi cinta.
Dalam kamus bahasa Inggris, “to take” berarti mengambil.
Sedangkan “to give” berarti memberi. Jadi “take and give” ini
berarti mengambil dan memberi.
Konsep “take and give” ini berkonotasi mengambil dulu baru memberi.
Sepereti ini, kita tidak akan memberikan apapun jika kita belum menerima
sesuatu. Konsep barat ini mengajarkan tidak akan membantu orang jika itu tidak
mendatangkan keuntungan apapun. Memberi dengan melihat-lihat dahulu,
menguntungkan atau tidak.
Take and Give menihilkan ikhlas. Mau shalat asalkan.... Mau infaq asalkan.... Mau
apapun asal ada yang didapat lebih besar dari apa yang dia beri.
Tapi Konsep itu terlanjur menyebar. Padahal ada istilah lain yang lebih mendidik,
konsep ini adalah “Give and Receive (memberi dan menerima). Kaitannya dengan
hukum sebab akibat (law of attraction), sangat relevan, jika ‘give’ adalah sebab maka
‘receive adalah sebuah akibat. If you want to ‘give’ first! artinya sama persis “jika ingin
mendapatkan hak-hakmu maka tunaikan kewajiban dulu.
Jika ingin pintar ya belajar dulu, ingin uang ya usaha, ingin dihargai, ya peduli sama
orang lain, ingin anak shalih-shalihah, si orangtua harus memberikan teladan dulu. Ingin
disayang istri, harus memberikan cinta dan kasih sayang tulus kepada istri.
Selalu dan selalu, setiap anda berbuat akan ada akibatnya. Balasan itu tak selalu berupa
fisik. Bisa kasih sayang, sikap respect atau simpati. Semua balasan itu membuat anda
bahagia. Lalu apa jaminannya jika sudah memberi pasti akan menerima?
“Dan barang siapa yang mengerhajakan kebaikan seberat biji dzarah niscaya dia akan
menerima pahalanya, dan barang siapa yang mengerjakan keburukan seberat biji
dzarah niscaya dia akan menerima balsannya (QS. A-Zalzalah: 7-8).

One Heart

Hati manusia sungguh ajaib, dengan mata hatinya,
manusia mampu melihat jauh kedalam. Apalagi kalau hubungannya
dengan Allah terpelihara baik, batinnya
akan mampu melihat seterang bulan purnama.
Seorang ibu, akan mampu membaca prilaku anaknya,
atasan memperlakukan bawahan dengan sesuai.
Seorang guru, ustad/kiyai akan mampu melihat gerakgerik
santrinya, sehingga menggarahkan agar tak sesat.
Begitupun suami istri, karena telah berjima’ maka mereka
seperti satu tubuh. Kaki tersandung, mulutpun berteriak, aduh!
jadi, dalam rumah tangga keterbukaan menjadi penting. Begitupun
sebaliknya. Jadi untuk apa berbohong?.
Seorang dai, berdakwah dari hati, maka berbicara dari hati akan sampai pada
hati. Maksudnya, juru dakwah ini pernah mengamalkan apa yang dibicarakan,
maka jamaahpun ikut merasakan.
Bagaimana mungkin menerangkan nikmatnya puasa senin-kamis kalau ternyata kita
tidak melakukannya sendiri.
Dan orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong
bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah
yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan
RasulNya. Mereka itu akan diberikan rahmat oleh Allah;Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS: At-Taubah [9]: 71).
Dr. Abdullah Nasih Ulwan mengatakan “Ukhuwah merupakan kekuatan iman yang
melahirkan perasaan kasih sayang mendalam, cinta, penghormatan dan rasa saling
tsiqoh, terhadap seluruh insan yang memiliki cahaya keimanan dan ketaqwaan....”
“Marilah kita pengang teguh pada ukhuwah yang niscaya tidak akan sirna sekalipun
dunia ini akan hancur, hari-hari akan hilang dan berlalu namun ukhuwah tetap kekal
sepanjang masa. Hendaklah kita terus memelihara dan berambisi untuk menunaikan
hak-hak ukhuwah ini, merasakan nilai-nilainya, menjaga wirid Rabithah setiap hari.
Semoga Allah tetap bersama kalian dan tidak menyia-nyiakan perbuatan kalian”,
demikianlah Syeikh Mahdi Akif Mursyid Am Ikhwanul Muslimin dalam sebuah
nasihatnya.

Sekat

Setiap Kajian keislaman, referensinya adalah Al
Qur’an, untuk mendapatkan kepastian dengan
kebijakan Allah swt. Yakin itulah jalan untuk mencapai kebahagiaan.
Namun antara makhluk dengan sang khaliq dan ketetapanNya terdapat hijab-hijab
yang harus terus ditembus. Seperti ke sekolah
melalui proses tes agar terus naik kelas.
Setiap pribadi terus berupaya sekuat tenaga agar sekat
tersebut terus dibuka oleh Allah Swt. Syeikh
Muhammad Amin Al Kurdi dalam kitab Tanwirul Qulub meyakinkan keutamaan
menghadiri majelis ulama akhirat, seandainya ganjaran pahala (keutamaan) duduk di
majelis ulama diperlihatkan kepada semua manusia maka manusia itu akan saling
membunuh.
Lihat saja orang yang memperebutkan angpau atau antrian zakat. Lihat para
penggemar Band yang berdesakan membeli tiket. Mereka rela antri berjam-jam,
bahkan ada yang menginap untuk mendapatkan tempat terdepan. Mereka selakmenyelak,
hingga ada yang pingsan atau bahkan mati terinjak atau kehabisan oksigen.
Karena sangat yakin dengan apa yang akan mereka dapatkan.
Bagaimana jika disingkapkan ganjaran pahala duduk dimajelis yang nilainya tidak bisa
dibandingkan dengan angpau tadi? Subhanallah.
Hijab batin seperti karat katarak yang menutupi mata hati. Kebodohan, hasad dan
keburukan hati lainnya merupakan hijab ruhaniyah merupakan bentuk hijab batin.
Inilah yang menyebabkan Kemuliaan dan KeagunganNya tidak terungkap oleh
manusia. Kesat hati membuat sekat semakin menebal.
Jika tersingkap tirai, maka orang akan tergiur. Akan total merebutnya, sebagaimana
para sahabat Ra terhadap figur Muhammad saw. Setiap seruannya direspon dengan,
sebab hijab kerohanian para sahabat semakin tipis. Taat bukan karena terpaksa, tapi
karena ridha.
Dalam tarikh Islam disebutkan bahwa Abu Sofyan sebelum masuk Islam ia bertemu
dengan Kaisar Romawi, “Apakah engkau kenal dengan yang namanya Muhammad!”
Abu Sofyan menjawab “Itu saudaraku!” (Pertanyaan demi pertanyaan dijawab oleh
Abu Sofyan, semua ini disebutkan dalam Shahih Bukhari). Hingga Kaisar bertanya
kepadanya “Bagaimana sikap pengikutnya kepada Muhammad?” Abu Sofyan
menjawab “Aku belum pernah melihat suku atau kabilah yang pengikutnya memiliki
ketaatan, kecintaan, kesetiaan (loyalitas) habis-habisan kepada majikannya seperti
apa yang diperlihatkan pengikutnya kepada Muhammad!” Abu Sofyan saat itu adalah
musuh Islam, tapi jujur apa adanya mengungkapkan fakta.

Sunday, January 3, 2016

Surga Qudwah

Sesungguhnya Allah menetapkan Rasulullah sebagai qudwah hasanah
bukan sekadar untuk dibanggakan, dikagumi, direnungkan atau dijadikan stempel pembenaran belaka.
Namun qudwah adalah untuk dikaji, dipelajari, dipahami, diikuti dan
diterapkan dalam setiap diri yang bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah.
Qudwah adalah keteladanan yang aktif menggerakkan jiwa, menjadi inspirasi,
menjadi prinsip dalam dakwa, aplikatif dalam tarbiyah.
Dakwah akan aktif bila nyala qudwah yang nyata didalamnya.
Dakwah bukan kumpulan teori atau rumusan materi basi, namun ia adalah cahaya
yang menerangi jalan, tongkat yang menunjuki dan ruh qudwah yang menghidupkan

Kita bisa melihat, sejengkel apapun para sahabat, ketika sang Nabi telah memberikan
contoh teladan, mereka pun tergerak hati, berebut momentum untuk menjadi yang
terdepan dalam kebaikan. Disinilah, saudaraku, kita belajar pentingnya membangun
surga qudwah di jalan dakwah. 


Gerimis

UJAN lebat dimulai dari gerimis. Dua pertiga dari bumi kita ini mengandung air dan
Hsisanya adalah daratan. Air itu tersimpan dalam banyak wadah seperti samudera, lautan, sungai, danau sampai ke bak mandi. Tubuh kita juga mengandung banyak air. Air yang
ada di berbagai wadah tersebut akan mengalami penguapan atau evaporasi dengan bantuan
matahari. Termasuk juga air yang ada di daun tumbuhan ataupun permukaan tanah. Proses
penguapan air dari tumbuh-tumbuhan itu dinamakan transpirasi.
Kemudian uap-uap air itu akan mengalami proses kondensasi atau pemadatan yang akhirnya
akan menjadi awan. Awan-awan itu akan bergerak ketempat yang berbeda dengan bantuan
hembusan angin baik secara vertikal maupun horizontal. Gerakan angin tersebut menyebabkan
awan bergumpal. Gerakan angin tersebut menyebabkan gumpalan awan semakin membesar dan
saling bertindih-tindih.
Akhirnya gumpalan awan berhasil mencapai atmosfir yang bersuhu lebih dingin. Di sinilah butiranbutiran
air dan es mulai terbentuk. Lama-kelamaan angin tidak dapat lagi menopang beratnya
awan dan akhirnya awan yang sudah berisi air ini mengalami presipitasi atau proses jatuhnya
hujan air, hujan es dan sebagainya kebumi. Seperti itulah proses terjadinya hujan.
Jadi hakikatnya hujan adalah akibat dari sebuah proses. Segala sesuatu di alam ini berproses
atau ada sebabnya dan saling mempengaruhi.
Almarhum Syaikhuttarbiyah Rahmat Abdulla, dalam sebuah kesempatan pernah menasehati
“Bila dirumahmu banyak tikus atau bocor, periksalah shalat malam antum!” Awalnya juga bingung,
mengaitkannya. Tapi kalau tikus atau bocor itu dikaitikan dengan kejorokan atau sifat malas
(negatif) lainnya tentulah kita baru ngeh dengan nasehat itu.
Jadi kalau ingin Tahajud nanti malam, mulailah dengan niat sejak bangun pagi. Makanlah dengan
makanan yang halal dan thayyiban. Istirahat yang cukup dengan menyempatkan istirahat siang.
Jagalah terus niat itu dengan senantiasa berzikir. Karena tidak mungkin orang yang siangnya
bermaksiat malamnya akan merasakan nikmatnya bangun malam (tahajud).
Jadi sedia payung sebelum hujan. Siapa yang waspada ketika gerimis, dia akan terhindar dari
hujan lebat. Siapa yang menabur angin dia akan menuai badai.
??

Komentar anda