Monday, August 6, 2012

Jumlah Rakaat dan Takbir

Pertama: Jumlah raka’at shalat Id ada dua berdasarkan riwayat Umar radhiyallahu ‘anhu (yang artinya): “Shalat safar itu ada dua raka’at, shalat Idul Adha dua raka’at dan shalat Idul Fithri dua raka’at. Dikerjakan dengan sempurna tanpa qashar berdasarkan sabda Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam” [1]
Kedua: Rakaat pertama, seperti halnya semua shalat, dimulai dengan takbiratul ihram, selanjutnya bertakbir sebanyak tujuh kali. Sedangkan pada rakaat kedua bertakbir sebanyak lima kali, tidak termasuk takbir intiqal (takbir perpindahan dari satu gerakan ke gerakan lain dalam shalat, -pent)
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, ia berkata (yang artinya) : “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dalam shalat Idul Fithri dan Idul Adha, pada rakaat pertama sebanyak tujuh kali dan rakaat kedua lima kali, selain dua takbir ruku” [2]
Berkata Imam Al-Baghawi: “Ini merupakan perkataan mayoritas ahli ilmu dari kalangan sahabat dan orang setelah mereka, bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir pada rakaat pertama shalat Id sebanyak tujuh kali selain takbir pembukaan, dan pada rakaat kedua sebanyak lima kali selain takbir ketika berdiri sebelum membaca (Al-Fatihah). Diriwayatkan yang demikian dari Abu Bakar, Umar, Ali, dan selainnya” [3]
Ketiga: Tidak ada yang shahih satu riwayatpun dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan mengucapkan takbir-takbir shalat Id [4]. Akan tetapi Ibnul Qayyim berkata: “Ibnu Umar - dengan semangat ittiba’nya kepada Rasul - mengangkat kedua tangannya ketika mengucapkan setiap takbir” [5].
Bacaan Shalat
Keempat: Tidak shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam satu dzikir tertentu yang diucapkan di antara takbir-takbir Id. Akan tetapi ada atsar dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu tentang hal ini. Ibnu Mas’ud berkata: (yang artinya): “Di antara tiap dua takbir diucapkan pujian dan sanjungan kepada Allah Azza wa Jalla” [6]
Berkata Ibnul Qoyyim Rahimahullah: “(Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) diam sejenak di antara dua takbir, namun tidak dihapal dari beliau dzikir tertentu yang dibaca di antara takbir-takbir tersebut”. [7]
Kelima: Apabila telah sempurna takbir, mulai membaca surat Al-Fatihah. Setelah itu membaca surat Qaf pada salah satu rakaat dan pada rakaat lain membaca surat Al-Qamar [8]. Terkadang dalam dua rakaat itu beliau membaca surat Al-A’la dan surat Al-Ghasyiyah [9]
Berkata Ibnul Qoyyim Rahimahullah : “Telah shahih dari beliau bacaan surat-surat ini, dan tidak shahih dari beliau selain itu” [10]
Keenam: (Setelah melakukan hal di atas) selebihnya sama seperti shalat-shalat biasa, tidak berbeda sedikitpun.
Terlambat atau Tertinggal Shalat
Ketujuh: Siapa yang luput darinya (tidak mendapatkan) shalat Id berjama’ah, maka hendaklah ia shalat dua raka’at.
Dalam hal ini berkata Imam Bukhari Rahimahullah dalam “Shahihnya”, pada “Bab : Apabila seseorang luput dari shalat Id hendaklah ia shalat dua raka’at” [11].
Al-Hafidzh Ibnu Hajar dalam “Fathul Bari” 2/550 berkata setelah menyebutkan tarjumah ini (judul bab yang diberi oleh Imam Bukhari di atas).
Dalam tarjumah ini ada dua hukum :
  1. Disyariatkan menyusul shalat Id jika luput mengerjakan secara berjamaah, sama saja apakah dengan terpaksa atau pilihan.
  2. Shalat Id yang luput dikerjakan diganti dengan shalat dua raka’at
Berkata Atha’: “Apabila seseorang kehilangan shalat Id hendaknya ia shalat dua rakaat” [sama dengan di atas]
Al-Allamah Waliullah Ad-Dahlawi menyatakan: “Ini adalah madzhabnya Syafi’i, yaitu jika seseorang tidak mendapati shalat Id bersama imam, maka hendaklah ia shalat dua rakat, sehingga ia mendapatkan keutamaan shalat Id sekalipun luput darinya keutamaan shalat berjamaah dengan imam”.
Adapun menurut madzhab Hanafi, tidak ada qadla untuk shalat Id. Kalau kehilangan shalat bersama imam, maka telah hilang sama sekali” [12]
Berkata Imam Malik dalam ‘Al-Muwatha’ [13]: “Setiap yang shalat dua hari raya sendiri, baik laki-laki maupun perempuan, maka aku berpendapat agar ia bertakbir pada rakaat pertama tujuh kali sebelum membaca (Al-Fatihah) dan lima kali pada raka’at kedua sebelum membaca (Al-Fatihah)”
Orang yang terlambat dari shalat Id, hendaklah ia melakukan shalat yang tata caranya seperti shalat Id. sebagaimana shalat-shalat lain [14]
Kedelapan: Takbir (shalat Id) hukumnya sunnah, tidak batal shalat dengan meninggalkannya secara sengaja atau karena lupa tanpa ada perselisihan [15]. Namun orang yang meninggalkannya - tanpa diragukan lagi - berarti menyelisihi sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Catatan Kaki:
[1] Dikeluarkan oleh Ahmad 1/370, An-Nasa’i 3/183, At-Thahawi dalam Syarhu Ma’anil Al Atsar 1/421 dan Al-Baihaqi 3/200 dan sanadnya Shahih
[2] Riwayat Abu Dawud 1150, Ibnu Majah 1280, Ahmad 6/70 dan Al-Baihaqi 3/287 dan sanadnya Shahih. Peringatan : Termasuk sunnah, takbir dilakukan sebelum membaca (Al-Fatihah), sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan Abu Daud 1152, Ibnu Majah 1278 dan Ahmad 2/180 dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya, kakeknya berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dalam shalat Id tujuh kali pada rakaat pertama kemudian beliau membaca surah, lalu bertakbir dan ruku’, kemudian beliau sujud, lalu berdiri dan bertakbir lima kali, kemudian beliau membaca surah, takbir lalu ruku’, kemudian sujud”. Hadits ini hasan dengan pendukung-pendukungnya. Lihat Irwaul Ghalil 3/108-112. Yang menyelisihi ini tidaklah benar, sebagaimana diterangkan oleh Al-Alamah Ibnul Qayyim dalam Zadul Ma’ad (1/443,444)
[3] Ia menukilkan nama-nama yang berpendapat demikian, sebagaimana dalam Syarhus Sunnah 4/309. Lihat ‘Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam’ (24/220,221)
[4] Lihat Irwaul Ghalil 3/112-114
[5] Zaadul Ma’ad 1/4410
[6] Diriwayatkan Al-Baihaqi 3/291 dengan sanad yang jayyid (bagus)
[7] Zadul Ma’ad 1/443
[8] Diriwayatkan oleh Muslim 891, An-Nasa’i 8413, At-Tirmidzi 534 Ibnu Majah 1282 dari Abi Waqid Al-Laitsi radhiyallahu ‘anhu
[9] Diriwayatkan oleh Muslim 878, At-Tirmidzi 533 An-Nasa’i 3/184 Ibnu Majah 1281 dari Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘anhu
[10] Zadul Ma’ad 1/443, lihat Majalah Al-Azhar 7/193. Sebagian ahli ilmu telah berbicara tentang sisi hikmah dibacanya surat-surat ini, lihat ucapan mereka dalam ‘Syarhu Muslim” 6/182 dan Nailul Authar 3/297.
[11] Shahih Bukhari 1/134, 135 cet India
[12] Syarhu Taraji Abwab al Bukhari 80 dan lihat kitab Al-Majmu 5/27-29
[13] Nomor : 592 -dengan riwayat Abi Mush’ab
[14] Al-Mughni 2/212
[15] Al –Mughni 2/244 oleh Ibnu Qudamah

0 comments:

Post a Comment

Komentar anda