Saturday, September 28, 2013

Yang Terpuji, Yang Teruji

“Aku ingin agar dia dipuji, di langit dan di bumi.”
Begitu ‘Abdul Muthalib berkata sembari menimang sang bayi yang berwajah cahaya. Senyumnya bangga, rautnya gembira, air mukanya renjana. Dengan teguh dijawabnya para tetua Quraisy yang tadi menggugat, “Mengapa kauberi nama dia Muhammad; nama yang tak pernah digunakan oleh para leluhur kita yang hebat?”
Dan Muhammad senantiasa terpuji, hingga para pembencinya tak mampu mencaci. Ibn Ishaq meriwayatkan dalam Sirah-nya; bahwa setelah turun Surah Al Lahab yang menyebut Ummu Jamil sebagai ‘wanita pembawa kayu bakar, yang di lehernya ada tali dari sabut’, perempuan itupun mencari-cari Kanjeng Nabi.
Di salah satu sudut Masjidil Haram, diapun berjumpa Abu Bakr Ash Shiddiq. Maka segera dia menghardik, “Di mana sahabatmu itu hai putra Abu Quhafah? Dia pikir hanya dia yang sanggup bersyair hah? Sungguh akupun pandai menyusun sajak tuk membuatnya susah!” Lalu diapun mulai mendaras gubahannya.
Mudzammam ‘si tercela’ kami abaikan
Agamanya kami benci bersangatan
Perintahnya kami tentang sekalian
Bakdanya, wanita keji yang hobi menabur duri di laluan Baginda Nabi ini bersungut-sungut pergi. Maka Ash Shiddiq pun menoleh dengan wajah pias-pias terkesima pada sosok yang ada di sebelahnya. “Apakah dia tak melihat engkau Ya RasulaLlah? Dia datang dan menanyakanmu, lalu mencaci maki seakan kau tak di sini; padahal di sisiku paduka berdiri?”
Senyum tersungging di bibir mulia, lalu lisan Al Mushthafa memekarkan sabda, “Allah mentabiri pandangannya  dari diriku duhai Aba Bakr.” Abu Bakr mengangguk, iman di dadanya kian berduduk, jiwa dan raganya sempurna tunduk.
“Tidakkah kau perhatikan bagaimana Allah menjaga diri dan namaku hai Aba Bakr?”, ujar Sang Nabi dengan renyah, “Mereka menghina dan menista Mudzammam, padahal aku adalah Muhammad.”
Betapa dahsyat nama Muhammad. Hingga yang hendak menjelekkannya pun tak bisa tidak harus memuji jika menyebut asmanya. Atau jika membalik namanya dari Muhammad ‘si terpuji’ pada Mudzammam ‘si tercela’, menjadi salah-sasaranlah cercaannya.
Tetapi orang terpuji tidaklah terlepas dari uji. Maka Al Amin, yang tepercaya, yang menjunjung kejujuran sebagai permata hidupnya akan terhenyak ketika pada suatu hari dia digrambyang, “Dusta kau hai Muhammad!”
Mari bayangkan 40 tahun hidup yang bersih tanpa cacat; semua orang berkata padanya, “Benarlah kau duhai Muhammad! Janjimu tepat! Kau tunaikan amanat!” Lalu ketika kebenaran samawi bahwa tiada Ilah selain Rabb mereka dipikulkan ke pundaknya, tiba-tiba semua berkata, “Engkau dusta!”
Semua kan diuji atas hal yang paling dijunjung tinggi hati. Ibrahim pada cintanya hingga penyembelihan putra, Maryam pada kesuciannya hingga hamil tanpa sentuhan pria, Muhammad pada kejujurannya hingga dituduh berdusta. Shalawat bagi mereka yang telah lulus sempurna. Bagaimana dengan kita?
sepenuh cinta
salim a. fillah

Friday, September 20, 2013

5 Kiat Praktis dalam PUBLIC SPEAKING




Berikut, 5 tips dasar untuk Anda dalam praktek public speaking :
Berbicara di depan publik, atau sering dikenal dengan public speaking, adalah seni berbicara di depan umum secara runtut dan terencana dengan maksud dan tujuan tertentu. Anda dapat mempengaruhi banyak orang dengan seni ini, jika Anda dapat menguasai teknik-tekniknya serta dapat menyampaikan pesan yang Anda maksud dengan baik. Public speaking juga merupakan sebuah soft skill dan senjata ampuh dari seorang pemimpin. ketrampilan ini dapat diasah dan dipertajam dengan banyak berlatih. Banyak berlatih, akan membuat kita makin mahir.
Di kehidupan sehari-hari, seringkali orang masih merasa tidak percaya diri dan kaku jika harus berbicara di depan umum.

1. Rencanakan Apa yang Akan Anda Katakan
Do : Tentukan tujuan dari public speaking Anda. Apakah untuk mengenang sesuatu, mempengaruhi pendapat, atau memberikan semangat? Atur dengan baik ucapan-ucapan Anda, dengan tetap fokus pada pesan dan tujuan utama. Lakukan persiapan agar public speaking yang Anda berikan dapat sesuai dengan waktu yang disediakan. Termasuk waktu yang dibutuhkan untuk tanya-jawab dengan audiens. Berlatihlah dengan stopwatch jika perlu.
Don’t : Sebuah studi menunjukkan bahwa audiens dapat mengingat hanya tiga atau empat hal yang ada dalam pembicaraan. Jangan memasukkan topik sampingan atau detail yang sulit dimengerti secara berlebihan, atau justru terlalu banyak poin penting, yang hanya akan mengalihkan perhatian audiens dari pesan utama yang hendak Anda sampaikan. Jangan terus-menerus berfokus untuk menjadi public speaker yang hebat, karena jauh lebih penting bagaimana pesan Anda diterima dengan baik oleh audiens.

2. Kenali Dasar-dasar Public Speaking
Do : Tunjukkan energi dan antusiasme Anda. Jika Anda tidak bersemangat dengan topik yang Anda bicarakan,
jangan harap audiens merasa sebaliknya. Tatap audiens, atur posisi badan tetap menghadap audiens, ‘kuasai’
audiens dalam topik Anda. Atur intonasi dan volume suara, hingga pengucapan Anda terdengar jelas oleh
seluruh audiens, bahkan untuk yang di baris belakang.
Don’t : Jangan gelisah dan gugup di depan audiens Anda. Jangan melakukan gerakan/isyarat tubuh yang berlebihan. Jangan masukkan tangan Anda dalam saku, atau mengaitkan ibu jari Anda di bawah ikat pinggang, ataupun berdiri dengan posisi dimana postur tubuh Anda tidak terlihat tegap dan seimbang. Jika posisi Anda duduk, hindari sikap bersandar penuh atau justru membungkuk bertopang siku pada lutut. Sikap-sikap ini menunjukkan rasa tidak percaya diri.

3. Kata-kata, Frasa dan lain-lain
Do : Berikan definisi secara jelas untuk kata atau istilah yang mungkin tidak akrab di telinga audiens. Gunakan istilah asing, hanya jika diperlukan atau jika tidak ada padanan yang tepat dalam bahasa lokal audiens. Gunakan contoh, dan pilih kalimat yang paling mudah dimengerti, dipahami dan diingat. Ungkapan “Seluas 6400 meter persegi”, bisa jadi lebih rumit dibayangkan ketimbang pilihan kalimat “Seluas lapangan bola”. Don’t : Jangan memulai kalimat dengan “jadi”, dan jangan mengakhirinya dengan “benar?” atau “oke?”. Jangan memperkenalkan topik Anda dengan permintaan maaf : “Ini akan cepat, kok”, atau “Saya tidak akan lama”, atau kata-kata serupa. Pembukaan itu sama seperti : “ini tidak benarbenar penting atau relevan, tetapi bagaimanapun saya tetap akan menyampaikannya kepada Anda.” Hati-hati dengan ungkapan yang bisa bermakna negatif, misalnya terkait dengan agama, budaya, nama besar seseorang, dan lain-lain. Hati-hati pula dengan penyampaian data yang kurang valid.

4. Laser Pointer
Do : Gunakan laser pointer untuk mengarahkan secara langsung perhatian penonton pada bagian gambar atau
grafik yang Anda maksud, ketika bagian itu tampak tidak jelas bagi audiens. Letakkan laser pointer Anda ketika tidak Anda gunakan.
Don’t : Jangan sapukan laser pointer Anda ke seluruh layar saat Anda berbicara. Anda bisa membuat audiens Anda sakit kepala ketika mereka berusaha mengikuti gerakan laser pointer Anda. Jangan menggunakan laser pointer untuk menunjuk teks. Audiens Anda mampu membaca seperti Anda.

5. Pertanyaan
Do : Jawablah pertanyaan dengan ringkas dan sesingkat mungkin. Ingat, mungkin hanya ada satu orang diantara audiens yang tertarik dengan jawaban spesifik. Namun jika Anda tak menguasai jawabannya, ingat bahwa mengatakan “saya tidak tahu” adalah lebih baik. Anda juga tidak perlu memberikan penjelasan lima menit mengapa Anda tidak tahu. Jika Anda sedang dalam upaya mencari tahu jawabannya, katakan saja, bahwa Anda akan berusaha mencari tau jawabannya.
Don’t : Jangan gunakan sesi tanya-jawab sebagai dalih Anda menyingkat yang ingin disampaikan dengan menunjukkan slide-slide yang dibuang untuk memenuhi batas waktu yang diberikan kepada Anda. Jangan “mengaduk-aduk” slide Anda untuk menjawab pertanyaan. Jangan lakukan “percakapan privat” dengan seorang penanya. Pastikan semua audiens tahu apa pertanyaannya (ulangi jika perlu) dan dapat mendengar dan mengerti apa jawabannya.

(Diolah dari berbagai sumber)


Tips Personal Branding di Social Media

A
pakah Anda mencintai orang lain? Pertanyaan mudah yang tentu tidak akan menyulitkan Anda. Apakah Anda mencintai diri sendiri? Nah, pertanyaan ini yang menarik. Mencintai diri sendiri bukan berarti kita menjadi orang yang “sombong bin takabur”. Mencintai diri sendiri malah lebih cenderung kepada mensyukuri apa yang Allah berikan kepada diri kita. Dalam ilmu psikologi populer, mencintai diri sendiri berarti kita memiliki citra diri (personal branding) yang positif. “You are what you think”. Pepatah ini maksudnya adalah jika kita memiliki citra diri positif, maka kita akan mengalami berbagai macam hal positif sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Citra diri yang positif dengan daya magisnya akan membangun ke-percayaan diri, meningkatkan daya juang, serta membawa perubahan positif. Pada awal tahun 2013, tiga per empat dari penduduk Indonesia sudah menggunakan internet dan menikmati manfaat media sosial (social media). Bulan Januari 2013, ada 45 juta pengguna internet di Indonesia, dan itu belum termasuk mereka yang menggunakan media sosial. Salah satu manfaat sosial media sendiri adalah membantu menyalurkan informasi dengan cepat. Bahkan, media sosial menjadi satu-satunya sarana dimana suatu grup tertentu dapat membantu content Anda melesat dengan cepat. Setelah kita menyadari pentingnya memiliki citra diri positif beserta manfaat sosial media, tentunya kita juga ingin tahu bagaimana membangun citra diri positif di jaringan sosial media. Berikut ini tips-tips dasar yang patut Anda coba :

1 . Ubiquitous :
Ciptakan Channel Sosial Media Anda
Kata ‘Ubiquitous’ menurut kamus Merriam-Webster bisa diartikan sebagai ‘berada di berbagai tempat dalam waktu yang sama’. Ada beberapa channel media sosial yang efektif dalam pengembangan dan mempromosikan “merek” Anda, sesuai dengan konten dan cara pendekatannya. Seperti Youtube untuk video Anda, dan Flickr untuk gambar Anda, Slideshare untuk presentasi Anda, dan Twitter untuk komunikasi, keakraban, dan mempromosikan konten Anda secara global, sementara LinkedIn untuk kesempatan mengekspansi jaringan perusahaan Anda, dan tentu saja Facebook, untuk ‘ekspansi sosial’ Anda.

2. Bersosialisasi
Kelola Channel Sosial Media Anda Secara Efektif
Setelah Anda memiliki beberapa channel media sosial yang Anda butuhkan, langkah selanjutnya yang perlu Anda lakukan adalah mengelola dan mengoptimalkannya. Aplikasi multi-akun seperti tweetdeck dan hootsuite mungkin dapat membantu Anda.

3. Menjadi Publisher
Karya tulis, Video, Foto, Bagikan, Berikan
Dokumentasikanlah pengalaman menarik Anda! Apakah itu dengan foto, video atau berupa tulisan. Kemas secara menarik dan bagikan ke channel-channel sosial media Anda. Dengan kata lain, jadilah seorang penerbit (publisher)!

4. Menjadi Luar Biasa
Sebagian besar dari kita ingin bermain aman dan tetap berpegang pada apa yang kita tahu. Namun ini tidak akan menciptakan sebuah pengalaman yang menarik untuk dibincangkan, atau cerita yang seru untuk dibagikan. Berpikirlah secara ‘out of the box’ dan ciptakan kreatifitas Anda!

5. Be Yourself
Tantangan bagi kebanyakan dari kita adalah menemukan cara yang tepat untuk menunjukkan diri kita yang sebenar-benarnya. Media sosial menyediakan platform yang berbeda, yang memungkinkan Anda untuk menemukan “Anda”. Beberapa dari kita mungkin bersinar melalui fotografi (Flickr), orang lain lainnya mungkin dengan kata-kata mereka dan beberapa bahkan dengan video online mereka, misalnya. Jadi, ada banyak cara untuk mengembangkan dan menguatkan citra diri Anda dengan channel sosial media yang sesuai dengan kepribadian Anda.

Nah pembaca budiman, siapkah Anda

membangun citra diri melalui sosial media?

Thursday, September 12, 2013

Sosok dan Perubahan

“Dan aku adalah kesempurnaan nikmat Allah, atas orang-orang beriman!”
Ungkapan Nabi ShallaLlahu ‘Alaihi wa Sallam ini adalah akhir rangkaian sabda dalam menjawab tanya para sahabat tentang diri beliau yang direkam Ibn Ishaq di dalam Sirah-nya. Ialah penegas bagi kita; betapa kehadiran sang pembawa kabar gembira, pemberi peringatan, penyeru ke jalan Allah dengan izinNya, dan pelita yang mencahayai ini; sungguh adalah karunia teragung bagi insan yang di dalam dadanya ada kerlip iman yang nyata.
“..Dan agar Aku sempurnakan nikmatKu atas kalian, dan supaya kalian bersyukur. Sebagaimana telah Kami bangkitkan di dalam kalian seorang Rasul dari diri-diri kalian; dia membacakan ayat-ayat Kami atas kalian, mensucikan kalian, mengajarkan Al Kitab dan Al Hikmah pada kalian, dan mengajari kalian apa-apa yang belum kalian ketahui.” (QS Al Baqarah [2]: 150-151)
Dialah kesempurnaan nikmat; sebab dengan kehadirannya ‘amal shalih tersyukuri, khilaf salah terperingatkan, kebajikan menderu-deru, dan gulita tersinari. Dengan terutusnya; yang berbuat baik tersenyum yakin, yang berbuat jahat tercekam insyaf, yang menuju Allah tertunjuki jalan, dan yang terjebak kelam terfajarkan. “Dan hubungan kita dengan RasuliLlah”, tulis Imam Ibn Katsir dalam Tafsir-nya, “Adalah hubungan jiwa. Sebagaimana firman Allah ini; min anfusikum.”
Lalu dalam kemesraan ruhani itu, dia sambungkan langit dan bumi; dia bacakan Kalam Ilahi, dia sucikan para hati, dan dia ajarkan segala makna serta manfaat nyata. Dari senyumnya, ucapannya, lakunya, dan persetujuannya; dibangun sebuah masyarakat cinta. Maka sejak “Iqra’” digemakan di bukit cahaya; bangsa penggembala kambing bertelanjang kaki yang tak pernah dilirik peradaban itu bangkit menjadi guru semesta; mengajarkan kesucian, keadilan, kebajikan, dan keluhuran sejati.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum dengan tiba-tiba. Tetapi Dia melakukannya dengan mengutus orang-orang terpilih untuk menjadi kecipak awal perubahan yang nantinya memusar dan membadai. Maka sebagaimana kita syukuri kehadiran Sang Nabi, layak pula kita sambut para berilmu, para beramal, dan para berikhlas yang Allah hadirkan di tengah lingkungan kita. Boleh jadi, mereka adalah hadiah Allah untuk mengentas kita dari remang menuju gemilang.
Lalu pada sosok-sosok perubahan itu; beri mereka peran meski masih malu-malu, ta’zhimi ilmunya selama masih merasa bodoh, dan jaga keikhlasannya dengan cara yang dituntunkan.
Maka berbahagialah sebuah negeri yang Allah tumbuhkan di dalamnya banyak ‘ulama. Mungkin bukan yang masyhur bertampil-tampil, mungkin bukan yang berceramah di sana-sini. Mungkin mereka justru yang takut terkenal, bersahaja lagi tekun mendidik ummat di pelosok dengan ilmu yang amaliah dan doa-doa berderai air mata. Mereka adalah tanda cinta dan kasih Allah bagi sebuah bangsa.
Mari kita berlindung pada Allah dari keadaan sebaliknya; ketika ilmu dicabut, cahaya dihapus, dan kebaikan berangsur pergi. Telah dimufakati keshahihan oleh Imam Al Bukhari dan Imam Muslim, bahwa RasuluLlah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu ini dengan sekonyong-konyong dari para hambaNya. Tetapi hanyasanya Allah mencabut ilmu ini dengan mematikan para ‘ulama.”
Ya Rabbi; sampaikan shalawat pada Muhammad; dan limpahkan bagi kami para pewarisnya; ‘ulama yang membimbing ummat.

sepenuh cinta, -termuat dalam UMMI September-

salim a. fillah

Wednesday, September 11, 2013

Pasien yang Sabar

Pasien artinya orang yang sabar, bukan orang yang sakit. Namun karena banyak yang sakit dan sabar menunggu, maka orang yang sabar menunggu itu disebut pasien. Sabar menunggu dokter, sabar menunggu antrian mendaftar, sabar menunggu resep, sabar mengobati sakit sampai sembuh.
Hidup kita itu sebenarnya ibarat pasien, kita harus tahu terlebih dahulu apa gejala penyakit yang menimpa sebelum tergopoh-gopoh ke UGD atau konsultasi ke dokter dan meminta resep. Hanya saja, kenyataannya banyak pasien yang tidak sabar lagi untuk beristiqamah menempuh jalan yang benar. Akhirnya mereka mencari pengobatan mungkar dengan bantuan dukun yang sangar.
Sahabat, sabarlah untuk mengenali diri dijalan ini, jika kita mampu mengenali diri kita dengan sebenar-benarnya serta mengerti kedudukan yang diberikan Allah swt kepada kita, maka kita dapat menunaikan hak Allah yang menjadi kewajiban kita. Dengan demikian, sahabat akan sampai pada makrifatullah. Sebagaimana firman Allah swt.
“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?” (Q.S: Adz-Dzaariyat: 21)
Untuk mengenal kedudukan kita dihadapan Allah, maka Dia menfasilitasi kita dengan dua hal, yakni Ayata Kauniyah berupa alam semesta ini beserta seluruh isinya dan Ayat Qauliyah sebagai pemandu jalannya.
Manusia tetaplah manusia, yang dikaruniakan akal, nafsu dan perasaan. Ia bukanlah malaikat. Makhluk yang taat namun pasif karena imannya tetap tidak berkurang dan bertambah. Ia juga bukan setan yang durhaka, selalu mencari pendukung untuk menemaninya dineraka nanti.
Manusia sebagai Ahsanul Takwim sebaik-baiknya makhluk ciptaan Allah bisa lebih mulia dari malaikat dengan keaktifannya memberdayakan potensi takwa. Namun, ia juga bisa menjadi lebih sesat ketimbang setan apabila jalan futur yang ditempuhnya. Tangga kedua kemanusiaan adalah menjadi Muslim yang khairul ummah. Inilah yang akan membedakannya dari manusia lainnya. Mengapa? Karena tak cukup dengan modal fisik, namun juga harus capak dalam berkata: Ahsanul Qaulan, yang paling baik ucapannya. Yakni dengan menjadi penyeru di jalan Allah.
Namun, ucapan tak akan berkesan dan berarti apa-apa bila tidak dibangun di atas pemahaman keikhlasan dan amal perbuatan. Maka khairun naas, yakni yang paling berkualitas amalnya, ahsanu amalan. Amal terbaik inilah yang paling baik, paling besar dan paling banyak manfaatnya sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw,
Khairun naas anfa’ uhum linnaas... khairukum man ta’allamal Quraana wa ‘allamahu... Khairukum man thaala ‘umruhu wa hasuna ‘amaluhu...       
Wahai sahabat, untuk menapaki tangga kemuliaan dan mencapai derajat kemanusiaan yang sempurna dibutuhkan adanya:
Pertama: Tazkiyatun Nafs untuk membangun sikap dan sifat mulia seperti dengan qiyammullail, tartil Al Quran, taubat, zikrullah dan membangun kesabaran. Mari kita tadaburi surat Al Muzammil sebagai instal spiritual para sahabat sebelum memikul beban berat dakwah yang mulia, kita mesti latihan dengan menegakkan kaki dan tubuh via qiyamullail. Latihan ini keniscayaan agar kita sanggup memikul beban Tarbiyah Ruhiyah harus diprioritaskan Tarbiyah Rupiah. Bila kita tak punya daya kelola terhadap potensi diri, seberapapun besar modal harta dalam dakwah tak akan berarti. Namun dengean bekal pengelolaan potensi rohani yang apik, harta sekecil apapun bisa mencetak amal-amal heroik.
Kedua Mujahadun Nafs untuk mengikis habis sifat-sifat tercela. Allah berfirman:
69. dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Menurut Sa’id Hawa dalam Jalan Ruhani, bahwa untuk mendapatkan dan meraih hidayah harus melalui perjuangan mujahadah. “Hidayah hanya akan diperoleh dengan Mujahadah”.
Ketiga Istiqamah, lawan rasa bosan. Penyakit orang yang ingin mencari dan meraih sesuatu adalah rasa bosan. Iya kan? Inilah yang harus kita waspadai. Sahabat, jangan menyerah melakukan kebaikan dan menjadi orang baik, sebab jebakan keterjerumusan pelaku kebaikan bisa muncul saat rasa bosan tidak mampu dikendalikan. Bukankah tali tidak pernah bosan memberikan bekas pada kayu atau batu yang menjadi tambatannya? Air yang lembut bisa menembus batu yang sangat keras karena tak pernah bosa meneteskan air setetes demi setetes setiap saat. Semut akan terus berulang berjuang dan berjuang, jatuh, bangkit lagi, merangkak, terplanting, bangkit lagi, merambat lagi, terus berulang-ulang tanpa sedikitpun rasa bosan sampai akhirnya sukses mencapai tujuan.
Terus bagaimana caranya? Inilah masalahnya dan banyak ditanyakan oleh banyak orang. Banyak yang tidak tau cara melawan rasa bosan sehingga melarikan diri pada keburukan dan terjerumus dalam dosa dan kemaksiatan, tak terkecuali dai dan para murabbi pun bisa terhempas dalam godaan setan.
Ada tiga cara Pertama melakukan variasi amal misalnya segarkan tarbiyah dengan charge ibadah, tilawah, rihlah, tausiah, telaah dan perbanyak amalan yang menggugah. Kedua tingkatkan kualitas amal memupuk pemahan dan pertajam keikhlasan sehingga hanya kepada Allah menumpuk harapan. Ketiga, perluas kuantitas dan manfaat amalan dengan mewariskan, mengajarkan, mengajak teman, sehingga makin kokoh dukungan pada kebaikan. “Sehebat apapun kita, takkan mampu memikul beban dakwah ini sendirian”.

Sumber: Buku Super Murabbi   




Wanita Tulang Rusuk

Wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok.
Jika kau terlalu keras meluruskannya maka ia akan patah.
Namun jika kau membiarkannya ia akan semakin bengkok.

Seorang wanita dibentuk oleh suaminya.
Maka tanggung jawab suami untuk menjadikannya sebaik-baik bidadari dunia akhirat
Saat wanita dibentuk menjadi sebaik-baik prbadi,
Maka ia mampu menjadi sosok sedermawan Khadijah,
Secerdas Aisyah, Setangguh Asma.

Namun sebaliknya,
Saat ia gagal dibentuk atau tak pernah dibentuk
Maka nafsu dan perasasaan menjadi Tuhannya
Jangan salahkan jika banyak istri yang nusyuz pada suaminya
Jangan salahkan jika hari ini banyak wanita yang mengumbar auratnya

Wanita sekali lagi..
Adalah makhluk yang sangat mudah dibentuk.
Bentuklah ia dengan kesempurnaan akidah
Percantik ia dengan keindahan akhlak
Hiasi ia dengan cahaya ilmu
Manjakan ia dengan kelembutan dan cinta kasih

Karena kita ada dari kasih sayang seorang ibu
Karena setiap wanita adalah calon ibu.
Maka siapapun ia yang pandai memuliakan wanita
Berarti ia sudah pandai memuliakan dirinya.

Semoga semua wanita muslimah menjadi wanita solehah, istri solehah
Juga ibu solehah yang dicintai putra putrinya dan dibanggakan suaminya.
Dan semoga, semua lelaki muslim menjadi pemimpin yang dicintai istri dan anak-anaknya. Menjadi pribadi yang pandai memuliakan kedua wanita terhebat dalam hidupnya. Ibu juga istrinya. Aamiin,

Komentar anda