Saturday, June 29, 2013

Isi Hatiku

aku harus kuat, Allah SWT pasti akan memberikan yang terbaik untukku. kini aku seharusnya mempersiapkan diriku untukk hari depan yang lebih baik. Dirinya sudah ada yang menjaga, serahkan segalanya pada sang pemilik hati.


tujuanku masih banyak yang belum tercapai, mulai dari skripsi S1ku yag masih belum ku kerjakan, persiapan research student di jepang yang belum ku persiapkan sama sekali persyaratan-persyaratannya......

Akan kubuka diriku yang baru mulai dari detik ini, aku yakin aku insyaallah akan sukses 2 tahun lagi dari sekarang. aku akan memepersiapkan untuk mengikuti seleksi beasiswa jepang untuk periode tahun 2013 yang seleksinya akan diadakan tahun depan insyaallah.....

Aku akan buktikan padanya kalau aku kuat....
Aku akan buktikan aku akan berhasil.....
Akan ku buktikan jika aku bisa bahagia.....
Hari  itu akan aku jadikan pelajaran dalam hidupku......



mulai sekarang saatnya belajar semua tentang jepang....dan mungkin akan menetap disana (berharap.com), semoga kedua orang tuaku dan keluargaku ikhlas aku beangkat kesana,.....

akan ku tunggu dia yang ikhlas bersamaku menjaga dan mencintaiku karena Allah SWT


(nisa, 09 Juni 2011)


Cinta

Cinta adalah perasaan istimewa yang dianugerahkan kepada manusia. Cinta menghidupkan jiwa. Cinta menjadikan seseorang bahagia dan merana pada masa yang sama. Siapa yang memahami cinta akan menjadi tuannya, bukan hambanya.

benar adanya, cinta kadang membuat kita merana namun juga kadang membuat kita bahagia. cinta yang ditempatkan pada letaknya yang benar akan membawakan kedamaian tersendiri di dalam jiwa.

cinta tidak hanya kepada sesama manuasia, antara laki-laki dengan perempuan,  namun cinta seharusnya lebih tertuju pada cinta kepada Allah S.W.T atas Rahmat dan kasih syang-NYA kita biberikan apa yang kita butuhkan selama ini, coba dari hal sederhana, oksigen, bayangkan jika Allah mengambil keuntungan dari oksigen yang kita hirup setiap detik, berapa uang yang akan kita bayarkan, bayak sangat banyak sekali namun coba kita renungkan apakah Allah memungut bayaran, TIDAk, Allah memberikan degan cuma-cuma begitu juga dengan yang lainnya seperti sumber daya alam yang melimpah.

Lalu bagaimana kita menyampaikan rasa cinta dan terima kasih kita kepada Sang Pencipta ? sangat mudah, dengan bersyukur atas setiap hembusan nafas kita yang diberikan-NYA itu merupakan salah satu bentuk kita menyampaikan cinta, mencintai lingkungan, selalu menjaganya dari kerusakan itu merupakan juga bentuk ungkapan untuk menyampaikan cinta dan terima kasih kita, selain dari ibadah yan kita laksanakan.

maka tumbuhkanlah cinta mulai dari yang kecil degan niat hanya untuk-NYA, cinta yang bukan hanya sekedar sesama lawan jenis (sesama manusia), namun kepada Sang Pencipta, alam,


Kenangan PKN '07


tak teras hampir akhir semua perjuangan kami menuntut ilmu di Universitas Lampung, terkhusus di program studi PPKn. kilasan kisah masa lalul kembali terputar dalam memory otak ini. suka, duka, kami lewati bersama, rasanya aku ta sanggup untuk berpisah dengan mereka. aku ingin selalu bersama mereka, berjuang bersama-sama. aku masih ingat saat awal aku masuk Universitas Lampung, aku yang bersal dari daerah luar Lanpung sangat takut, namun selang beberapa hari ternyata aku telah diberikan teman-teman yang sanagt membuatku nyaman untuk belajar. mungkin kami hanyalah sekumpulan dengan anak-anak yang tak modis dibandingkan kakak tingkat tapi itulah keunikan kami yang tak akan bisa dimiliki oleh oleh orang lain. semuanya sedang berjuang untuk tgas akhir, ada suka, ada duka tapi kami tetap bersama dalam kegembiraan. walaupun ada satu ruang hati yang sedih namun aku tak mau terlarut dalam kesedihan itu, teruntuk sahabat kami, Reni Puspasari dan Pipit Mustika Fitri yang teah pulang ke Rahmatullah hanya iringan doa tulus kami panjatkan,, sampai kapan pun kalian tetap ada didalam hidup kami, walau secara raga kita tak berjumpa tapi dalam hati kalian tak akan hilang. untuk maryanto (kakek) sosok pemimpin jenkaa dikalangan PKN 07, yuni (nenek) pendamping bapak negara PKn 07, sulis seorang jurnalis, agris, mery, ismi yang sibuk di di bidang dewan mahasiswa, wagito, imam, amri, dwi, bayu, umi, tia, tim jenaka PKN 07 dibawah naungan OVC (Opera Van Civick), elsa, uci, devi, evi, sari, dolla, ika, endah gang cantik di PKN 07, dan sisanya punya keunikan yang tak bisa di katakan, yang semuanya membuat PKN 07 unik, gokil, berwarna, dan tak ada yang bisa menyamainya. 


sedih pasti menghantui jiwa kami karena perpisahan, namun itu bukan sebuah malapetaka namun awal dari semuanya.


MuhasabahQu

Tak dpt dbndung lg, ribuan air mta menetes dras bak banjir yg mengganas. Kembli q telusuri episode-episode kehidupanq yg lalu, betapa bnyaknya dosa yg tlah aku lakukan, n betapa sediktnya kebaikan yg aku lakukan. 

Ya Allah, ampunkan dosa2q yg sampai detik ini aq belum mampu menolong diriq sendiri, mencintai smua pemberianMU pdaku, atas cnta n kasih sayang untukq, atas ujian-ujian beratq yg aq anggap KAU tak adil padaku. Aq malu untk bertemu dnganMU, aq malu....

Ayah, maafkan anakmu yg melupakanmu,mengecewakanmu,menyakitimu, bgaimana tdak engkau terluka, aq jarang mengirimkan doa untkmu,menjaga ibu sepenuhnya, tak menykiti ibu dngan trus berprestasi, menjadi anak yg engkau banggakan, menjadi panutan untk keluarga. Maafkan aq ayahq, aq ingn berubh aq ingn melihat engkau tersenyum walau qt tdak bisa bertmu, aq akan buktikan kalau aq pantas engkau banggakan.

Teman-temanq, bgtu bnyk hari2 qt lwati bersma demi 1 tjuan yg sama. Aq sadar q bnyak salah kepada kalian secra sengaja ataupun tdak sengaja, tpi sungguh tnpa membhngi diri, dngan setulus hati aq meminta maaf, n kalianlah pencetus semangatq, tman bermain yg menyenangkan,tman belajar yg tak bisa q lupakan, menangs, tertawa, bertengkar, kalian nengjarkan arti kehdupan, pershabatan, kepercyaan diri, kemandirian, cinta, kebersmaan n bnyak hal....

Hari-Hari Kuliahku

Annisa 


21 oktober 2010



panas terik itu yang aku rasakan sekarang. setelah berkutat dengan rutinitas lamaku, kiliah, aku pulang kekosan bersama teman baikku happy dan juga hastian. pelajaran hari ini cukup melelahkan dan materi kiliah yang sedikit berat, hukum acara pidana dan juga sosiologi hukum. kesedihan berpisah dengan siswaku masih terasa dan sulit untuk mengobatinya. belum sempat aku bangkit tiba-tiba







"wah, yang mau seminar."



glek. aku hanya diam dan senyum saja. memang bentar lagi waktuku bersama yeman-temanku. perpisahan. kata yang sederhana namun menyakitkan untukku. tapi itulah roda kehidupan, mau tidak mau kita harus menerimanya.







semoga seminarku akan segera berhasil dan menyandang sertifikat guru. aku ingin menjadi seorang guru teladan dan mengumpulkan dana untuk kuliah dijepang. SEMANGAT. YOU CAN IF YOU THINK YOU CAN


Kisah Gita

Sudah hampir satu bulan ini aku mengenalnya, laki-laki yang baik dan sangat sopan. Walaupun hanya sekedar dari dunia maya aku yakin dia laki-laki yang baik, mulai dari tutur katanya yang halus dan sopan dan nasehat-nasehat yang dia berikan untukku. jaka namanya.dan aku gita mahasiswa PTN di indonesia.

Aku tak sengaja berkenalan dengannya. Aku tak tahu awalnya bagaimana sehingga aku berkomunikasi dengannya sampai saat ini. Aku yang sedang dalam masalah mendapatkan sandaran yang bisa mengerti aku membuat aku terlena, namun dia tetap mengingatkan aku pada tujuan yang harus aku capai. Dia begitu sabar menghadapiku yang sangat keras, aku mencintai kesabarannya yang sangat luas.
Aku bercerita tentang dia kepada sahabatku , dia berharap laki-laki itu bisa membimbingku. Berbagai usaha dilakukan oleh sahabatku, sebenarnya dia tak pantas ku panggil sahabat tetapi kakak sebab sejak aku diusir dari rumah dia dan keluarganyalah yang terbuka lebar menerima aku yang seperti sekarang, suatu karunia yang terindah untukku. Berhari-hari aku lewati dengan tidak melewatkan komunikasi walau hanya melalui dunia maya, walaupun jauh aku merasakan dia ada didekatku, selalu memberiku semangat sampai banyak yang menyangka kami berpacaran, berbagai usaha aku lakukan untuk menjaganya tetap pada jalur yang dia lewati selama ini, dia menolak untuk menghapus ku dari daftar temannya. Aku bingung aku tak mau dia harus dijauhin oleh teman-temannya karena aku sadar dunia kami sangat bebeda, dia seorang aktivis dakwah sedangkan aku hanyalah perempuan biasa yang tak layak untuknya dan tidak akan pernah mungkin masuk dalam kriterianya.
Aku menyayanginya bukan karena fisiknya tetapi kesabaran, ketaatan, konsistensinya, tanggung jawabnya dan ketulusannya. aku berharap kelak aku mendapatkan pendamping seperti dia, tapi aku sadar diriku tak akan pernah mendapatkan orang seperti itu. Aku tak mau sakit lagi, aku mengatakan kepadanya aku tak akan menikah sampai kapan pun, dia menentang keras begitu juga dengan sahabatku. Sahabatku mengancam akan membatalkan pernikahannya jika aku tidak menikah, aku bingung. Lagi-lagi laki-laki itu memberiku nasehat yang mententramkan hatiku, tapi aku adalah aku yang keras kepala dan susah untuk di ubah. Aku bilang aku hanya akan menikah dengannya, aku tahu itu tidak akan pernah mungkin tejadi dan dia tidak akan sudi meminangku setelah dia tahu aku seperti apa sekarang. Tapi diluar dugaanku dia bilang dia akan meninta izin kepada orang tuanya terdahulu. Aku diminta untuk menunggunya, aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Ya Robbi ku mohon kemurahan hati-MU semoga ini bukan hanya mimpi

tapi sepertinya semua hanya mimpi. aku baru menyadarinya, kenapa semuanya terlambat. aku tak ingin mendengar kata-katanya lagi semuanya bohong belaka. aku akan jalani kehidupanku dengan keputusanku yang sangat dia tentang.

lampiran
untuk sahabatku thanks atas supportnya

Saturday, June 22, 2013

Seni Ketidakmungkinan | Anis Matta

Sejarah kepahlawanan tidaklah ditulis dengan mulus. Para pahlawan Mukmin sejati tidak selalu menghadapi situasi dan peristiwa yang mereka inginkan

Kita mungkin akan lebih kuat apabila situasi dan peristiwa yang tidak kita inginkan itu sudah kita duga sebelumnya, sehingga ada waktu yang memadai untuk melakukan antisipasi.

Akan tetapi, apa yang akan dilakukan para pahlawan mukin sejati apabila mereka menghadapi situasi dan peristiwa yang tidak mereka inginkan dan tanpa mereka duga sebelumnya? Ini jelas berbeda dengan situasi sebelumnya. Di sana kita mempunyai waktu yang memadai untuk melakukan antisipasi,tetapi di sini kita tidak mempunyai waktu itu. Di sana secara psikologis kita akan lebih siap, tetapi di sini kita tidak terlalu siap. Namun, saat-saat seperti ini akan selalu terulang dalam kehidupan para pahlawan mukimin sejati. Saat-saat seperti ini merupakan saat yang paling rumit dalam hidup mereka. Dan inilah salah satu momentum kepahlawan dalam hidup mereka.

Yang pertama kali mereka lakukan adalah menerima kenyataan itu apa adanya. Mereka tidak menolaknya, tidak juga mencela atau mengumpatnya. Dalam situasi seperti itu mereka menjadi sangat realistis; situasi atau peristiwa itu sudah terjadi, ia sudah menjadi kenyataan yang tidak dapat ditolak. Maka, jalan terbaik adalah menerimanya apa adanya. Tentu saja, tidaklah cukup hanya dengan menerima situasi dan peristiwa itu apa adanya. Maka, yang selanjutnya mereka lakukan adalah menentukan kemungkinan paling buruk yang dapat mengalihkan arah perjalanan mereka menuju kepahlawan. Jalan menuju kepahlawan itu haruslah jelas, sejelas matahari dalam benak dan kesadarannya.

Dengan begitu, ia mengetahui semua kemungkinan yang dapat mengalihkan arah perjalanannya. Misalnya, hadirnya situasi atau peristiwa tertentu di luar kehendaknya dan di luar dirinya serta tanpa ia duga sebelumnya, namun ia menyentuh dan mempengaruhi kehidupannya secara keseluruhan.

Itulah poin paling penting yang harus ia tentukan ketika selanjutnya ia berinteraksi dengan peristiwa atau situasi tersebut. Apabila poin yang dapat mengalihkan arah perjalanannya telah is temukan, maka langkah selanjutnya adalah mengadaptasikan dirinya dengan situasi-situasi baru yang terjadi setelah perubahan keadaan tersebut. Pikiran, jiwa, dan ruhnya harus belajar hidup normal dalam situasi-situasi baru tersebut.

Akan tetapi, dalam proses itu pula ia mencoba menemukan celah yang dapat mengambalikan kekuatan dirinya secara penuh, menemukan saat-saat keseimbangan optimalnya dari seluruh instrumen kepribadiannya dan memuntahkan karya-karya terbaiknya dalam situasi-situasi tersebut. Ia melampaui dengan tenang seluruh hambatan-hambatan yang merintanginya dalam situasi-situasi baru itu.

Kalau politik didefinisikan sebagai seni kemungkinan, kepahlawanan adalah kebalikannya; seni ketidakmungkinan.[]

Friday, June 21, 2013

3 Pertanyaan Rahasia dalam Dunia Marketing

Jika Anda seorang marketer, pastinya Anda punya pertanyaan rahasia yang akan ditanyakan kepada prospek Anda. Dan kali ini saya akan sharing tentang 3 pertanyaan yang membuat seseorang yang tidak ingin membeli produk dan mendadak akan membeli produk yang Anda jual, yaitu
1.     Apa yang paling penting dalam hidup Anda?
Ini adalah pertanyaan yang sangat berguna, jika Anda sedang berjualan kepada orang lain secara 1 on 1
Contohnya: Jika Anda menanyakan kepada seseorang atau calon pembeli produk dan jasa Anda “Apa yang paling penting dalam hidup Anda Pak/ Bu?”
Orang tersebut menjawab: Yang Pertama Uang, Yang Kedua Uang, dan Yang Ketiga adalah Uang.
2.     Apa yang harus Anda hindari?
Orang selalu memikirkan resiko apa yang akan didapatkan jika membeli produk ini/ semua yang kesengsaraan yang negatif yang dapat membuat orang ini tidak membeli produk Anda.
3.     Apa syarat yang Anda inginkan agar Anda mau membeli produk ini?
Jika calon pembeli tidak mau membeli produk atau memakai jasa yang Anda tawarkan, yang pertama Anda lakukan adalah sebagai berikut: Tanyakan kepada calon pembeli Anda mengapa dia tidak mau membeli produk Anda? Tanyakan apa syaratnya agar calon pembeli mau membeli produk atau memakai jasa Anda?

Semoga sharing saya ini bermanfaat dan bisa meningkatkan penjualan Anda. Salam Dahsyat

Tuesday, June 18, 2013

Tolaklah Kejahatan dengan Yang Lebih Baik

Sering kesal karena anda adalah pejalan kaki dan penikmat angkot harian, lalu menemukan angkot langganan anda ngetem lama hingga mengganggu jadwal yang sudah anda usahakan ditepati? Atau anda pengguna kendaraan roda dua atau empat yang hampir celaka lalu lintas karena angkot tetiba berhenti didepan mata, parkir di dua lajur diantara tiga lajur jalan, atau mengambil-menurunkan penumpang ditengah marka?
Anda tidak sendiri, saya rasa jutaan orang berpendapat yang sama.
Di republik ini —saya nggak tahu di tempat lain—, kesewenang-wenangan memang merajalela. Tiada peduli kaya ataupun miskin. Bila yang kaya seolah boleh sombong karena kekayaannya, maka yang miskin juga merasa yang sama. Karena merasa dirinya ‘wong cilik‘ atau ‘orang susah’ jadi seolah-olah menjustifikasinya melakukan apa saja semaunya, merasa punya hak untuk dzalim.
Karena susah, lantas merasa pantas untuk meminta-minta, boleh untuk bertindak semaunya, layak untuk berbuat seenaknya. Ini betul-betul mental yang buruk, tiada bedanya dengan orang kaya yang sombong karena hartanya.
Bila yang kaya memarkir kendaraannya sembarang tempat dengan legitimasi ‘kekayaannya’, maka yang miskin pun tak mau kalah dengan memarkir kendaraannya disembarang tempat karena legitimasi ‘kemiskinannya’. Tampaknya kita sudah mulai kehilangan rasa malu.
Bila yang kaya membuang sampah sembarangan karena merasa sudah ‘membayar’, maka yang miskin pun tidak mau kalah dengan membuang sampah sembarangan karena merasa ‘tidak mampu membayar’
Karena anda ‘wong cilik‘ atau ‘wong susah’, tidak lantas anda boleh merasa arogan.
Tapi itulah yang terjadi pada ummat Muslim di negeri ini. Seolah arogan menjadi boleh jika kita merasa tertindas, merasa kecil. Atau lebih tepatnya, merasa boleh bermaksiat sebagai balasan atas terdzaliminya diri kita.
Membalas yang serupa, atau yang lebih daripadanya. Mungkin ini mental buruk yang masih kita simpan, penanda hati yang mulai membusuk.
Seorang sopir angkot mungkin —mungkin— menganggap tindakannya ugal-ugalan di jalan, parkir dan ngetem memakan seluruh badan jalan, adalah tindakan yang benar. Sebagai balasan atas tertindasnya dirinya. Sama seperti orang kaya yang memarkir sembarangan kendaraan mewahnya karena merasa itu adalah balasan atas pajak yang dia bayarkan.
Perilakunya berdasar ide yang sama. Membalas.
Lucunya, perilaku ini bahkan hadir ditengah kelompok manusia istimewa diantara yang teristimewa, ialah pengemban dakwah. Seringkali diantara kita merasa boleh berkata kasar pada yang lainnya, mencela dan memaki tanpa henti, mengolok-olok dan mencaci. Hanya karena kita merasa sudah didzalimi.
Membalas yang sepadan, kalau bisa lebih menyakitkan. Bukankah itu idenya?
Padahal Allah telah ingatkan kita dalam Al-Qur’an dengan sebuah nasihat yang berlaku hingga akhir zaman
وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang diantaramu dan dia ada permusuhan, seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (TQS Fushilat [41]: 34-35)
Tidak akan selesai dengan kebaikan orang-orang yang membalas kejahatan dengan sepadan atau dengan yang lebih menyakitkan. Jelas itu bukan cara Islam.
Membalas perlakuan serupa hanya menempatkan diri kita dalam tingkatan yang sama rendahnya, bukan amal yang luhur sebagaimana digariskan Islam, dan dicontohkan Rasulullah saw. Membalas perlakuan lebih menyakitkan tidak akan memberikan sebuah penyadaran, bahkan justru membuat mudharat yang lebih besar lagi.
Walau kita disakiti dan didzalimi oleh saudara seiman, hak saudara kita tetap lisan yang baik dan amal yang indah dari kita. Tiada terkotori oleh rasa dendam dan rasa ingin membalas. Wangi perbuatan inilah yang diajarkan oleh Nabi saw pada ummatnya.
تعرض الأعمال كل يوم اثنين وخميس، فيغفر الله عزَّ وجلَّ في ذلك اليوم لكل امرئ  لا يشرك بالله شيئاً إلا امرأ كانت بينه وبين أخيه شحناء فيقول: انظروا هذين حتى يصطلحا
Amal perbuatan diperlihatkan (dihadapan Allah) setiap hari senin dan kamis, kemudian pada hari itu Allah Azza wa Jalla mengampuni dosa setiap orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Kecuali orang yang terdapat diantara dia dan saudaranya sebuah permusuhan, Allah berfirman: “Tangguhkanlah dari kedua orang ini hingga keduanya berdamai” (HR Muslim)
Seseorang mencela Imam As Sya’bi, lalu As Sya’bi mejawab: “Bilamana engkau berbohong, semoga Allah mengampunimu, namun bila engkau benar, semoga Allah mengampuniku”
Tidak sulit “menolak kejahatan dengan cara yang lebih baik”. Karena sesungguhnya syaitan bersemayam dalam tindakan kasar kepada sesama, dan lisan buruk yang terucap dari lisan. Tanpa kita sadari amal kita dibakar habis api hasud dan meninggalkan debu yang kelak disapu angin waktu. Atau lebih parah lagi amal kita sudah disita ghibah dan kata-kata kasar, meninggalkan kita dengan hutang dosa yang kelak dibayar dengan menindihkan diri atas dosa orang lain. Tiada guna balas membalas dalam keburukan. Tiada manfaat balas membalas bahkan dengan yang lebih buruk.
Jadilah pemaaf. Jadilah orang yang bertanggung jawab atas diri kita. Bukan pelaknat dan karenanya kita dicatat sebagai yang terlaknat.
Patut dicatat, pada saat Perang Uhud, kaum Muslim banyak yang gugur, bahkan wajah Rasulullah terluka tersayat pedang. Darah bercucuran dan satu gigi beliau tanggal terkena tombak musuh. Pada saat itu, ada sebagian sahabat yang berkata, “Ya Rasulullah, berdoalah untuk kebinasaan orang-orang musyrik.”
Dengan suara lirih menahan rasa sakit, beliau menjawab, “Tidak, aku bukan tukang laknat. Sesungguhnya aku diutus sebagai pembawa rahmat” (HR Muslim)
Biarlah orang lain bertindak dzalim, maka tugas kita menasihati bukan melaknati, memberikan keterangan bukan membalas yang sepadan, menampilkan kebaikan bukan justru menyakitkan.
Dan bila urusan ‘balas-membalas keburukan ini bisa selesai’. Mudah-mudahan karena kita lantas orang-orang terinspirasi. Dari yang mulia hatinya karena mengemban Islam orang bisa mengambil tauladan. Karenanya tersebarlah Islam, dan mulialah agama.
Akal bisa diajar dengan dalil, namun hati hanya dengan akhlak bisa diambil. Bersikaplah mulia, dan mudah-mudahan Allah ganjar dengan surga.
akhukum, @felixsiauw


Lemah Lembut itu Kekuatan Nan Perkasa

Kita perlu beristighfar atas kekurangan kita masing-masing, kelemahan diri kita dan kurangnya usaha dakwah kita hingga ummat Muhammad saw pada masa ini menghadapi berbagai masalah dalam berbagai rupa.
Zaman ini ummat Muslim dihajar habis-habisan oleh pemikiran kaum yang tidak suka dengan Islam, semisal terorisme, sekulerisme, pluralisme, demokrasi dan liberalisme. Dijangkiti pula oleh penyakit dari segi Harta, Tahta, Wanita. Ditambah pula dengan kaum remajanya yang dirusak oleh perang pemikiran (ghazwul fikri) dalam bentuk 3F; Food, Fun dan Fashion.
Seolah tidak cukup dengan keberadaan serangan dari luar ini, kaum Muslim menambah derita dan sengsara dengan melakukan permusuhan internal. Saling mencela dan memfitnah sudah jadi kontes tanpa akhir. Melaknat dan membuka aib laksanan rantai pembalasan dendam tanpa akhir, keduanya keras kepala dengan pembenaran “kami begitu karena anda begitu, kami berhenti bila anda berhenti” atau dengan slogan “pembalasan itu harus lebih kejam”.
Satu kelompok menjelek-jelekkan kelompok yang lainnya, dan kelompok lainnya merasa dirinya sendirilah yang benar dan yang lain sesat. Satu gerakan merasa dialah satu-satunya yang paling berjasa sementara gerakan yang lain menafikkan kebaikan gerakan yang satu. Senang bila partai lain terjengkang sementara satu partai lain bisa berdiri bahagia diatasnya seraya berkata “Makanya!”
Sudahlah dimusuhi, kita memusuhi diri sendiri
Sudahlah jatuh, ditimpa tangga, ditabrak truk lagi
Apalagi pada saat ini, sosial media telah menjadikan semua orang punya cara untuk mengumumkan diri. Bila dahulu kala metode komunikasi adalah satu arah, kini komunikasi tanpa tahu arah. Bila dahulu kala hanya pengemban dakwah yang sudah teruji yang bisa menyampaikan ide, sekarang siapapun bisa menyampaikan walaupun dirinya sendiri tak memahami apa yang dibicarakan.
Sebagian memang bagus hasilnya, namun sebagaian lagi tidak
Dunia maya memungkinkan arus pemikiran bertukar deras. Siapapun bisa mempublikasikan pemikiran dan siapapun bisa membantah, menyangkal, menghina, mencela, melaknat dan menjatuhkan. Ada orang yang merasa hebat bila bisa membungkam oang lain dalam media sosial, ada orang yang merasa paten bila bisa menyakiti saudaranya di media sosial.
Dan kata-kata kasar sudah menjadi keseharian dalam hidup kita
Saya tidak perlu mengambil contoh, karena tidak santun dalam tulisan ini. Juga anda sudah bisa mengaksesnya kapan saja dan dimana saja saat ini. Walaupun penggemar kata-kata kasar ini jumlahnya tidak banyak, namun mereka —sialnya— persisten (baca: keras kepala).
Sepertinya orang yang menderita kecanduan kata-kata kasar ini mendapatkan semacam kepuasan —adrenalin atau apalah— saat mereka berhasil menyakiti orang lain dengan kata-katanya. Mungkin semisal sadisme lisan, senang bila orang terluka karena lidahnya (dalam kasus sosial media yaitu apa yang dia tulis).
Setelah banyak mengamati perilaku-perilaku semisal ini, hampir-hampir kami berkesimpulan bahwa kegemarn akan kata-kata kasar ini bagaikan penyakit menular dan membuat kecanduan. Pelaku pasti akan ketagihan untuk megucapkan kata-kata kasar, dan biasanya orang yang berkumpul bersama-sama mereka juga mendadak senang berkata-kata kasar.
Padahal kata-kata kasar itu tidak mematikan kecuali bagi empunya, karena telinga pemilik kata-kata kasarlah yang paling dekat dengan tajam lidahnya. Memang betul, bila tajam lidahnya biasanya tumpul akalnya.
Bila lelaki yang berlisan kasar, maka itu akan merendahkan martabatnya. Namun bila wanita yang berlisan kasar, tentu itu lebih mengerikan lagi. Hilanglah segala keanggunannya, kemuliaan dan kehormatan dirinya, enggan dan pantang bagi lelaki mendekati.
Mengapa? Karena lisan itu ukuran akal. Lisan kita adalah apa yang senantiasa kita baca, kita dengar dan kita pikirkan. Apa yang masuk itu jualah yang keluar. Maka orang-orang yang berlisan kasar penuh serapah pastilah bukan Al-Qur’an yang dia daras.
Bila kita sering mencermati Al-Qur’an dan kisah-kisah Rasulullah serta para sahabat. Kita akan terenyuh dibawa, melarut didalam arus keindahan akhlak dan santun perilaku mereka. Generasi terbaik tanpa tanding karena tangis merendah mereka kala malam, kesempurnaan hidup mereka tatkaka siang, dan keimanan mereka sepanjang hidup
Kisah Rasulullah adalah pertunjukan paling memukau. Linang airmata kita yang jadi saksi kesabaran Rasulullah Muhammad saw, manusia terbaik yang pernah berjalan di muka bumi ini. Segala puji milik Allah yang menurnkan manusia yang diberi puji-pujian oleh manusia karena sifatnya yang paling terpuji.
Apalagi Al-Qur’an yang tiap hurufnya adalah kebaikan, merangkai kata-kata penuh hikmah dan kalimat penuh keberkahan. Tiap ayat adalah alunan yang lebih indah daripada sastra manapun, menjelma menjadi paragraf-paragraf penuh arti. Ia adalah surat cinta mesra dari Allah Pencipta Semesta Alam.
Duhai, bagaimana mungkin jiwa yang penuh dengan ilmu dan iman bisa mengeluarkan kata-kata kasar? Tidak mungkin.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS Ali Imraan [3]: 159)
Begitulah sifat Rasulullah yang dijelaskan Allah melalui Al-Qur’an, dia lemah lembut, tidak keras dan berhati kasar, pemaaf dan pengampun, serta senang meminta pendapat dalam satu urusan.
Kelembutan itu adalah rahmat daripada Allah yang diberikan pada hamba pilihan-Nya
إنَّ فيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهُ : الْحِلْمُ وَالأنَاةُ
“Sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang dicintai Allah yaitu ketenangan dan ketelitian” (HR. Muslim)
إِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ ، وَيَعْطِي عَلَى الرِّفْقَ مَا لاَ يَعْطِي عَلَى الْعُنْفِ ، وَمَا لاَ يَعْطِي عَلَى سِوَاهُ
“Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan mencintai kelembutan. Dia memberikan pada kelembutan, apa-apa yang tidak diberikan pada sikap kasar, dan tidak pula Dia memberikan pada yang selainnya”. (HR Muslim)
Rasulullah saw juga bersabda,
عَلَيْكِ بِالرِّفْقِ ، وَإِيَّاكَ وَالْعُنْفِ ، وَالْفَحْشِ ، إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُوْنُ فِيْ شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ ، وَلاَ يَنْزِعُ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Wajib bagimu untuk berbuat lemah lembut, berhati-hatilah dari sikap kasar dan keji, sesungguhnya tidaklah sikap lemah lembut ada pada suatu perkara kecuali akan menghiasinya, dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu, melainkan akan memburukkan perkara tersebut”. (HR Muslim)
Dari Jarir bin Abdillah ra, Rasulullah saw bersabda,
مَنْ يُحْرَمُ الرِّفْقَ ، يُحْرَمُ الْخَيْرَ كُلَّهُ
“Barang siapa yang diharamkan baginya kelembuta, diharamkan baginya kebaikan seluruhya” (HR Muslim)
Demikianlah kelembutan adalah kekuatan tersendiri. Bila ia ada pada Muslimah maka itu adalah tempatnya, namun bila ia dimiliki lelaki maka Rasulullah pastilah teladannya.
Bila niat kita untuk berdakwah lalu kita melegitmasi kata-kata kasar, maka kita harus mengetahui bahwa Rasulullah tiada pernah mencontohkannya. Rasulullah tiada pernah beramal dengannya. Banyak diantara riwayat yang menunjukkan pada kita bahwa Rasulullah menegur kaum kafir dengan lembut, pun menegur kaum Muslim dengan lebih lembut.
Karena yang benar akan dianggap salah bila disampaikan secara kasar, maka jadilah lembut dalam menyampaikan yang benar.
find me @felixsiauw

Monday, June 17, 2013

Cara Mengelola Cashflow Uang Bisnis dengan Efektif dan Efisien

Mengelola cashflow harus seoptimal mungkin sehingga bisa meningkatkan laba. Ada beberapa cara yang Anda bisa gunakan untuk mengola CashFlow di usaha atau bisnis, yang diantaranya adalah
  1. Minimalkan STOK
    Karena STOK bisa diartikan sebagai uang Anda yang berhenti.
  2. Utamakan Terima Uang Didepan.
    Utamakan sistem seperti ini dengan sistem seperti Anda sudah punya modal besar untuk kedepannya
  3. Pastikan Cash In LEBIH BESAR daripada Cash Out.
    Jangan sampai pengeluaran Anda lebih besar dari pemasukkan Anda
  4. Alokasikan
    Alokasikan pendapatan Anda, agar lebih terstruktur, misalnya dari 100% pendapatan Anda = 10% untuk ternak uang, 20% untuk cadangan, 70% untuk operasional.
  5. Bila Hutang, pastikan Cash flow mampu membayar.
  6. Management Cash Flow Penerimaan
    Contohnya saja bisa dari Pendapatan Operasional.
  7. Management Cash Flow Pengeluaran
    Contohnya saja bisa dari Pengeluaran
Sekian artikel tentang mengelolah cashflow, semoga bermanfaat. Salam Dahsyatt

Selalu Fokus Pada Nilai Tambah

Jadilah yang Terbaik, Dengan Membuat Nilai Tambah dan Faktor Kali. Dalam hidup ini tidak semua yang Anda inginkan dapat berhasil seluruhnya, namun itu akan lebih bagus daripada Anda mengerjakan yang sudah pasti tapi tidak berhasil.

Contohnya:
Anda berusaha untuk bekerja dari jam 3 pagi, pulang jam 2 pagi dan hanya tidur kurang dari 1 jam. Tapi jika Anda hanya bekerja menjadi kuli bangunan, sungguh sangat kecil kemungkinannya untuk dapat merubah Anda menjadi besar (Orang Sukses). Oleh karena itu Anda harus berubah! Karena dengan Anda berubah kemungkinan untuk menjadi Orang yang Lebih Besar akan jauh lebih terbuka.

Catatan: Kebanyakan Orang rata-rata bekerja dibidang yang pertama kali Orang tersebut mendapat income. Jika Anda termasuk tipe orang yang seperti ini, Anda harus berhati-hati.

Anda harus berhati-hati dengan apa yang Anda pelajari! dan Anda juga harus berhati-hati dengan income- income Anda yang pertama.
Jika ada seseorang yang belajar Fotografi, dan pendapatan pertamanya yang orang tersebut didapatkan berawal dari memfoto (Misalnya adalah memfoto temannya yang sedang Wisuda). Tidak menutup kemungkinan orang tersebut akan menjadi juru Foto seumur hidup. Lalu apakah boleh? Orang tersebut boleh saja menjadi juru Foto seumur hidup, tapi dengan syarat adalah menjadi yang terbaik. (Ingat Nilai Tambah dan Faktor Kali). Orang tersebut harus menggunakan Faktor Kali untuk membuat orang tersebut menjadi besar, misalnya dengan menjual Franchise (Kalau Perlu Sebanyak Mungkin).

Anda boleh saja menjadi Fotografer, tapi yang sudah dijelaskan sebelumnya! Harus menjadi yang terbaik! Dan jangan belajar bagaimana cara menjadi yang terbaik saja, tapi belajar bagaimana cara berbisnisnya. Begitu juga jika Anda berprofesi sebagai guru, Anda jangan hanya belajar bagaimana cara mengajarnya. Tapi Anda juga harus belajar bagaimana cara bisnisnya. Karena jika Anda belajar bagaimana cara bisnisnya, Anda akan mendapatkan hal yang lebih dibandingkan jika Anda hanya belajar cara mengajarnya.


Mencintai Tanpa Syarat

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin ‘alaa kulli haal. Segala puji bagi Allah Ta’ala dalam segala keadaan. Kepada-Nya kita kita memuji dengan pujian yang sempurna. Tiada tuhanselain Allah ‘Azza wa Jalla. Hanya Dia yang layak untuk dipuji dan disembah dengan sepenuh penghambaan. Kepada Allah Ta’ala kita meminta pertolongan dan menyandarkan harapan.

Shalawat dan salam semoga tak habis-habis kita lantunkan untuk Rasulullah Muhammad shallaLlahu‘alaihi wa ‘alaa `alihi wa shahbihi wa sallam. Tiada kecintaan kepada Allah‘Azza wa Jalla kecuali dengan mentaati utusan-Nya, Muhammad Al-Amin yang menjadi penutup para nabi. Inilah risalah terakhir yang harus kita pegangi.Tidak ada yang lebih berharga untuk kita wariskan kepada anak-anak kita melebihi segenggam iman yang kita harapkan dengan sepenuh kesungguhan agar tumbuh berakar menguat dalam jiwa mereka.

Akan tetapi….

Tak seperti harta yang dengan sendirinya diwarisi, harus ada perjuangan agar iman itu tumbuh, berkembang, mengakar dan menguat dalam jiwa anak-anak kita sehingga mereka bersedia meneteskan keringat untuk menyemainya. Kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh agar mereka tak berpaling. Dan ini bukan soal kecerdasan. Betapa banyak orang yang memiliki pengetahuan luas, fasih berbicara bahasa Arab, tapi iman itu tak bersemayam dalam dirinya. Betapa banyak orang yang mengetahui dan bahkan memahami nash dengan sangat matang,tapi ia justru menjadi penentangnya yang paling lantang. Betapa banyak orang yang memiliki banyak hafalan, tapi sikap beragamanya justru plin-plan. Na’udzubillahi min dzaalik. Inilah pertanyaan besar yang perlu kita renungi senantiasa agar segenggam iman dalam jiwa anak kita tak terlepas dan berganti dengan keingkaran.

Telah berlalu dari zaman kita ini orang-orang yang cemerlang pengetahuannya, disegani kepakarannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan dihormati kepemimpinannya. Dan mereka justru meraih itu semua bermula dari keimanannya yang sangat kuat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Iman itu menggerakkan mereka untuk senantiasa bersungguh-sungguh dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat baginya, termasuk belajar mendalami berbagi cabang pengetahuan. Mereka menjadi pribadi yang kuat karena mereka tidak menyandarkan harapan kecuali kepada Allah ‘Azza wa Jalla semata. Tak sibuk meratapi masa lalu karena khawatir menjadi pintu masuknya setan untuk melemahkan jiwa dan imannya.

Ada yang perlu kita renungkan di sini. Jika iman benar-benar tumbuh, maka kesungguhan dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat baginya adalah buah yang manis untuk dipetik. Ini sekaligus menandakan bahwa jika kesungguhan itu tidak hadir, ada yang perlu diperiksa atas iman mereka. Adakah mereka telah benar-benar beriman ataukah hanya memiliki banyak pengetahuan tentang iman. Sangat berbeda mengimani dengan memiliki pengetahuan tentang iman. Seorang yang beriman sudah sepatutnya berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengilmui apa yang ia imani. Tetapi sekedar memiliki banyak pengetahuan tentang iman tak serta merta menjadikan diri beriman.

Nah, inilah yang perlu kita renungkan seraya mengingat bahwa sepeninggal kita nanti, di luar shadaqah jariyah dan ilmu yang manfaat, tak adalagi yang dapat kita harapkan manfaatnya selain anak-anak shalih yang mendo’akan. Artinya, pertama-pertama mereka harus menjadi pribadi yang shalih dulu, lalu bersebab keshalihannya mereka mendo’akan kita. Bisa saja anak mendo’akan kita setiap hari meskipun mereka tidak shalih. Tetapi apa manfaat yang dapat kita harap jika mereka mengerjakan apa-apa yang menjadi penghalang terkabulnya do’a? Maka, atas do’a anak-anak kita, yang pertama kali kita perlu risaukan adalah iman mereka; keshalihan mereka.

Jika anak-anak menjadi pribadi yang shalih bersebab upaya kita, apakah dengan mengajarkan agama ini secara langsung kepada mereka ataukah mengantarkan mereka meraih keshalihan melalui didikan guru-guru terbaik, maka atas setiap kebaikan yang mereka perbuat ada pahala yang mengalir untuk kita. Jadi, keshalihan itu pun telah berlimpah manfaatnya meskipun mereka belum mendo’akan kita. Apatah lagi jika mereka tak putus-putus berdo’a memohon kasih-sayang Allah ‘Azza wa Jalla bagi kita.

Tetapi apakah yang menjadikan mereka senantiasa berkeinginan untuk mendo’akan kita? Apakah yang membuat mereka senantiasa mengingat kita? Kedekatan emosi. Jika anak-anak itu tak pernah memiliki rasa rindu kepada kita, bagaimana kita berharap mereka akan senantiasa menyebut-nyebut nama kita dalam do’a mereka sesudah kita tiada? Saat hidup saja tak dirindukan. Apalagi jika nyawa telah tercabut dari badan. Masalahnya, sudahkah kita menyemai rasa rindu di hati anak-anak kita? Sudahkah kita memanfaatkan saat-saat berharga untuk anak kita dengan membersamai mereka dan hadir dalam kehidupan mereka secara bermakna? Inilah yang agaknya perlu kita periksa lebih dalam: saat berharga untuk anak kita. Apa maknanya bagi anak?

Apakah ini berarti kita tak perlu bersibuk mengembangkan potensi mereka? Sangat perlu. Hanya saja kita perlu mengingat bahwa itu semua seharusnya untuk menjadikan anak-anak kita semakin ringan hatinya menolong agama Allah ‘Azza wa Jalla. Kita perlu mencerdaskan anak dan melejitkan potensi mereka.

Apakah ini berarti kita tak perlu bersibuk melejitkan kecerdasan mereka? Sangat perlu. Tapi cerdas saja tidak cukup. Demikian pula cara untuk mengantarkan anak-anak meraih kecemerlangan tersebut amat perlu kita perhatikan. Jangan sampai ambisi kita menjadikan anak “tampak istimewa” justru menjadi sebab rapuhnya jiwa dan lemahnya iman bersebab kita mengejar yang instant, melupakan yang fundamental.

Lalainya kita dari memperhatikan hal-hal yang fundamental justru dapat menjatuhkan kita pada kesalahan yang berkepanjangan, penyesalan tak berkesudahan atau kesia-siaan yang besar, padahal kita telah berpayah-payah melakukannya. Atau justru karena tak mau berpayah-payah, kita mengabaikan yang berharga sekaligus amat bermanfaat untuk anak. Inginnya anak jenius, tetapi cara instant yang kita tempuh ternyata tak memberi manfaat apa-apa. Musik Mozart salah satu contohnya. Banyak orang mempercayai mitos bahwa memperdengarkan musik Mozart kepada bayi akan menjadikannya jenius. Padahal tak ada riset yang mendukung. Yang ada justru membantah anggapan itu. Sudah ratusan ribu keeping CD Mozart terjual, sembari melupakan bahwa pada waktu kecil Mozart tak pernah mendengar musik Mozart, tetapi sampai hari ini tidak ada satu pun jenius yang terlahir darinya.

Sama halnya dengan bakat. Banyak yang berlebihan menilai bakat seolah ia menjadi penentu keberhasilan, seakan bakat dengan sendirinya menjadikan seseorang unggul. Orangtua sibuk mencari tahu bakat anak, tapi lupa melapangkan hati untuk mencintai tanpa syarat, meluangkan waktu untuknya dan menempanya agar memiliki kesungguhan serta tujuan hidup yang jelas. Kita lupa bagaimana para orangtua yang tak mengenal bakat dapat mengantarkan anak meraih kecemerlangan, bersebab penerimaan mereka apa adanya dan kesungguhannya mendidik anak. Di luar itu ada satu pertanyaan serius, bagaimana bakat itu melekat pada diri seseorang? Muncul dengan sendirinya?

Ada paradoks. Kita semakin banyak belajar tentang cara kerja otak, tapi di saat yang sama justru semakin enggan berpikir. Kita enggan menelaah, sehingga tak tahu mana yang ilmiah mana yang pseudo-ilmiah. Seakan ilmiah, padahal bukan.

Catatan ringan di buku ini ingin mengajak Anda semua untuk senantiasa menakar kembali langkah kita mengasuh anak, adakah ia menguatkan segenggam iman anak kita ataukah justru sebaliknya; iman tak semakin kokoh, sementara kecemerlangan yang kita harap pun tak teraih.

Kepada Allah Ta’ala saya memohon hidayah dan inayah-Nya. Kepada Allah Ta’ala kita memohon keselamatan bagi diri kita, keluarga kita dan keturunan kita seluruhnya. Kepada Allah Ta’ala kita memohon kebaikan dan kebahagiaan bagi kita, keluarga dan keturunan kita seluruhnya. Selebihnya, ingatkanlah saya dan berikanlah nasehat yang tulus. Apa yang benar pasti dari Allah ‘Azza wa Jalla. Dan apa yang salah sepenuhnya merupakan kejahilan dan kelalaian saya.

Wallahu a’lam bish-shawab.


Di Tengah Terik Matahari Kota Blitar, 22 Mei 2013
Wassalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh,
Mohammad Fauzil Adhim

Komentar anda