Monday, January 30, 2012

Puisi


  • Apa kabar dengan hati yang lama tak pernah ku jumpa?
    Apa kabar dengan hati yang masih dalam perjuangannya demi menggapai ridho-Nya?
    Apa kabar dengan setia dan kejujuran?

    Cinta..., andai saja aku bisa mengungkap semua kata dan rasa dalam hati yang aku punya ini..., maka seribu lembar kertas pun tak akan cukup untukku menuangkannya. Banyak sekali cinta, banyak yang ingin aku ungkap secara langsung di hadapmu nanti. Andai kau tahu, aku hambar tanpa pengisi kasih dan pedulimu padaku, andai saja kau tahu apa yang aku rasakan ini untukmu....

    Cinta bukan yang bernama keegoisan rasa,
    bukan yang megucap “ bagaimana?” namun “ aku mengerti...”
    bukan “ kamu di mana?” tapi “aku di sini....”
    bukan “ aku ingin kamu seperti ini....” akan tetapi “ aku mencintaimu dengan apa adanya dirimu...”

    sepinya diriku tanpa kau di sini,
    hampanya hatiku karena ku tahu dengan nyata kau tak berada di sampingku,
    seringnya kau patahkan aku...., namun aku bukan seorang yang mudah menyerah...
    aku bertahan, karena ada kejujuranku... untuk mengasihimu....
    luka itu memang sakit cinta, akan tetapi lebih sakit lagi jika aku membohongi diri ini.
    Mungkin aku bisa menggunakan dusta putihku, namun selama aku masih bisa menjaga kebaikan dalam jujurku, sungguh... demi Dia yang Maha Menghargai, ku akan berjalan di sini tanpa ada paksa dari siapapun, dan yang ututh adalah hanya ada nurani dan hati yang suci.

    Ketika luka – luka telah mengering, Selama itu pula aku haus untuk merindukanmu, pun selama luka itu masih basah dan masih pekat terasa ngilu di ulu hatiku. Cinta, inginnya aku bersamamu, menjaga hati mu, mendampingi mu ketika resah dan gundah melandamu, ahh... cinta akankah kau tahu begitu dalamnya kasihku. Sehingga semua luka dan kecewa itu tak akan mampu mengubahnya, sekalipun pernah kau memintanya untuk aku melakukannya.

    Maafkan cinta, maafkan aku, karena aku terlalu jujur pada perasaanku.
    Dan semua, semua.... masih tetap utuh pada tempatnya.
    Rasa yang bercampur baur, ada duka, ada kecewa, namun ada pula rasa percaya di antara sejuta ragu, ada setitik cahya diantara gelapnya cakrawala.

    Ketika smua terhempas karena sia – sia, maka akan ku coba pelajari kesedihan ini, kesakitan ini, dan ku anggap ini sebagai hadiah “besar”-Nya.

    Derita ini adalah anugerah dan suatu kehormatan tersendiri bagiku di atasnya dan di bawah kekuasaan-Nya. Jiwa tak akan pernah mengenal arti tegar jika ia hanya datar merasakan perjalanan hidupnya. Hati tak akan pernah mengerti rasa sakit, jika ia selalu bahagia, Maha Suci Tuhan Semesta Alam atas segala rangakaian hidup yang sempurna ini.

    Dan cinta...., kau membuatku banyak belajar dalam sakitnya aku ketika aku terhujam mendekam dalam tebing bebatuan yang tajam. Kau membuatku menjadi orang “ besar” dalam rasa kesyukuranku pada-Nya. Terima kasih cinta, kau membuat aku menjadi jiwa yang sabar atas segala penantian dan pengertian. Secuil apapun itu harapan adalah tetap menjadi harapan. Dimana ia juga bisa tumbuh dari rasa kecewa, dari rasa luka. Maka biarkanlah ia tumbuh menjadi dewasa dalam matangnya pemahaman.

    Mungkin aku akan berdiri di atas rangakain jerami yang selalu ada di depanku ketika aku berjalan, dan tiada lain adalah rasa sabar ketika aku harus membersihkannya , tiada lain dari rasa ikhlas ketika aku merasa lelah untuk merapikannya agar ia tak melukaiku. Namun ketika goresan luka itu ada , tiada lain pula rasa bertahan dan pengupayaan untukku mengobatinya. Dan tiada lain dengan rasa tulus aku melakukannya.

    Begitu pula dengan mu cinta...,
    jika pun harus ada air mata, maka biarlah ia menjadi teman sedihku untuk menyayangimu...
    jika ada rasa sakit mendera, maka biarkanlah ia menjadi teman setiaku dalam bertahan atas segala kejujuranku padamu ....

    Sungguh aku bersyukur, karena aku mengenalmu cinta, sekalipun aku tak pernah utuh memilikimu, sekalipun utuh yang kau punya takhanya untukku...
    jangan tanyakan tentang kesedihan yang kau pun tahu cinta,
    jangan bertanya tentang rasa sakitku, bila kau pun merasakannya...
    aku memang manusia biasa, yang tak sempurna, dan kadang salah...
    namun rasa kasihku telah mengalahkan rasa sakitku,
    rasa asihku mengalahkan egoku …
    dan sayangku...., telah mampu mengobati luka – luka itu.

    Cinta, kapan aku bisa menyentuhmu?
    Dimana aku bisa menemui hangatnya jemarimu mengusap semua peluhku?
    Ataupun sebaliknya aku yang mengusap peluh di wajahmu...
    Dan aku yang akan membelai lembut bahumu ketika kau goyah di jalan perjuanganmu bersamaku,
    agar kau tahu betapa pedulinya aku terhadapmu...

    Cinta,
    dalam sujudku pada-Nya
    ku titipkan doa dan pintaku.....
    semoga kau senantiasa dalam penjagaan-Nya ketika penjagaanku tak sampai padamu
    semoga kau selalu dikasihi dan disayangi -Nya ketika kasih dan sayangku tak mampu melampaui dimana kau berada saat ini.
    Ku pinta pada-Nya agar Cinta-Nya selalu ada untukmu, ketika aku tak sanggup lagi mencintai

    Ku tegarkan, segala kerapuhan,
    kan ku indahkan segala kesedihan...
    bahagia mu adalah doa dan harapku....
    senyumu, menjadi suatu cita – cita dimana aku bisa merasakannya itu tulus hanya untuku...

    Semoga kan selalu baik adanya , meskipun jalan ini tak sempurna....

    ucap terakhirku, ku harap kan terbaca jelas di mata dan hatimu...

    aku mengerti...., aku di sini, dan aku mencintaimu apapun adanya kau dengan segala kurangmu...

    dan biarlah........., biarlakanlah tulusku...yang mencintaimu....

    Semoga kau dengar wahai cinta....,



    Wassalamualaikum,

    Yang Mencintaimu....,

Usia Dakwah

Tak hanya sekarang. Sejatinya perjalanan dakwah akan selalu mengalami perbenturan. Memang ada kalanya juru dakwah berjalan seiring dengan objek dakwah. Tapi ketika bermesraan itu menjadikan seorang dai menghindari pertentangan, maka hal ini bisa dibilang sebagai anomali. Ketidakwajaran, karena haq dan bathil tak bisa bersatu. Sebagaimana minyak dan air selamanya tak bisa bersatu.
Oleh Eman Mulyatman
Ketika perang terorisme berlangsung. Dakwah kali ini dihadapkan apakah kembali ke bawah tanah, tegak berhadap-hadapan atau masuk melakukan perbaikan dari dalam. Setiap harakah dihadapkan pada pilihan-pilihan. Dari beberapa diskusi ada beberapa catatan yang patut menjadi bahan renungan.
Pertama,  usia biologis dan usia harakah. Apakah usia seorang qiyadah dakwah otomatis menjadi program bagi laju dakwah itu sendiri. Policy yang dikeluarkan pimpinan bisa dari pengalaman pribadi dan pengalaman gerakannya.
Untuk konkretnya perhatikan contoh berikut; apakah benar seorang anak perempuan yang masih balita diharuskan memakai jilbab (cadar). Apakah tidak mengganggu kenyamanan anak? Apalagi bila anak-anak itu diajak demo.
Mengapa seorang remaja dipaksa untuk bergaya syaikh. Harusnya ada program dakwah yang sesuai dengan usia remaja. Sehingga bisa menjadi penyaluran energinya yang berlebih itu.
Pada masa khairul qurun, sebaik-baik masa, kita mendapati ada sosok Bilal dan ada sosok Abu Bakar ra. Mengapa dalam dakwah kontemporer seseorang dipaksa menjadi laskar, kepanduan atau militeristik. Sementara tidak disiapkan generasi penerus Abu Bakar yang siap menyandang dana.
Mengapa semua menjadi politisi, mengapa semua program pengajian isinya adalah fiqh ibadah. Sehingga rasa-rasanya dengan fiqh semua persoalan akan beres. Di zaman modern ini dituntut spesialisasi. Dunia semakin kompleks, tidak mungkin seseorang hidup sendiri. Tidak mungkin semua persoalan diatasi sendiri.
Sebagai contoh, untuk belajar komputer saja sudah menyita usia seseorang. Apalagi bila harus berlatih olah tubuh. Belum lagi belajar pengobatan islami, ekonomi syariah. Apalagi siasat, politik yang penuh dengan perangkap. Era kekinian menuntut sistem kerja berupa jaringan. Semua memang perlu persiapan.
Semoga kader dakwah bisa melepas diri dari sikap robot yang membuatnya tidak kreatif. Mengapa ketika seseorang rekan kader dakwah berjualan buku, semua latah berjualan buku, ketika musim stiker semua berjualan stiker. Dan ketika musimnya berjualan habbatussauda, semua seakan membebek mengikuti hal yang sama.
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya.” (QS al-Anfal: 60)
Memang persoalan besar umat Islam ini adalah tidak di bawah satu payung kepemimpinan. Pasca runtuhnya Khilafah Islamiyah, umat Islam seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
Meski ada sebagian yang berusaha menyelamatkan diri dengan membuat sekoci. Tapi segera disusul dengan sekoci lain. Sayangnya sekoci-sekoci itu menganggap diri sebagai kapal induk.
Hal yang perlu menjadi catatan penting adalah, bahwa setiap gerakan Islam yang mengarah ke politik akan langsung dibabat oleh musuh-musuh Islam. Atau dipecah belah dan diadu. Hal ini memang warisan penjajah kolonial.
Perhatikan bagaimana ketika Abu Bakar sidik membebaskan Bilal. Kalau kita tarik ke masa kini, pembebasan itu bisa berarti membebaskan seseorang dari pengangguran. Selain itu, pembebasan itu juga membayar jasa keamanan untuk seorang Bilal. Terbayanglah berapa dana yang harus dikeluarkan. Memang dengan politik dakwah lebih efektif tapi tidak semua orang berbakat untuk terjun ke politik.
Tulisan ini berangkat dari keprihatinan yang juga dimiliki oleh pembaca. Yang menuju cita-cita yang sama, izzul Islam wal Muslimin. Agar tidak terjadi seorang Hafidz al Qur’an tapi asosial, seorang belajar fiqih ibadah tapi tidak belajar akhlak. Seorang sibuk bertabligh tapi keluarga terbengkalai. Asyik berwacana tapi tak ada aksi. Bercita-cita besar tapi lupa tahapan.
Agar tidak seperti orang buta yang memegang gajah. Dia pegang belalai lalu menyimpulkan, gajah itu seperti ular. Ketika dipegang kupinyanya, gajah itu lebar  seperti  ikan pari. Bagaimana ketika memegang kaki atau ekornya? Tentu kesimpulan masing-masing akan berbeda.
Mudah-mudahan kita terhindar dari hal itu, kita senantiasa berupaya memahami dan mengamalkan Islam secara utuh.

Prioritas dalam Dakwah

SIAPAKAH laki-laki itu, yang karenanya Nabi saw yang mulia mendapat teguran dari langit dan menyebabkan beliau sakit? Siapakah dia, yang karena peristiwanya Jibril al-Amin harus turun membisikkan wahyu Allah ke dalam hati Nabi yang mulia? Dia tidak lain adalah Abdullah bin Ummi Maktum, muadzin Rasulullah saw.
Abdullah Ummi Maktum, orang Mekah suku Quraisy. Dia mempunyai ikatan keluarga dengan Rasulullah saw, yakni anak Paman Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid ra Bapaknya Qais bin Zaid, dan ibunya Atikah binti Abdullah. Ibunya bergelar “Ummi Maktum”, karena anaknya, Abdullah, lahir dalam kedaan buta total.
Pada masa permulaan tersebut, Rasulullah saw sering mengadakan dialog dengan pemimpin-pemimpin Quraisy, seraya mengharap semoga mereka masuk Islam. Pada suatu hari beliau bertatap muka dengan ‘Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, ‘Amr bin Hisyam alias Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf dan Walid bin Mughirah, ayah Saifullah Khalid bin Walid.
Rasulullah berunding dan bertukar pikiran dengan mereka tentang Islam. Beliau sangat ingin mereka menerima dakwah dan menghentikan penganiayaan terhadap para sahabat beliau. Sementara, beliau berunding dengan sungguh-sungguh, tiba-tiba Abdullah bin Ummi Maktum datang mengganggu minta dibacakan kepada ayat-ayat al-Qur’an. Kata Abdullah, “Ya Rasulullah, ajarkanlah kepadaku ayat-ayat yang telah diajarkan Allah kepada Anda!”
Rasulullah berpaling dari Abdullah, acuh terhadap interupsinya itu. Lalu beliau membelakangi Abdullah dan melanjutkan pembicaraan dengan para pemimpin Quraisy tersebut. Mudah-mudahan dengan Islamnya mereka, Islam bertambah kuat dan dakwah bertambah lancar. Selesai berbicara dengan mereka, Rasulullah saw bermaksud pulang. Tetapi, tiba-tiba penglihatan beliau menjadi gelap dan kepala beliau terasa sakit seperti kena pukul.
Kemudian, Allah mewahyukan firman-Nya kepada beliau, “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena seorang buta datang kepadanya. Tahukah kamu, barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberikan manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal, tidak ada (celaan) atasmu kalau mereka tidak membersihkan diri (beriman). Adapun orang yang datang kepadamu dengan bergegas (untuk mendapatkan pengajaran), sedangkan ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (begitu)! Sesungguhnya ajaran itu suatu peringatan. Maka siapa yang menghendaki, tentulah ia memperbaikinya. (Ajaran-ajaran itu) terdapat di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para utusan yang mulia lagi (senantiasa) berbakti,” (Abasa: 1-6).
Sejak hari itu Rasulullah saw tidak lupa memberikan tempat yang mulia bagi Abdullah apabila dia datang. Beliau menyilakan duduk di tempat duduknya, beliau tanyakan keadaannya, dan beliau penuhi kebutuhannya. Tidaklah heran kalau beliau memuliakan Abdullah sedemikian rupa, bukankah teguran dari langit itu sangat keras!
Teguran keras ini juga berlaku untuk semua kaum Muslimin juru dakwah hingga kini. Dalam berdakwah kita harus mendahulukan obyek dakwah yang jelas. Bahwa sang mad’u (obyek dakwah) membutuhkan dakwah. Selain itu, Mendahulukan yang kontinyu —meski sedikit— daripada yg terputus.
Dakwah juga harus mengutamakan yang prinsip daripada yang furu. Seperti pohon, Jangan sibuk menghadapi daun dan ranting yang berserakan, sementara batangnya dihisap benalu kita biarkan. Meski kulit pohon kering kita harus mendahulukan menyiram akarnya daripada menyiram kulit pohon.
Selain itu, dakwah harus memberi prioritas kepada kepentingan jamaah daripada pribadi. Sama juga dengan mendahulukan kepentingan umum daripada pribadi. Kisah tentang Hasan al-Bana yang  menanamkan nilai-nilai kesederhanaan, keikhlasan dan pengorbanan dalam keluarganya, sehingga istrinya dengan hati yang senang dan rela menyumbangkan banyak perabotan rumahnya untuk markas dakwah Ikhwanul Muslimin, bisa menjadi teladan.
Sehingga dengan ikhlas dan rela, anak-anaknya menjadi orang-orang yang paling dahulu sadar dan memperjuangkan kondisi umat Islam di Palestina dan Mesir, sehingga dengan lapang, sang istri menerima jawaban sang suami saat ia memintanya membeli sebuah rumah kecil ”Wahai Ummu Wafa, sesungguhnya istana kita sedang menunggu kita di surga-Nya….”. Alangkah indahnya, sehingga dengan ikhlas dan ridha, keluarganya melepas kepergian suami dan ayah mereka, dalam kesyahidan di jalan Allah.
 Jangan lupa dakwah harus  mendahulukan hal jangka panjang tapi prospek. Daripada jangka pendek tapi setelah itu lembek. Karena seorang dakwah harus memiliki agenda. Bukannya justru dia yang menjadi pita rekaman yang diputar ulang di setiap undangan

Tugas dan Hak Murabbi

Aktivitas dalam halaqah adalah sebuah kegiatan yang dinamis. Forum ini adalah miniatur dari sebuah sistem kepemerintahan. Seorang murabbi adalah orang yang bertanggung jawab memimpin jalannya pertemuan pekanan. Syura-syura dalam musyawarah halaqah baru sah diputuskan oleh murabbi. Dia adalah orang yang menghidupkan suasana ruhiyyah-ta’abbudiyyah, fikriyyah-tsaqafiyyah, dan harakiyyah-da’awiyyah dalam halaqah.
Agar halaqah dinamis murabbi bertanggung jawab kinerja halaqah yang solid, sehat, dinamis, produktif dan penuh ukhuwwah. Karena itu seorang murabbi harus memahami dan menguasai kondisi peserta halaqah serta meningkatkan potensi mereka. Selain itu juga berhak untuk mengevaluasi dengan cara menasihati dan mengupayakan pemecahan masalah peserta halaqah. Sambil mempertimbangkan berbagai usulan dan kritik peserta halaqah.
Seorang murabbi bukan bekerja sendiri dia adalah perpanjangan tangan jamaah. Kehadirannya dalam rangka meneruskan dan mensosialisasi informasi dan kebijakan jamaah. Sekuat tenaga dia harus mengupayakan terealisasinya berbagai program halaqah dan program jamaah dalam lingkup halaqah. Tugas penting lainnya adalah mengawasi dan mengkordinasikan penghimpunan dan penyaluran infaq.
Ketaatan merupakan pondasi hukum Islam dan kaidah sistem politik. Seseorang tidak mungkin dapat membayangkan adanya sistem yang benar dan negara yang kuat tanpa adanya keadilan dari penguasa dan ketaatan dari rakyatnya. Oleh karena itu sangat tepat apa yang dikatakan khalifah kedua umat Islam Umar bin Khattab, ” Tidak ada Islam tanpa jamaah, tidak ada jamaah tanpa pemimpin dan tidak ada pemimpin tanpa ketaatan.” Islam bukanlah agama individu, tetapi agama masyarakat yang tidak mungkin terealisasi kecuali melalaui jamaah. Dan jamaah tidak akan berarti sama sekali jika anggotanya tidak diikat oleh suatu sistem dan dihimpun oleh pemimpin yang mengatur urusan mereka.
Sesungguhnya sikap mendengar dan taat merupakan dua pilar dari sistem hidup bermasyarakat. Dan keduanya merupakan tulang punggung dari manusia yang hidup dalam suatu bangsa dimana tidak mungkin bangsa tersebut menolak dan mengusir musuh, tentaranya akan menang jika tidak memiliki sikap mendengar dan taat yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berpisah dari bangunan umat ini. Sehingga sikap mendengar dan taat adalah suatu yang mutlak harus dilakukan bagi bangsa yang ingin besar.
Maka seorang murabbi berhak untuk         didengar dan ditaati. Dia adalah tempat mutarabbi (binaan) meminta pendapat atau istisyarah.  Karena itu dia (murabbi) harus dihargai dan dihormati. Selain itu dia berhak  mengajukan permintaan bantuan untuk melaksanakan tugas. Dialah yang mengeksekusi setiap kebijakan halaqah. Untuk membantu perannya dia juga berhak membentuk kepengurusan halaqah.
Ketika Islam mewajibkan umat Islam untuk mentaati para pemimpin, Islam juga memberi batasan tentang ketaatan tersebut dan tidak membiarkanya berlaku mutlak tanpa ada batasan. Karena ketaatan mutlak akan melahirkan tirani dan kediktatoran sehingga akan menghapus nilai-nilai Islan dalam hidup bermasyarakat. Oleh karenanya ketaatan terhadap pemimpin dibatasai oleh ruang lingkup tertentu dan syarat-syarat tertentu yang harus ditunaikan.
Pemimpin tersebut tidak menyuruh manusia berbuat maksiat. Maka jika pemimpin menyuruh rakyatnya berbuat maksiat seperti minum khamr, riba, buka aurat dan lainnya, maka tidak ada kewajiban taat. Rasulullah saw bersabda: Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Khalik (Allah)” (HR Ahmad dan al-Hakim)
Ketaatan adalah unsur yang sangat prinsip yang sangat dibutuhkan dalam gerakan da’wah. Setiap gerakan da’wah tidak mungkin sampai pada tujuan kecuali jika unsur ketaatan sudah sampai pada derajat yang sempurna. Dan ketaatan dalam Islam berlandaskan pada prinsip akidah dan syariah.
Untuk mencapai derajat ini maka seorang murabbi harus Merasakan muraqabatullah. Tentu saja ikhlas dan komitmen dengan ibadah-ibadah sya’airiyyah (ibadah-ibadah ritual). Bersemangat untuk selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas ilmunya. Tidak sungkan belajar dari siapa saja, termasuk dari yang lebih rendah derajatnya. Senatiasa berlatih untuk memberi yang terbaik.
Keunggulan murabbi (untuk sementara) adalah karena dia lebih dulu masuk jamaah dibanding binaannya. Dia diangkat menjadi murabbi karena lebih mengetahui gerak alur jamaah dibanding binaannya. Boleh jadi suatu saat nanti bisa saja keadaan menjadi terbalik. Itu tergantung dari kecepatan gerak masing-masing individu dan kebutuhan dakwah.

Tuesday, January 24, 2012

BERHENTI MENAKUT-NAKUTI DIRI

Sahabatku yang rindu untuk sampai pada kehidupan yang lapang dan mandiri, yang bebas untuk hidup dengan cara yang paling kau sukai, katakanlah ini sebagai kalimatmu sendiri …

Tuhanku Yang Maha Perkasa,

Sesungguhnya aku malu dengan kecilnya keberanianku untuk berlaku sesuai dengan yang ku angankan.

Aku berangan-angan tinggi dan besar, tapi merayap dalam keraguan dan permintaan jaminan bahwa aku tak akan salah atau gagal.

Aku tak suka untuk mengakuinya, tapi sebetulnya itulah perilaku seorang penakut.

Padahal, jika niatku baik, seharusnya aku memberanikan diri dan bertindak, sehingga akan lebih banyak hal yang kucapai dalam hidup ini.

Maka, Tuhanku Yang Maha Perkasa,

Aku mohon Engkau mentenagai kesungguhanku untuk menghentikan kebiasaan menakut-nakuti diriku sendiri mengenai risiko dari tindakan baik yang kuketahui harus kulakukan.

Karena sesungguhnya,

Orang yang tidak melakukan karena takut gagal, sudah sama gagalnya dengan orang yang melakukan DAN kemudian gagal.

Padahal, dengan ijinMu ... YANG MELAKUKAN, YANG BERHASIL.

Hari ini, aku akan lebih ikhlas bertindak.

Tuhanku Yang KehendakNya Tidak Dapat Diingkari,

Rahmatilah kepatuhanku kepadaMu dengan kesehatan, kedamaian, rezeki yang baik, dan keluarga yang tenteram.

Aamiin

--------------

"Semakin banyak yang berdoa, semakin baik bagi yang berdoa."

Mohon Anda 'Like' sebagai tanda kesertaan Anda dalam doa kita bersama pagi ini, dan jika Anda sempat, mohon sertakan Aamiin atau doa tambahan yang khusus untuk Anda dan keluarga terkasih.

Semoga Tuhan menyegerakan jawaban bagi doa dan harapan hati kita.

Aamiin

UNGKAPAN SEPENGGAL CINTA UNTUK PARA PAHLAWANKU

tulisan ini aku dedikasikan untuk para guru-guruku,
  1. SD : bu susiliwati, bu pariha, pak romli, pak nazar, bu lin, bu maryam, bu ade, pak rohim
  2. SMP : bu surayem, pak maryono, pak roni, pak latif, pak sangkut, pak rifan, bu wahyu, bu salda, bu sri, bu padmi, pak bachtiar, bu sas, dan semua staff SMP N 1 Pendopo
  3. SMA : pak syafrani, pak pranoto, pak sugeng, pak marji, pak wid, pak susilo, pak aprizal, pak edi, pak amin, pak baslini, mem erida, miss cantik, bu eka, bu ana, bu evi, bu desi, pak cahyo, dan semua warga SMA N 4 LAHAT
  4. PTN : pak mona, pak irawwan, pak hermi, pak holil, almarhum pak indarsyah, pak pituwas, bu adelina, bu farida, bu rumiyati,bu arnida, bu djunaidah, bu chika, bu dayu, dan semua pihak di PPKn
untaian kata tak mampu menggambarkan betapa besar cinta dan kasih yang engkau berikan kepadaku. kalian mengajarkan arti dari sebuah kehidupan, persahabatan, kesabaran, keuletan, kekeluargaan, keikhlasan, kesopanan, kepatuhan, kedisiplinan dan banyak hal lainnya.

tak ada yang mampu membayar segala jasa, keringat, usaha, yang kalian berikan padaku,dengan kesabaran kalian didik aku yang tak tahu apa-apa, dengan kelembutan kalian ajarkan aku tentang kehidupan, dengan keramahan kalian ajarkan aku tentang kesopanan, menghormati orang tua,dan kesantunan.

aku ingat,saat pertama kali aku bertemu dengan kalian, aku hanyalah seorang anak kecil yang tak tahu apa yang terjdi di hadapanku. disat aku ketakutan ditinggal oleh orang tuaku yang pulang ke rumah  kalian dengan senyum tulus itu dan kelembutan hati memberikankanku nasihat yang kau bawa melalui cerita anak-anak  tentang keberanian, ketika aku menangis kalian usap air mataku, ketika ku terjatuh kalian sambut aku dengan cinta, ketika ku nakal kalian hanya tersenyum manarik tanganku dengan lembut dan mendudukkanku disamping kalian dan memberikanku nasihat yang lembut tanpa ada kekerasan.

tak tersa kini aku sudah mulai dewasa, kalian adalah separuh hidupku yang akan selalu bersamaku sampai akhir aku bernafas, mungkin jika aku tak bertemu dengan kalian kau tak tahu apa yang akan terjadi dnganku, apakah aku akan menjadi seperti saat ini atau tidak.

Guruku terimakasih atas segala yang kalian berikan kepadaku dengan ikhlas dan sempurna, sampai aku menjadi seperti ini.....

Apa Jadinya Kalo Ikhwah Kecanduan?

Emang ada ya ikhwah kecanduan?? Eh, jangan salah…banyak malah!! Tapi, jangan dibayangkan kalo kecanduannya ma obat-obatan terlarang… (ya Allah, na’udzubillah…Semoga semua ikhwah dijauhkan sejauh-jauhnya dari barang haram itu!!). Meskipun si penikmat (baca: penderita) gak sampe sakau, kecanduan di sini juga amat sangat berbahaya sekali banget bagi kelangsungan dakwah para ikhwah.


Berawal dari sekadar hobby, iseng, coba-coba, kebetulan, ngisi waktu luang, ato just hiburan, trus keasyikan, lalu jadi kebiasaan, dan…dan…dan…eh, malah kecanduan!!! Gaswat kaaan?!! Astgfirullah…Parahnya lagi, candu di sini gak mandang usia pembinaan. Gak peduli ia sudah tertarbiyah 3 tahun, 4 tahun, 7 tahun, 10 tahun, bahkan lebih. Seorang ikhwah yang rajin dalam pembinaannya tidak serta merta menjadi “kebal” terhadap candu-candu tersebut. Faktor yang mungkin sangat berpengaruh dalam penyebaran candu adalah lingkungan.

Mulanya mungkin sekadar pengisi kejenuhan. Tapi akhirnya menjadi aktivitas dominan, bahkan menyita banyak perhatian. Dan kemudian, agenda-agenda dakwah perlahan mulai ditinggalkan. Perlahan militansi akan berkurang. Sampai akhirnya melemah, dan….. hilang. Na’uudzubillah….Tsumma Na’uudzubillah....



Apa aja sih candunya?
Berdasarkan hasil penelitian sementara di lapangan, ditemukanlah jenis-jenis candu yang dapat merusak kesehatan -fikriyah, jasadiyah, dan ruhiyah- para aktivis dakwah, diantaranya:

1. Ngegames

Awalnya sih pengen cari hiburan, trus ketagihan. Apalagi kalo lagi nganggur alias gak ada kerjaan, ngegames aja aaah, refreshing gitu lhoh! Ck..ck..ck..Ini adalah jenis candu yang berbahaya, coz bisa dilakukan kapanpun dan di manapun. Bisa di kompi, lepi, atau HP . Gak di rumah, kantor, kampus, sekolah, di halte, sampe di dalam angkot.

2. Nonton Bola  

Heran deh, betah banget 2 jam cuma melototin bola yang diuber-uber ma sekawanan orang. Istimewanya apa sih? (Waduh, ane bisa ditimpuk pake bola ma penggemarnya nieh). Mending juga maen bola di lapangan. Kan bisa menyehatkan dan menguatkan. Dari pada cuma nonton, yang olahraga biji mata doang. Candu ini akan semakin mewabah ketika musim Piala Dunia tiba. Hehehe jadi inget Bapak dan kakak, kalo pas ane lagi di rumah (liburan), beliau-beliaunya sering berpesan sebelum tidur malam, “Dek (Nak), ntar malem bangunin ya, jam 3”. “Mau tahajjud ya kak?” Tanya ane dengan polosnya. “Iya, sekalian nonton bola” Gyaaaaa…. Piiiss deh kak!! Bukannya ngelarang sih. Ida cuma takut besoknya waktu kerja di kantor kakak malah ngantuk. Eniwei, gak hanya ikhwan aja lho yang maniak bola, akhwat juga ada.

3. Film

Dari film-film lokal, Box Office, sampe Drama Korea. Gak peduli harus nyewa VCD ato ngacir ke bioskop. Kecanduan film gak hanya dalam bentuk nongkrong di depan layar kaca, tapi juga ke dalam otak dan mempengaruhi pandangan kehidupan.

4. Maen PS

Biasanya ikhwan nieh (tapi, gak tertutup kemungkinan akhwatnya juga). Awalnya mungkin sekadar pengisi kejenuhan, trus penasaran kenapa gak menang-menang (kalah mulu), lama-lama jadi kecanduan. ‘Afwan, ane kurang paham soal PS, coz emang gak tertarik ma jenis olahraga jempol tangan yang gak menyehatkan ini. Yang jelas, maen PS sangat berpotensi untuk bikin kita lupa waktu..!!

5. Komik

Waduh, ini juga jenis candu yang amat berbahaya. Diawali dari hobby trus dikoleksi, dan kalo dah keasyikan baca, bisa lupa diri. Parahnya lagi, jika tokoh-tokoh dalam komik diadopsi dan dicocok-cocokkan ma karakter pribadi. Ada yang suka karena ceritanya yang lucu, kocak, semangat, dan penuh misteri. Gak heran kalo ikhwah ada yang terobsesi dan mempersepsikan diri seperti Conan, Naruto, ato Kakashi.

6. Musik

Ada yang punya grup nasyid latihannya hampir tiap hari (Apalagi kalo musim walimahan seperti saat ini ). Intensitas dengerin nasyid lebih sering ketimbang Murottal. Nasyid yang didengerin juga masih diragukan statusnya sebagai nasyid (Maksudnya?). Musik..musik..musik… Dari yang jahiliyah sampe yang (katanya) islami. Awalnya mungkin gak sengaja denger dari temen-temen. Ato kebetulan gak ada acara. Daripada bengong, lebih baik mengaktifkan indra audiovisual. Maka layar kaca menjadi alternatif. Kebetulan acaranya musik-musik yang lagi in. hampir semua stasiun kereta api (eh, televisi) menyajikan menu musik jahili. Ada INBOX, Dahsyat, Klik, MTV Ampuh, dll, dsb, dst. Walhasil, aktivis dakwah jadi hafal lagu-lagu “aneh” gitu ketimbang hafal Al Quran dan hadist. Dan saking terbiasanya, lirik-lirik itu sampe kebawa ke ruang bawah sadar dan tercetus seketika. Kayak kemaren, pas ada seorang akhwat yang sebel ma temen akhwatnya, tiba-tiba temen akhwatnya langsung berkumandang, “Eh eh koq gitu sih..lo koq marah…jangan gitu sayang, jangan gitu sayang.” Seraya merayu dan menggodanya (Prens Filah tau kan itu lagunya siapa). Ckk..ck..ck…sampe segitunya. Penyebarannya memang dahsyat.

7. Ngenet

Whuaaa…ini nih candu yang gak kalah hebatnya dibanding candu-candu yang lain. Mulanya mungkin kebutuhan, cari informasi, ajang silaturahmi, pengen diskusi, trus…trus…trus… Yup! Asyik memang melanglang buana di dunia maya. Kalo kata Gita Gutawa, “Tak perlulah aku keliling dunia”. Mau berita apapun, semua dah tersaji di depan mata, di kotak segi empat di hadapan Anda. Tinggal KLIK! Apalagi dengan fasilitas-fasilitas internet yang memanjakan. Mau berekspresi dengan tulisan, ada Blog. Mau nampang (menarsistkan diri), ada Face Book. Mau ngobrol-ngobrol en diskusi bisa Chatting. Mau kenalan, ada Friendster. Mau promosi dan bisnis juga bisa. Kurang apa lagi coba? Adanya kurang bisa mengontrol diri untuk gak berlama-lama di depan kompi/lepi.

8. Dan lain-lain, dan sebagainya, dan seterusnya....(pikir sendiri ya..)


Menarik” bukan melihatnya sebagai sebuah fenomena? Namun, seringkali pada diri yang “lemah” justru akan menjadi semacam pembenaran. Perlu diketahui, bahasan kita di sini bukan soal boleh atau tidak, tapi seberapa besar porsinya hingga mengalihkan kita dari aktivitas-aktivitas produktif dan agenda-agenda prioritas.

Demikianlah semua aktivitas-aktivitas yang sederhana, namun tanpa disadari menjadi candu dalam pergerakan dakwah. Fenomena-fenomena tersebut sebagian besar menyita waktu-waktu produktif kita, menggerogoti ruhiyah, dan melemahkan militansi dakwah.

Jika hari ini kita dapatkan kualitas dakwah kita menurun, maka cobalah untuk memeriksakan (baca: mengevaluasi) kesehatan dakwah kita. Mulai dari memutaba’ahi aktivitas sehari-hari kita, amalan-amalan kita, dan terutama niat-niat kita.


Wallahu Ta'aala a'laamu bishshawaab..



NB: Ohya, ada nih kecanduan yang harus senantiasa dilestarikan, antara lain: Dzikir, Tilawah, Hafalan Al-Quran, Infaq & Shodaqoh, Tholabul ‘ilmy (datang ke majelis-majelis ilmu, dauroh, training, kajian, dll).


Owkeh!! Tetep Semangaaattzz!!!!


“Tidak penting kamu suka atau tidak, yang penting Allah ridho atau tidak”

Optimis


Suatu hari, tiga orang mahasiswa memutuskan beristirahat sejenak, setelah diskusi panjang lebar, maka mereka sepakat bahwa cara terbaik adalah mendayung sebuah perahu ke tengah danau dan menikmati teh sore hari. mereka menyewa perahu dan mendayung ke tengah danau yang tenang. Selagi duduk menikmati teh, mereka menyadari lupa membawa teko,. Mereka saling bertatapan satu sama lain dengan heran.
“Tidak masalah, aku akan mengambilkan teko,” kata mahasiswa pertama menawarkan diri, ia berdiri, keluar dari perahu dan  mulai berjalan di atas air danau dan kembali ke tepi danau. Setelah membeli sebuah teko dari desa terdekat. Ia berjalan di atas danau dan kembali ke perahu. Ketiga mahasiswa itu telah menikmati teh sore.
ketika merebus air, mereka mendapati mereka lupa membawa daun teh. Mereka tertawa sembari melihat satu sama lain seolah-olah bertanya siapa yang akan mengambil daun teh. “Serahkan tugas itu padaku.” kata mahasiswa kedua menawarkan diri seraya berdiri, ia keluar dari perahu dan berjalan di atas air. Setelah membeli beberapa daun teh, ia kembali ke perahu dengan berjalan kaki di atas kaki.
Segera ketiga mahasiswa itu mencium bau harum teh dan meminumnya. Kemudian menyadari bahwa mereka tidak membawa sandwich” kata mahasiswa ketiga, menawarkan diri dengan enggan mahasiswa pertama dan yang kedua mengarahkan pandangan kepadanya. Ia berdiri seperti kedua temannya dan keluar dari perahu, tiba-tiba....byur! ia tenggelam dan berusaha mengapungkan tubuhnya. Melihatnya sedang tenggelam, kedua mahasiswa itu melompat keluar perahu untuk menyelamatkannya dan berhasil menaikkan ke perahu.
Ketiga mahasiswa itu mengeringkan dirinya dengan handuk, ia bertanya dengan malu-malu, “Bagaimana kalian bisa berjalan di atas air?” kedua mahasiswa itu berpandangan satu sama lain dan kemudian menjawab “Kami tau di mana batu-batu itu berada”.

(Dari Buku Jangan Belajar Kalo Ngak Tau Caranya)


Monday, January 16, 2012

Memahami Manusia ala NLP

Every one is Special "TERIMA ORANG LAIN APA ADANYA, BUKAN ADA APANYA "

DRAFT  5 (Memahami Manusia ala NLP)


Menjadi seperti apa yang kita inginkan. lumrah perasan seperti  itu dimiliki oleh setiap kita. Yah, karena kita pasti ingin setiap orang mengerti dan memahami apa yang ada di hati kita di manapun itu dan tak pelak kepada siapaun juga. Manusia memiliki kecenderungan untuk  menginginkan apa saja yang ada di hadapannya sesuai dengan apa yang dia fikirkan. Bila tidak hatipun cebderung berontak.

bagaimana kita menyikapi pemberontakan hati,
apakah dengan cara memusuhi siapa saja yang tidak sependapat dengan kita.
apakah dengan diam , atau mencoba memahami bahwa itulah manusia yang memiliki sifat dan perasaan yang berbeda-beda,

kesalahan terbesar bila kita berada pada statement pertama dan kedua. Karena apa ?
kalian tau, SANGAT SULIT. bila kita berada di lingkungan yang di tuntut untuk berbaur
meski itu 75 % bukan lah apa yang kita inginkan.Namun kita ingin mereka mengerti keinginan mereka.

saya katakan itu adalah hal terbodoh bila tetap bertahan.  karena itu akan menghancurkan diri kita sendiri. Karena apa ? karena jelas merekapun ingin kita mengerti apa yang mereka inginkan . Hal terbaik yang kita lakukan adalah  koreksi diri dan cobalah membuka perbincangan. Bagaimana caranya ?

Dalam NLP (Neuro Lenguistic Programming) semuanya bisa terjadi. Bagaimana kita memahami manusia, bagaimana mempengaruhi manusia, semua ada di NLP. Kalau ada yang bertanya “apa itu NLP ?” saya sendiri juga susah mendeskripsikannya. Yang pasti NLP adalah ilmu yang luar binaza , tentang bagaimana kita dan manusia pada umumnya.

Mencoba memahami hakikat manusia tidaklah rumit , bagaimana kita dan kecenderungan kita  tidaklah jaug dengan mereka di luar sana. Bahwa kita mengingnkan cinta, bahwa kita menginginkan penghargaan, bahwa kita ingin selalu diperhatikan, bahwa kita menginginkan segala sesuatu berjalan dengan lancar dan sesuai harapan. Dan bahwa itulah manusia pun juga saya. Sahabat, kita terlahir
untuk menciptakan siapa diri kita sendiri. kita tidak akan bisa menjadi seperti mereka,
begitu pun mereka.tidak bisa sepenuhnya menjadi seperti yang kita inginkan.

so, yang bisa kita lakukan adalah  mahami lebih dalam, bahwa setiap pribadi memiliki perbedaan dan memang begitulah Yang Maha Kuasa menciptakan sebaik-baik diri kita . Dan semua itu ada di NLP  .

Terlepas dari keberadaan kita pada suatu komunitas, saya teringat kata sahabat karibku ketika ia merasa terpuruk :"aku tak apa-apa, suatu saat kau akan mengerti, ini adalah hukum kehidupan, bila kita membenci,maka tak salah bila kita di benci, ini adalah suatu hukuman, dimana hukuman tersebut adalah duakali lipat ketika kita memperlakukan oranglain secara buruk, suatu saat hal itu akan kembalikepada kita". 
Sahabat,  saya sendiri pernah berada pada posisi ini, posisi dimana saya melihat sahabat ku menjadi orang asing di komunitasnya. saya mencoba memahami apa yang mereka rasakan saat itu.dimana, hanya karena kesalahan yang tak ia ketahui apa, karena tak ada yang mengatakan apa kesalahan yang telah ia lakukan. hingga imbasnya adalah pengucilan diri.merasa terasing, dan seolah olah kesalahan kecil yang ia lakukan harus di bayar dengan harga yang mahal.seketika itu saya berkata “kawan,kau benar, aku sedang ada di posisi ini

Setalah saya pahami, semua hal tersebut  terjadi akibatkan diri saya sendiri, yang terlalu mendramatisir setiap perbedaan yang saya temui,  akibatnya, timbullah fatamorgana ketidakpastian. dimana apa yang kita fikirkan sesungguhnya tidak ada, namun seolah-olah terjadi

kawan, setiap orang punya alasan mengapa terjadi kesalahan.itu lah yang sering kali menjadikan kita berubah menjadi monster egosnetris.Why, , , ?
karena kita tak memahami, kita adalah mahluk yang lemah, hanya berfikir, "dia kenapa seperti ini, dia itu harusnya begini", bahkan tak lepas kita berkata "hahahahaha dia bodoh sekali".

STOP !!

mari kita riset ulang

"Who i'm I"
siapa diri q, hingga pantas berkata seperti itu. siapa diri kita. seolah-olah kita menjadi orang yang tak pernah melakukan kesalahan di dunia ini. lebih tepatnya menganggap dirikita perfect. "seperti ini pun, saya bukanlah orang baik", saya  belajar dari pengalaman, yang pernah saya alami ataupun secara tidak langsung. Tapi apa pun itu "jangan  lihat siapa yang menyampaikan, tapi lihatlah apa yang ia sampaikan". entah ini wish word ini dari siapa tapi yang jelas saya setuju.

Sahabat, sangatlah sulit untuk memulai suatu perubahan. Namun seperti apapun bentuk perubahannya, jadilah berproseslah dan terus belajar. Dan pasti akan ada masalah yang sahabat temui. Percayalah “SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA”

sahabat, , ,
banyak kesalahan yang telah saya lakukan di masa lalu. Namun, diri saya saat ini adalah hasil revolusi kejadian masa lalu. entah itu masalah, kesalahan,  ataupun tragedi memalukan dan mengenaskan. Saya belajar dari proses yang telah terjadi di masa lalu dan semua itu menghasilkan revolusi yang luar binaza. Namun semua itu kembali pada pribadi sahabat sendiri, mengarahkan setiap proses yang sudah terjadi menjadi hal posiif  sehingga menjadikannya sebagai pelajaran berharga, ataupun menjadikannya pengalaman yang buruk.

Sampai saat ini saya mengibaratkan diri saya sebagai "tempayan retak", begitupun saran saya kepada sahabat sekalian. Dimana saya merasa terkucil dalam suatu lingkaran komunitas, dan merasa terhambat atas kekurangan yang saya miliki. Namun ketika saya memutuskan untuk keluar dari lingkaran tersebut, dan hasulnya banyak senyuman yang saya dapatkan. Satu lagi yang saya pelajari “bukan hari indah kita bahagia, tapi karna kita bahagia, hari ini menjadi indah”

lagi-lagi saya katakan, itulah hukum kehidupan. orang terkadang tak memahami apa yang terjadi di dalam dan apa yang terjadi diluar. saya bersukur atas semuanya. karena bagaimanapun juga, sya selalu menghadirkan Allah di hati saya. dan rasanya sangat luar binaza.

Sahabat, cobalah untuk selalu menyampaikan terimakasih kepada orang-orang yang telah hadir dalam kehidupan kita, ntah dalam bentuk musuh atau sahabat. karena apa,
karena merekalah yang telah membentuk diri kita saat ini. Banyak yang kita lupakan atau bahkan tidak kita ketahui adalah bahwa :
-           Sering kali kita  bangga dengan kebahagiaan sesaat yang sekarang kita rasakan karena akan datang hal luar biasa dan itu akan sangat membutuhkan banyak energy kesabaran untuk menghadapinya
-          Tak jarang kita merasa orang lain itu lebih rendah, terlepas dari siapapun dia,  karena akan datang massa di mana  kita akan menjadi bahan cacian luar biasa
-          Bahkan kita pun cenderung meremehkan seseorang, karena akan tiba dimana anda akan sangat membutuhkannya
-           Perasaan menyinggung orang lain, karena sesunggunhnya dia lebih terhormat ketimbang anda yang hanya bisa mencaci di belakang layar, lebih baik katakan langsung, dan itu adalah salah satu hal mulia karena secara tidak  langsung kita belajar tentang  arti ayat al'asr dalam al-qur'an
-          Kita merasa diri kita  lebih baik dari DIA, karena sesungguhnya, andalah yang memberitahu dunia, bahwa andalah sesungguhnya orang yang lebih buruk
-          Menganggap bahwa  kesempurnaan adalah segala-galanya, padahal itu berarti anda meminta kehancuran
-          ketahuilah, andapun orang yang bemasalah

Sahabat tau, memulai perubahan itu  sangat mudah , banyak poin yang harus dilakukan,
-          Cintai maka anda akan di cintai
-          Memberi berati menerima lebih banyak
-          Bila tak suka hindari dan pahami,jangan mencela dan riset kembali siapa kita
-          Maafkan masalah silam
-          terima orang lain apa adanya bukan ada apanya
-          tersenyumlah maka duniamu indah
-          ketika dunia menghujat, biarkan dan tetap optimis pada hidup anda. tentunya evaluasi diri. Orang- orang yang
           mencemooh rata-rata mereka tidak memahami apa yang telah anda lakukan kepada mereka. maka teruslah
           memberikan  yang terbaik
-          Menangislah, untuk apa air mata di cipta kalau untuk tidak di hadirkan.

SAYA katakan kembali "seperti inipun saya belumlah baik, namun saya tak pernah lupa, saya, anda, kalian,dan kita semua berhak untuk mempelajari apa itu makna kehidupan, untuk kita, untuk orang yang kita cintai. Agar mereka tau kitapun menyayangi mereka.

Sahabat,, kata yang lebih baik ketika kita menjadi orang bersalah adalah "MAAF"
izinkan saya menjadi orang yang lebih baik. untuk kalian semua.
diantara draft yang sahabat baca, saya merasa inilah isi hati saya yang terdalam.

SUDAH KAH TERSENYUM HARI INI.
SEMOGA BERMANFAAT.

Undangan Tetangga

Wanita paruh baya itu berperawakan pendek dan sedikit gemuk. Beberapa helai uban turut menghiasi mahkota kepalanya yang diikat dengan penjepit rambut. Namun raut wajah bulat telur itu seakan tak pernah sekalipun terlihat cemberut. Ia selalu tampak riang, sehingga menyembunyikan parasnya yang jelas telah digurati keriput.

Wanita itu memang tidak terlalu rentan, tetapi kekuatan dan kegesitan di masa mudanya niscaya telah direnggut usia. Karenanya, percayakah bahkan dari dirinya pun akan ada sebuah pelajaran tentang makna cinta?

* * *

Selalu…

Sabtu adalah hari yang ditunggu. Hari di mana nafas bisa dihela dengan panjang, dan sejenak mengistirahatkan raga dari rentetan kesibukan yang melelahkan. Saatnya pula untuk menikmati kebersamaan dengan seisi anggota keluarga. Sehingga, berbelanja di sebuah supermarket dekat rumah pun menjadi hiburan yang tak kalah meluahkan kebahagiaan.

Namun sepertinya tidak bagi wanita itu. Bagaikan tak mengenal hari libur, nyaris setiap waktu sosoknya selalu kutemui di sekitar kokusai kouryuu kaikan serta kampus.


Layaknya hari kerja, dikemasnya sampah-sampah yang berserakan serta dipisahkan antara yang terbakar dan tidak. Lantas ditaruhnya pada plastik yang berbeda warna. Sebentar kemudian diambilnya kain untuk mengelap kursi dan meja. Tak lupa, dengan vacuum cleaner dibersihkannya juga permukaan lantai. Setelah selesai ia segera beranjak ke toilet, lalu dengan mengenakan sarung tangan plastik dibersihkannya bekas kotoran manusia tersebut tanpa raut muka jijik.

Ia seperti tak peduli rasa lelah atau letih, walaupun terlihat pakaian seragam cleaning service biru mudanya telah basah bersimbah keringat. Tak juga kepenatan menyurutkan keramahannya untuk bertegur sapa dengan siapa saja saat bertemu muka.

Wanita itu entah siapa namanya. Hanya dengan panggilan obachan ia biasa disapa. Saat bersua denganku, juga selalu disempatkannya bertanya kabar. Bahkan ia pernah bercerita panjang lebar tentang anak-anak serta cucunya karena sering melihatku berjalan-jalan dengan keluarga. Beberapa kali pula saat usai kerja kulihat ia sedang berbelanja, masih lengkap dengan seragam biru mudanya. Lantas ditaruh barang-barang tersebut dikeranjang, dan perlahan dikayuhnya pedal sepeda tua untuk beranjak pulang.

Entahlah, rasanya tak ada perasaan iri dihatinya saat di hari libur ia ternyata harus bekerja, sementara aku justru berleha-leha. Ia bahkan tetap saja semangat bekerja dengan penuh suka cita. Begitu pula dengan obachan dan ojichan lain yang pernah kutemui, mereka selalu asyik menikmati pekerjaannya. Mencabut rumput liar di pekarangan kampus ketika musim panas, menyapu jalanan dari daun yang berserakan pada musim gugur, bahkan dengan bersusah payah turut menyerok tumpukan bongkahan salju di musim dingin.

Terlihat betapa bergairahnya mereka ketika memang waktunya harus bekerja. Gairah dalam bentuk kesungguhan dalam menekuni apapun jenis pekerjaan, yang mungkin tak dipandang orang walau dengan sebelah mata. Karenanya, tak terdengar ngalor-ngidul obrolan hingga jam istirahat tiba untuk sejenak melepaskan lapar dan dahaga. Berselang satu jam kemudian, mereka akan kembali sibuk menekuni pekerjaannya. Senantiasa egitu, dari waktu ke waktu.

Rutinitas mereka mungkin tidaklah istimewa. Bekerja demi memperoleh sedikit nafkah atau sekedar menghabiskan waktu luang, tentu lebih baik dari bermalas-malasan di rumah. Terlebih-lebih itu adalah pekerjaan kasar, bukan kerja kantoran yang menyenangkan dengan penyejuk atau pemanas ruangan.

Lalu mengapa mereka selalu saja bekerja seolah tak pupus oleh lelah? Bahkan bekerja bagaikan sebuah energi yang tak kunjung padam, mengalir dalam pembuluh darah serta menggerakkan jiwa dan raganya.

Sekejap akupun tepekur, kemudian mahsyuk merenung…

Dan kulihat ada gairah membara yang berpendar dari balik kerut-merut kelopak mata tua itu. Seolah sinar matanya menyiratkan pesan agar bekerjalah dengan cinta. Karena bila engkau tiada sanggup, maka tinggalkanlah. Kemudian ambil tempat di depan gapura candi untuk meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cita. (Kahlil Gibran). Wallahu a’lamu bish-shawaab.
-Abu Aufa-

Catatan:
- Kokusai kouryuu kaikan: International House
- Obachan: wanita berumur, setengah tua
- Ojichan: pria berumur, setengah tua

Komentar anda