Thursday, July 25, 2013

Dan Bersamalah di Sini

Malam berlalu
Tapi tak mampu kupejamkan mata dirundung rindu
Kepada mereka
Yang wajahnya mengingatkanku akan surga
Wahai sang fajar terbitlah segera
Agar sempat kukatakan kepada mereka
“Aku mencintai kalian karena Allah”
-Umar Ibn Khattab-

P
ada suatu hari tiga orang berkumpul disatu sudut kota Madinah. Kisahnya jadi canda. Tapi beginilah keadaannya: yang pertama menebarkan kepedulian, yang kedua membagi kebijakan dan yang ketiga memberi damai dengan pemahaman dan pemaknaan. Itulah Umar ibn Khattab berjumpa dengan Hudzaifah dan Ali ra “Bagaimana keadaanmu di pagi ini wahai Hudzaifah?” tanya Umar.
“Wahai Amirul Mukminin,” jawabnya “Pagi ini aku mencintai fitnah, membenci haq, shalat tanpa wudu dan aku memiliki apa yang tidak dimiliki Allah dilangit”.
“Demi Allah” kata Umar, “Engkau ini membuatku marah!” “Apa yang membuatmu marah, wahai Amirul Mukminin?” timpal Ali ibn Abi Thalib.
“Tidakkah kau dengar apa yang dikatakan Hudzaifah?” Hudzaifah terdiam dan tersenyum kepada Ali ra.
“Wahai Amirul Mukminin”, kata Ali “Sungguh benar apa yang dikatakan Hudzaifah dan akupun merasakan hal yang sama. Adapun kecintaannya pada fitnah, maksudnya adalah harta dan anak sebagaimana firman Allah swt.

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah fitnah cobaan
 (Qs. At Taghababun [64]: 15)

“Adapun kebenciannya terhadap al-haq adalah ia membenci kematian, shalatnya tanpa wudhu adalah salawat kepada Nabi Muhammad saw. Adapun yang ia miliki di dunia dan tidak dimiliki Allah di langit adalah istri dan anak. Bukankah Allah tidak memiliki keduanya.


Bayangkanlah kita membersamai orang-orang yang semacam mereka. Diamnya menjadi tasbih, bicaranya ilmu. Ucapannya penuh doa tak ada yang sia-sia. Bahkan dalam candanya, terkandung ilmu dan kebenaran yang membuat kita merenung dalam-dalam. Mari kita berangan-angan untuk berada di tengah-tengah orang-orang yang terhubung dengan langit dan merasakan ukhuwah meraka mendekap hangat kita dalam kebenaran, kemuliaan dan kebajika. 

Kisah Tentang Luka

Menghadapi orang sulit selalu merupakan masalah
Terutama jika orang sulit itu adalah diri kita sendiri
Jika kita merasa bahwa semua orang memiliki masalah dengan kita
Tidakkah engkau curiga bahwa kita inilah masalahnya

Disaat lain orang-orang yang terluka menjadi para pengeluh yang fasih dan penuh penjiwaan. Dalam dekapan ukhuwah, orang mukmin mengeluh hanya kepada Allah. Mereka bagai Ya’qub yang dalam surat Yusuf ayat ke 86 berkata: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadu kesusahan dan kesedihan dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahui.”
Adapun orang-orang yang terluka, suka mengeluh pada manusia. Padahal sembarang mengeluh itu berbahaya. Seperti kisah tentang seorang ibu yang baik dikeluarga penjahit.
Suatu hari dia berbelanja ke pssar kota dan dibelikannya celana panjang untuk anak lelakinya yang tercinta. Seusai berbelanja ia pun bergegas pulang. Sang anak sangat senang dengan suka cita mencoba celana itu, sementara sang ibu pergi ke dapur untuk membereskan belanjaan dan mempersiapkan makan malam. Tak berapa lama, terdengar teriakan keras.
“Ibu ini bagaimana sih? Masak beliin aku celana kepanjangan begini! Kan jelek kelihatannya.”

“ooh.... Tapi lingkar pinggangnya gimana, kebesaran gak?”
“Ya enggak. Tapi kalau kepanjangan gini aku gak mau pake!”

“Berapa centi lebihnya?”
“Sepuluh centi!”

Remaja tanggung belasan itu sepertinya pergi keluar. Pintu depan terdengar dibanting. Sang Ibu geleng-geleng kepala. Tak ingin mendengar omelan putranya lagi, ia bergegas pergi keruangan kerja suaminya yang seorang penjahit. Diambilnya gunting. Lalu kres, kres, kres dipotongnya ujung bawah celana itu sesuai dengan ukuran yang telah disebutkan anaknya lalu dengan jarum dan benang celana bahan berwarna hitam itu dijahitnya kembali “Beres” katanya sambil tersenyum.

Si anak pergi ke halaman samping. Di sana ada kakak perempuannya yang sedang merawat bunga koleksinya. “Kok cemberut?” tanya sang kakak sambil tersenyum. “kenapa?”
“Ibu tuh mbak, masak beliin celana gak ngerti ukuranku. Kepanjangan sepuluh centi. Jelek dilihatnya!”
“Oh gitu aja ngambek. Perbaiki sendiri kan bisa. Sana gih dari pada gak jelas gitu”
“Males ah, mau main bola dulu ke lapangan”.
Si adik kini sudah duduk di jok sepeda motor bebeknya, dicarinya kunci kontak. Tidak ada, kuncinya pasti dibawa kakak laki-lakinya. Ditemuinya kakak lelakinya di kamar. “Pinjem motor dong!”
“Mau kemana?” tanya si kakak sambil mengucek mata.
“Main bola!”
“Jiah... tumben anak cemen mau main bola!”
“Yah... dari pada dirumah suntuk gara-gara dibeliin celana kepanjangan sepuluh centi!”
Kakaknya tertawa. “Siapa yang beliin?”
“Ibu”
“Ya udah buat aku aja kalo kepanjangan.”
“Enak aja, kan bisa dibenerin. Lagian lingkar pinggang pas kok”
“Tuh kuncinya di atas meja”
“Ok deh”
Si kakak menggeliat lalu bangun dari pembaringannya. Tidur siang yang cukup. Agak sempoyongan dia bangun dan menuju kamar mandi. Sempat mampir ruang makan dan menyambar pisang goreng, dia melirik sekilas keruangan kerja ayahnya yang terbuka. “Oh itu celana yang kepanjangan” gumannya. Dengan gontai dia menuju kearah celana itu. Sambil sesekali masih menguap dan matanya terasa berat, diambilnya gunting dan kres...kres..kres. dipotongnya celana itu sepuluh centi. Dijahit ulang ujungnya dan beres. Sang kakak pergi mandi.
Si adik baru akan menyalakan motor ketika sang ayah mencul dari pintu pagar. Agaknya pulang dari rumah tetangga.
“Mau ke mana?”         
“Main bola pak!”
“Eh, sebentar. Bapak mau pake motornya dulu. Mau beli kancing hias untuk baju pesanan seragam TK.”
“Wah, nanti ketinggalan dong sepakbolanya.”
“Ya sudah sana. Tapi jangan lama-lama”
“Wah gak bisa Pak. Untuk menghilangkan suntuk gini harus lama main bolanya. Sampai capek.”
“Suntuk kenapa?”
“Ibu tuh. Masak beliin celana ukurannya kepanjangan sepuluh senti. Kan gak enak banget pakenya!”
“Nanti Bapak betulin.”
“Nah. Itu baru bagus”
“Berangkat dulu Pak.”
“Ya, hati-hati”
Si Bapak masuk ke ruangan kerjanya. Dilihat celana baru yang teronggok di situ. “Oh celana  barunya model selutut.” Maka kres...kres...kres. Celana itu dipotong lagi, dan dijahit kembali. Ketika menjelang Magrib, ketika si anak pulang terdengar suara teriakan membahana “Aaaa..... celana panjang kok tinggal selutut!”

Dalam dekapan ukhuwah mari sembuhkan luka-luka kita. Apalagi jika kita merasa terluka oleh orang-orang saleh dan insan beriman. Waspadalah. Karena luka itu bisa memicuk kebenciankita kepada iman dan kesalehan. Seperti yang terjadi pada Abdullah ibn Ubay dan orang-orang munafik. Maka jangan pernah lupakan doa yang diajarkan Allah kepada kita, Dan janglah Engkau jadikan ada rasa ghill dihati kami kepada orang-orang beriman, wahai Rabb kami. Sesungguhnya Engkau Maha lembut lagi Maha Penyayang.
Dalam dekapan ukhuwah hindarkan diri dari kepengecutan dan mengeluhlah hanya kepada yang mampu memberikan penyelesaian. Katakan saja, “Ya Allah aku punya masah besar/ “Dan sebagai variasi yang manis terkadang ucapkan juga. “Hai masalah, aku punya Allah yang Maha Besar”.


Sumber: Dalam Dekapan Ukhuwah.  

Semangatnya Kita, Lemahnya Mereka

Suatu benda yang jika dilempar ke atas tidak akan turun ke bawah melainkan telah melewati satu tahap diam di atas. Pasti ada tahapan diam, meski sejenak kemudian baru ia akan turun ke bawah. Bola yang di tendang ke atas takkan turun melainkan setelah berhenti sejenak di atas, kondisi berhenti itu adalah fase stagnasi, yang tidak begitu tertangkap oleh mata karena umumnya ia sangat sebentar. Tapi, kondisi itu terjadi.

Saudaraku
Tahukah kita bila sebenarnya ternyata iman kita juga mengalami hal yang sama. Bahwa iman takkan menurun secara tiba-tiba. Keimanan takkan menurun setelah ia menanjak naik dan berada di atas, kecuali melewati masa-masa amal terhenti untuk beberapa saat. Tidak akan terjadi, penurunan ibadah terjadi secara cepat dan tanpa ada termin stagnasi terlebih dahulu. Dalam hal ini, keimanan akan menurun setelah kita mengalami posisi junud, diam yang mungkin tidak begitu kita rasakan. Persis seperti kondisi bola tadi. Atau serupa dengan kondisi api yang takkan padam sebelum baranya benar-benar mati dan dingin. Fase matinya bara api ini adalah fase stagnan dan diamnya, hingga api itu benar-benar mati.
Kita pernah mengalami stagnasi keimanan itu sebelum kemudian kita mengalami penurunan kita pasti menjalani hidup dalam suasana keimanan yang hangat dulu. Di hari-hari saat kita secara berkala menghadiri majelis-majelis zikir. Disaat kita banyak berada dilingkungan yang kerap mendorong kita untuk memperkuat keimanan, memperbanyak mengingat Allah, meningkatkan  kesalehan dan semacamnya. Ketika kita, dalam rentang waktu tertentu itu, ada dan duduk bersama mengkaji dan memperdalam keimanan kita kepada Allah.
Tapi, mungkin peristiwa ini bagi sebagian orang kini sudah menjadi kenangan, menjadi kisah dan cerita dipojok ingatan. Ketika kita lebih banyak mengarungi lautan luas kehidupan, lebih banyak bersentuhan dengan aneka ragam kenikmatan dunia, lebih jauh lagi berjalan melewati berbagai ujian dan godaan, barangkali kita tidak lebih baik dari dahulu. Artinya kita saat ini, mungkin berada pada tahapan keimanan dan tingkat ibadah yang sangat rendah dari pada kondisi kita pada waktu itu.
Masalahnya tak hanya kondisi kita dahulu yang lebih baik tapi juga pada kenyataannya bila kita kaji dan mengerti, bahwa kondisi semangat juang dan ibadah kita dahulu itu termasuk dalam kondisi lemah bila dibandingkan para salafusaleh dahulu. Mereka yang sudah mendahului kita itu, terus menerus berhimpun karena Allah, bekerja karena Allah, menangis karena Allah dan berduka karena mereka ada dalam konsdisi lemah dan rendahnya tingkat ubudiyahnya kepada Allah.

Saudaraku
Sadarkah kita bahwa kita pernah mengalamai kondisi stagnasi keimanan, kondisi diam dalam ibadah, hingga kemudian kita mengalami penurunan iman dan ibadah?
Dahulu para sahabat dan orang-orang saleh mereka mengalami kondisi semangat, di saat kita sekarang mengaku mengalami kondisi semangat dan tinggi dalam ibadah. Anas ibn Malik ra. Mengatakan. ”sesungguhnya kalian akan melakukan perbuatan-perbuatan yang dalam pandangan mata kalian hal itu lebih ringan daripada helaian rambut. Sementara kami dulu di masa Nabi menganggapnya termasuk perkara-perkara yang membinaskan” atau kita, seperti kutipan syair yang mengatakan “Bangunan kita sama seperti bangunan mereka. Tapi aku tak mendapatkan para penghuninya sama dengan penghuni bangunan mereka dahulu”

Saudaraku
Pembicaraan paling melenakan, indah, nikmat adalah pembicaraan mengenang masa lalu. Bicara tentang kebaikan-kebaikan masa lalu. Cerita tentang kesalehan waktu dahulu. Bertukar kisah soal semangat ibadah yang pernah kita alami di zaman yang sudah kita lewati tapi kita lupa memeriksa tahap demi tahapan penurunan yang kita alami. Bagaimana dan kapan kita mengalaminya stagnasi keimanan lalu jatuh dari ketinggian yang menurut salafusaleh itu masih sangat rendah.
Tangisilah masa stagnasi sebelum kita mengalami penurunan keimanan itu. Jika dikatakan bahwa saat-saat ibadah kita masih dalam kategori saat-saat futur (lemahnya ibadah) para salafusaleh, masa stagnasi keimanan kita pasti harus lebih kita tangisi lagi. bahkan lebih dari itu, ternyata masa stagnansi keimanan kita tidaknya sebentar melainkan memakan waktu yang lama. Mungkin berbilang hari, minggu, bulan bahkan tahun?

Saudaraku
Bukankah para salafusaleh telah berduka dan menangisi ketidasertaan mereka dalam salat berjamaah dimasjid? Bahkan bukankah orang-orang saleh terdahulu sangat sedih dan merasa bersalah karena terlambat datang ke masjid untuk salat berjamaah? Mereka juga sangat berduka disebabkan tidak lagi sering salat malam, merunduklah disini, berdukalah disini atas semua penurunan yang terjadi.


Saudaraku
Mari kita bicarakan lebih jauh tentang apa yang ada dibenak kita dibandingkan dengan apa yang ada dibenak para salafusaleh. Saat ini kita lebih banyak berbicara tentang banyaknya salat yang kita lakukan, sementara mereka lebih banyak berbicara bagaimana tingkat kekhusyukan dalam salat mereka. Saat ini kita lebih banyak berbicara tentang berapa banyak hafalan Al Quran yang kita miliki. Tentu saja ini sangat baik. Tapi mereka dahulu berbicara tentang sejauh mana pengamalan isi Al Quran yang sudah dilakukan. Jika kita sekarang berbicara tentang anjuran membantu saudara kita yang sedang memerlukan bantuan, sedangkan para salafusalih telah membantu saudaranya melebihi dari kebutuhan mereka sendiri terhadap bantuan yang diberikan dan lain sebagainya.

Saudaraku
Marilah, hembuskan nafas kita dan tarik kembali di dalam mihrab ini saat kita bertemu dengan Allah renungkan firman Allah “Bukankah telah datang saatnya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk dan khusyuk hati mereka untuk mengingat Allah dan apa-apa yang diturunkan dari pada alhaq?
   



      

        

Saturday, July 13, 2013

Cinta & Tarbiyah

Rasa syukur yang begitu besar sudah seharusnya ku panjatkan pada Allah. Maha Besar-Nya Allah telah memberiku begitu banyak nikmat yang aku sadari bahwa tidak semua dapat merasakannya. terlahir dan dibesarkan di lingkungan yang sudah begitu dalam mengenal makna tarbiyah. memiliki orang tua yang sepenuhnya rela mengorbankan harta dan waktunya demi membantu agama Allah. subhanallah.. sungguh bangga aku memiliki mereka.

Namun ternyata, dahulu diriku bisa dibilang sangat acuh terhadap jalan dakwah ini. solat 5 waktu sering kali ku tinggalkan, liqo pun malas aku mengikutinya. apalagi semenjak aku masuk SMA, pergaulan ku tak sejalan lagi dengan teman-teman ku yang melanjutkan pendidikannya ke pesantren. jangankan tertarik, melirik ROHIS pun tidak.. ketika ada demo ekskul pada saat MOS. yang menarik hati ku justru Teater, sebuah ekskul yang menurutku mengasyikkan karena bisa dikagumi dan banyak dikenal teman-teman satu sekolah. sungguh tidak ada yang bisa dibanggakan dari diri ku yang dulu.

Sampai akhirnya aku dikenalkan oleh seorang pemuda yang sangat tampan dan juga cerdas. akibat terlalu sering berkomunikasi walau hanya sekedar lewat sms dan tlp, tumbuhlah buih-buih cinta di hati kami dan diikat dengan status pacaran.

Ya, aku sadari Allah memberiku hidayah melalui perantara dirinya. secara perlahan-lahan aku menyadari perubahan pada diriku, terutama pada pakaian ku yang semakin hari semakin syar'i. dan aku pun merasa nyaman ketika aku berada diantara kakak-kakak senior di ROHIS. inilah duniaku yang sesungguhnya.. dan tak disangka dia pun masuk dalam dunia yang sama, tarbiyah.

Sungguh, dia sangat membuat ku kagum. entah dahulu niatku benar atau tidak, tak ada yang tahu. tapi kini aku memohon dan berharap amal ku di jalan dakwah ini tidak sia-sia. karena kini dia \\\'telah tiada\\\', meninggalkan dunia untuk menghadap Yang Maha Kuasa. dan kini, niat ku tidak lain hanya untuk Allah.

Bila Aku Jatuh Cinta

Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan
kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu

Amin !

Perjuangan Seorang Ibu

Betapa mulia perjuangan ibu melahirkan kita
Betapa besarnya pengorbanan ibu membesarkan kita
Betapa sucinya kasih nan tulus ibu membimbing kita
Engkau wanita sungguh mulia engkau wanita sungguh solehah

Tiada kau ingat pengorbananmu
Tiada kau harap balas jasaku
Air susu jadi bukti
Air mata jadi saksi

Di dalam doamu mengalir untukku
Sungguh berat perjuangan hidup matimu melahirkan ku
Sungguh indah hari-hariku bersamamu
Sungguh indah untaian doa-doamu untukku ibu



UKM LDK FOSMA UNSYIAH
07:50 AM
22 Desember 2010


Nostalgia Bahagia Bersama Mama, Bunda, Ummi

Mama, bunda, ummi
Apapun namanya
Kau terciptakan untuk
Mendidik dan membesarkan anak-anakmu

Ikhlasnya hatimu mendidikku, membesarkan diriku
Tak tahu bagaimana aku akan membalasmu
Tak tahu bagaimana sakitnya rasa itu
Rasa sakit saat melahirkan diriku

Mama, bunda, ummi
Apapun namanya
Di dalam rahimmu
Saat ini kau didik diriku

Kaulah wanita perkasa
Guru pertama bagi aku anakmu
Pengawasanmu menentramkan diriku
Kiniku telah dewasa

Kiniku kenang masa indah-indah bersamamu
Kenangan itu kini terbayang kermbali
Masa-masa indah sebagai anak bersamamu
Kini ku rindu masa-masa itu

Akankah ia kembali
Akan ku didik anak-anakku nanti dengan caramu
Mama, bunda, ummi
Apaun namanya

Darussalam, 22 Desember 2010
7:24 AM


Ibunda

Duhai ibunda dengarkan doa
Putramu yang kini
Jauh dari sisimu
Tunaikan pesan
Genggam harpan
Ukir senyuman dari wajah ibuda
Kesabaraanmu asuh diriku
Mendidik diriku
Hingga diriku kini dewasa
Hingga kiniku telah mengerti makna berbakti
Hingga ku memahami akan makna menyayangi
Kini ku berjanji berbakti dan mengabdi padamu
Mencari ridhamu untuk mencapai ridha Ilahi
Ridha Tuhan ada dalam ridhamu
Kesabaranmu asuhkan imanku
Air matamu biaskan rindu
Hari-hari lelah kau lewati untukku
Malam-malam kau terjaga untuk mengasuhku
Ooooh ibunda
Dengarlah ratapan aku anakmu
Oh terima kasih
Ooo ibunda
Dengarlah ucapan terima kasih dariku anakmu


7: 44 AM
22 Desember 2010


Thursday, July 11, 2013

MuhasabahQu

Tak dpt dbndung lg, ribuan air mta menetes dras bak banjir yg mengganas. Kembli q telusuri episode-episode kehidupanq yg lalu, betapa bnyaknya dosa yg tlah aku lakukan, n betapa sediktnya kebaikan yg aku lakukan. 

Ya Allah, ampunkan dosa2q yg sampai detik ini aq belum mampu menolong diriq sendiri, mencintai smua pemberianMU pdaku, atas cnta n kasih sayang untukq, atas ujian-ujian beratq yg aq anggap KAU tak adil padaku. Aq malu untk bertemu dnganMU, aq malu....

Ayah, maafkan anakmu yg melupakanmu,mengecewakanmu,menyakitimu, bgaimana tdak engkau terluka, aq jarang mengirimkan doa untkmu,menjaga ibu sepenuhnya, tak menykiti ibu dngan trus berprestasi, menjadi anak yg engkau banggakan, menjadi panutan untk keluarga. Maafkan aq ayahq, aq ingn berubh aq ingn melihat engkau tersenyum walau qt tdak bisa bertmu, aq akan buktikan kalau aq pantas engkau banggakan.

Teman-temanq, bgtu bnyk hari2 qt lwati bersma demi 1 tjuan yg sama. Aq sadar q bnyak salah kepada kalian secra sengaja ataupun tdak sengaja, tpi sungguh tnpa membhngi diri, dngan setulus hati aq meminta maaf, n kalianlah pencetus semangatq, tman bermain yg menyenangkan,tman belajar yg tak bisa q lupakan, menangs, tertawa, bertengkar, kalian nengjarkan arti kehdupan, pershabatan, kepercyaan diri, kemandirian, cinta, kebersmaan n bnyak hal....

Wednesday, July 10, 2013

Puisi Hati

Titipan Bahagia

Menyingkap tirai hati
Mengintai kesungguhan
Di dalam hatiku subur akan cinta padamu
Tiap jejak yang bertapak
Debu kekhilafanmu selalu terselubung
Dalam maafku

Semoga Tuhan titipkan kebahagiaan
Asa kebahagiaan dalam hidupmu
Semoga bahagia menyapamu
Disetiap lelap dan jagamu

Semoga Tuhan titipkam kebahagiaan

                                                                                                                Ltg, 20 Maret 2012




Lampung....

Lampung...
Satu daerah paling bersejarah
Aku belum pernah kesana
Tapi kisahnya begitu bermakna

Lampung...
Pernah ada dalam sejarah hidupku
Orang yang ku cintai di sana
Ia pernah begitu bermakna bagiku

Lampung...
Pernah ku merasa begitu akrab dengan namamu
Tapi kini begitu perih kala mengingatmu

Ltg, 20 Maret  ‘12



UNILA

Disana ada satu nama yang begitu bermakna
Ada Rani Saputri
Ada Merli yang ceria
Ada Umi yang jenaka
Ada Seli yang begitu peduli
Ada ‘Bolo’ yang rame
Ada Hastian, Marlianto namun sayang kita tak sempat bersua

Ah....
Indahnya kenangan itu
Andai kata kita bisa berjumpa
Ingin ku ucapkan kata
Terima kasih sobatku
Kalian ada karna Rani ada

Semoga ku tak kehilangan kalian
Seperti ku kehilangan Rani

                                                                                                Ltg, 20 Maret ‘12



Kelam kisahku

Desember tiga tahun lalu
Kita bersua lewat chatingan
Kau ajak aku mengenal dunia yang sebelumnya tak pernah ku kenal
Banyak kenangan yang kita ukir di dunia imaji

Mungkin ini ucapanku yang terakhir kali
Nisa aku mencintaimu tanpa batas
Nisa aku ingin membahagiakanmu tanpa pamrih
Aku ada untukmu selamanya

                                                                                Ltg, 21 Maret ‘12



Hebat

Kawan...
Sehebat apapun dirimu
Sekuat apapun dirimu
Kita akan menyerah pada kuasa dan kehendak Tuhan
Ada satu hal yang patut kau ingat
Nasib ada ditanganmu
Takdir ada ditangan Tuhan

                                                                Ltg, 22 Maret ‘12



Rahasia Cinta

Ada orang bertanya tentang cinta
Ku jawab cinta itu Rahasia Tuha
Karena cinta bukan menurut kita
Karena cinta bukan tentang terima tidaknya

Tapi...
Cinta itu naluri dan sanubari
Ia memuntutmu untuk memberi
Bukan meminta
Ia menuntutmu menerima
Bukan pasrah dan menyerah

                                                                Ltg, 22 Maret ‘12



Melukis Pelangi

Di sini kita pernah bersama
Memcari warna seindah pelangi
Ketika kau membawaku
Ke daerah yang baru

Mengajariku rasa cinta
Memberiku rasa bahagia

Mengapa kita dipertemukan
Jika hanya ada rasa duka yang menyiksa
Mungkinkah hanya sebagai ujian iman?
Ataukah hanya sebatas permulaan

Ah...
Aku menyerah

Ltg, 14 April ‘12


Bukankah milik sudah terbagi
Bukankah jodoh janji ilahi
Bukankah ajal sudah pasti
Bukankah rezeki sudah terpilih

Allah ciptakan kita dari air yang hina
Hitam putih takdir ilahi
Martabat dan tahta tak dipunyai
Mengapa harus iri
Mengapa saling benci
Mengapa harus sombong diri
Mengapa harus sakit hati

*Gubahan dari nasyid ‘Mengapa-Hawari’



Tuhan utuslah orang yang layak untuknya
Pilihlah yang terbaik baginya
Tunjuklah yang indah padanya
Bahagiakan ia dengan pilihannya

Prahara ini akan menjadi sejarah
Kisah ini akan menjadi kenangan
Semoga Tuhan hidupkanmu
Dalam kenanganku

                                                                Ltg, 3 Juni ‘13



Ada cinta yang terukir
Dalam sekalung luka yang ku rasa
Manusia hanya berencana
Tuhan jua yang punya kuasa

Biarkan ku berlari
Takkan letih diri ini mencari
Izinkan tubuh ini berlalu
Sembuhkan luka dijemput rinduMu

Dalam doa Cinta kusandarkan jiwa ini
Kuyakin takdirMu akan sembuhkan lukaku
Ikhlasku dengan semuanya

                                                                Ltg, 6 Juli ‘13


 


Komentar anda