Wednesday, October 31, 2012

Hidupmu!!!!!

Seorang pria mendatangi Sang Master, "Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati."
Sang Master tersenyum, "Oh, kamu sakit."
"Tidak Master, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati."
Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Master meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, 'Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan."
Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.
Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.
"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku." demikian sang Master.
"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup." pria itu menolak tawaran sang guru.
"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?"
"Ya, memang saya sudah bosan hidup."
"Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang."
Giliran dia menjadi bingung. Setiap Master yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.
Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut "obat" oleh Master edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Begitu rileks, begitu santai!
Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau.
Suasananya santai banget!
Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, "Sayang, aku mencintaimu."
Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi.
Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Sang istripun merasa aneh sekali Selama ini, mungkin aku salah. "Maafkan aku, sayang."
Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?" Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda.
Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan.
Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu."
Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Pi, maafkan kami semua. Selama ini, Papi selalu stres karena perilaku kami."
Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?
Ia mendatangi sang Guru lagi.
Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, "Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan.
Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan."
Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!!!
Hidup?
Bukanlah merupakan suatu beban yang harus dipikul?. Tapi merupakan suatu anugrah untuk dinikmati
(Soulfoul - Mulyandi, Soeng)

Lisan mu, Harimau mu

Pendahuluan    Ada yang tahu ngga lisan itu apa? Nah… benar! Lisan adalah kata-kata, dan kata-kata ini keluar lewat apa? Ya benar, melalui mulut kita dan di mulut ini ada gigi dan lidah yang membuat pengeluaran/pengucapan lisan kita. Lidah termasuk nikmat Allah SWT yang sangat besar bagi kita. Kebaikan yang diucapkannya melahirkan manfaat yang luas dan kejelekan yang dikatakannya membuahkan ekor keburukan yang panjang. Dalam sebuah hadits, Rasulullah telah memperingatkan kita untuk mempergunakan lidah kita dengan hati-hati , bunyi haditsnya sebagai berikut : Dari Abi Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda : "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah ia berkata yang baik-baik atau hendaklah ia diam; dan barangsiapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah menghormati tetangganya, dan barangsiapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah menghormati tamunya." (H.R. Bukhari-Muslim).

Guna Lidah    Lidah itu banyak gunanya, antara lain :
1.   Untuk menyerukan kebenaran (Q.S. 3: 110)
2.   Untuk melarang kemungkaran (Q.S. 3: 110)
3.   Untuk memberikan nasehat yang baik (hadits tentang hak muslim atas muslim lain)
4.   Untuk berbicara di depan penguasa yang dzalim
5.   Untuk mendamaikan kedua orang yang berselisih
6.   dll (cari sendiri contohnya dalam kehidupan sehari-hari)
   Seperti ular berbisa, lisan pun sangat berbahaya. Bila kita tidak menjaganya, bahkan mungkin sakit yang diakibatkannya melebihi sakitnya gigitan ular berbisa. Siapa pun tidak akan selamat dari kejahatan lidah, kecuali bia dia bisa mengendalikan dengan tidak berbicara kecuali yang bermanfaat di dunia dan akhirat (susah, yah… soalnya kita kan senang ngobrol). Mau tahu bahayanya lisan? Siapa yang mau nyoba ngasih jawabannya, apa aja sih bahaya lisan itu? Nah bener itu… ngegosip itu termasuk bahaya lisan. Udah pada tau khan ngomongin orag itu nggak boleh. Ada lagi yang tahu?? Ya, benar…. Memfitnah, mengadu domba, berdusta, dan berbicara berlebih-lebihan juga termasuk ke dalam bahaya lisan. Kalian sudah pada tahu Ummul Mu'minin 'Aisyah? Nah beliau pun pernah kena fitnah orang-orang yang dengki kepadanya. Kisahnya diabadikan dalam Q.S. 24 : 11, yaitu "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar." Berita bohong apa sih yang bikin heboh itu, sampai-sampai Allah memasukkannya ke dalam Al-Qur'an? Nah… berita bohong ini mengenai istri Rasulullah, Ummul Mu'minin 'Aisyah r.a. sehabis perang dengan Bani Mushthaliq bulan Sya'ban 5 H. Peperangan ini diikuti oleh kaum munafik, dan turut pula 'Aisyah dengan Nabi berdasarkan giliran yang telah disepakati di antara istri-istri Nabi.
   Dalam perjalanan mereka kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat. 'Aisyah keluar dari sekedupnya (tandu yang tertutup) untuk suatu keperluan, kemudian kembali. Tiba-tiba beliau merasa kalungnya hilang, lalu dia pergi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan bahwa 'Aisyah masih ada di dalam tandu (berat badan 'Aisyah waktu itu ringan kali, ya… jadi perbedaan antara ada dan tidak ada Aisyah dalam tandu nggak akan kerasa sama yang nandunya).
   Setelah 'Aisyah mengetahui tandunya sudah berangkat, dia duduk di tempatnya dan mengharapkan tandu dan rombongan itu akan kembali menjemputnya. Kebetulan lewat di tempat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan ibnu Mu'aththal. Diketemukannya seseorang sedang tidur sendirian dan dia terkejut seraya mengatakan, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, istri Rasulullah." 'Aisyah terbangun. Lalu dia dipersilahkan oleh Shafwan mengendarai untanya. Shafwan berjalan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah. Orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut pendapatnya masing-masing. Mulailah timbul desas-desus. Kemudian kaum munafik membesar-besarkannya, maka fitnah atas 'Aisyah r.a. itupun bertambah luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum muslimin.
   Ternyata fatal juga ya akibatnya, hanya karena seseorang mengatakan berita bohong bisa menggoncangkan stabilitas sebuah negara (keren banget khan istilahnya). Ngomongnya sih ringan, bahkan mungkin kita tidak ingat apa yang baru saja kita ucapkan, padahal dia pada sisi Allah adalah besar (Q.S. 24 : 15). Contoh di atas adalah kisah tentang bahayanya memfitnah orang. Nah… sekarang bagaimana halnya dengan ghibah alias ngomongin orang.
   Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah pernah bersabda, "Tahukah kamu apakah Ghibah itu?", para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu!". Lalu beliau melanjutkan, "Yang kamu menceritakan saudaramu tentang hal yang tidak disukainya." Lalu seseorang bertanya, "Bagaimana pendapatmu bila apa yang aku katakan ada pada diri saudaraku yang aku ceritakan?" Beliau menjawab, "Bla apa yang kamu ceritakan itu ada pada diri saudaramu, maka kamu telah melakukan ghibah terhadanya. Dan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada pada diri saudaramu, berarti kamu telah mengada-ngada tentangnya." (H.R. Muslim)
   Bahkan Allah mengibaratkan orang yang suka ghibah itu seperti halnya dia memakan daging bangkai saudaranya yang telah mati (Q.S. 49 : 12). Oleh karena itu, kita perlu tahu apa saja yang termasuk adab-adab dalam berbicara.
Adab berbicara :
1.   Pada orang tua


J   Tidak boleh berbicara lebih keras  

J   Tidak boleh membantah  

J   Tidak boleh berkata "ah"  

J   Tidak boleh berkata-kata yang menyakiti hatinya  

J   Berkata lemah-lembut dan kasih sayang  

2.   Pada teman/saudara/kakak/adik

J   Tidak boleh mengejek  

J   Lemah-lembut dan penuh kasih sayang  

J   Berbicara seperlunya saja  

J   Tidak boleh menyombongkan diri  

J   Tidak boleh berlebih-lebihan dalam berbicara  

3.   Pada guru

J   Seperti kepada orang tua kita  

   Ada juga dusta yang dimaafkan oleh Allah. Mau tahu ngga?? Contohnya, berdusta demi keselamatan nyawa kita dan aqidah kita. Seperti yang pernah dialami oleh Amar bin Yasir ketika ia mendapat siksaan yang bertubi-tubi dan tak tertahankan dari kaum kafir Quraisy. Contoh lainnya adalah dusta untuk mendamaikan dua orang yang berselisih (sekarang mah kebanyakan kebalikannya, orang yang tidak berselisih dibuat berselisih dengan dusta yang menyesatkan). Contoh dusta lain yang diperbolehkan adalah dusta seorang suami untuk menyenangkan istrinya (kalo belum nyambung jangan dikasih ke anak-anak!). Cuman sedapat mungkin kita harus menghindari berkata dusta dan sia-sia.

Penutup
   Alangkah baiknya kalau kita tutup materi bahaya lisan ini dengan sebuah hadits. Dari Mu'adz bin Jabal telah berkata: Aku telah berkata: "Ya Rasulullah! Beritahulah aku suatu amal yang dapat memasukkan aku ke dalam syurga dan menjauhkan aku dari neraka." Nabi menjawab : "Engkau telah bertanya tentang perkara yang besar, dan sesungguhnya itu adalah ringan bagi orang yang digampangkan oleh Allah ta'ala atasnya. Engkau menyembah Allah dan jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya, dan mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah." Kemudian beliau berkata : "Inginkah engkau kuberi petunjuk padamu akan pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai dan sedekah itu menghapuskan kesalahan, sebagaimana air memadamkan api dan shalat seseorang di tengah malam." Kemudian beliau membaca Q.S. As-Sajadah : 16-17. Kemudian beliau bersabda, "Maukah bila aku beritahukan padamu pokok amal dan tiang-tiangnya, serta puncak-puncaknya?" Aku menjawab, "Ya hai Rasulullah." Rasulullah bersabda, "Pokok amal adalah Islam dan tiang-tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad." Kemudian beliau bersabda, "Maukah kuberitahu padamu tentang kuncinya perkara itu semua?" Jawab, "Ya hai Rasulullah." Maka ia memegang lidahnya dan bersabda : "Jagalah ini." Aku berkata, "Hai Rasulullah apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?" Maka beliau bersabda : "Semoga selamat engkau! Adakah yang menjerumuskan orang atas mukanya (atau sabdanya, ke atas batas hidungnya) ke dalam neraka, selain buah ucapan lidah mereka? (H.R. Tirmidzi)

Perpisahan Agung

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum --peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."
Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik alaaa wa salim 'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
NB:
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita.
Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Amin... Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang menyayangimu di dunia tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang mengasihmu diakhirat.
sumber : milis

Saturday, October 20, 2012

Celoteh Seorang Akhwat

Lelaki istimewa tak hanya sekedar dinilai dr seberapa tampan rupanya,,, seberapa banyak hartanya dan setinggi apa jabatannya...
Itu hanya bonus plus2...
Yg terpenting bagi sy tetap satu "Paham dan mau belajar agama"

lho v emang bs ya hdup dngn agama?
Rmh tngga tu butuh duit,,,, butuh wajah cakep biar makin cinta dan setia...
Iya memang,,, hidup butuh duit,, hati dan mata jg butuh penyegaran d

ngn objek pandang yg indah biar tdk melirik yg lain...
Namun,,, apa bs slesai hnya dngn duit, rupa dan tahta? Tdk bukan?

Ketahuilah agama itu mencakup sgala aspek khdupan...
Org yg paham agama,, tak hnya skedar berteori,, tp ia jg mengamalkannya dlm khdupan shari2...
Org yg ngakunya paham agama tp cm teori doang,,, itu bkn paham nmanya,,, tp hafal....

Butuh duit? Jika dia paham agma,, dia pst tau kwajiban sbg seorg suami apa sih? Ya mnafkahi klwrgnya...

Fisik menarik? Jika dia paham agama,,, dia jg pst tau akn pentingnya kebersihan dan keindahan agr dia trlihat mnarik di mata pasangannya...

Buth cinta? Jika dia paham agama,,, dia jg pst tau bgaimana cara mmbuat psangannya bahagia dan nyaman brsamanya...

Smw ada di agama,,, hayo mau cari apalagi?

Orang yg ngaku paham agama,,, tp dia cm berdoa doang tnp usaha,,, sampe lumutan diem di mesjid pun uang kagak bakal dateng sndiri,,, emngnya bs turun dr atas genteng atw dikasih doraemon yg ktanya bs ngabulin smw prmintaan...
:D

Oooh tidak bisa....

Ingat ya,,, paham agama bukan hanya sekedar teori,,, tp yg utama itu dngn pengamalannya...
Klo cm sekedar teori,,, ke laut aje dehhh :D

#celotehanku saja drpd bengong hhe...

Sang Pejuang!!!!!

https://m.ak.fbcdn.net/sphotos-h.ak/hphotos-ak-prn1/c0.0.403.403/p403x403/524903_451002174950851_1698174994_n.jpg
Jika ada seorang yang selalu menebar semangatnya,,, maka dialah orang itu,,, jika ada yang membuat para yahudi dicekam ketakutan,,, maka dialah orang,,, seorang yang sellu menggetarkan hati dan jiwanya dengan sebuah mimpi indah untuk tanah
tercintanya,,, seorang yang sejak remaja,,, pantang menyerah,,,, meski kondisinya terbatas,,,,

Ia pemuda biasa yang lahir dari keluarga miskin,,, lagi pengungsi,,, ia punya mimpi,,,,, yah mimpi untuk melawan kedzaliman yang menporak porandakan tanah nabi,,,, yang juga tanah kelahiranya,,,,
Dan cerita itu bermula,,, ketika suatu hari bersama temannya membuat suatu kemah,,, ketangkasan di pantai Gaza,, dan dari sanalah kisah menakjubkan itu bermula,,,,

Hingga tiba saat akhir acara mereka berlomba,,, mereka saling adu ketahanan siapa yang bisa melakukan head stand berdiri dengan kepala dalam jangka waktu paling lama,,, dialah pemenang,,,, dan sebagai hadiah,, maka sang pemenang,,,, berhak untuk di gendong bergantian selama perjalanan pulang,,,

Semua peserta ikut berlomba,,, hingga satu demi satu mereka menyerah,,, dan tinggalah,,, dia sendiri,,, sang pemuda yang begitu energik,,, dia masih bertumpu pada kepalanya,,, bahkan sampai beberapa jam kemudian,,, teman-temanya berseru tapi ia tak beranjak,,,, dan senyum itu ia coba dia gulirkan,, ,,,,
Hingga pada satu titik waktu,,, ia tak tahan lagi,,,serasa ada yang meledak di kepalanya,,, lalu ia jatuh,,, sayangnya,, saat ia mncoba bangkit,,, ia limbung dan jatuh lagi,,, dan kakinya sulit untuk di gerakkan,,, bahkan serasa tak mampu untuk menahan berat tubuhnya,, dan hari itu usianya,,,,, baru 16 tahun,,, dan nama pemuda itu adalah… AHMAD YASSIN
Ia lumpuh di usia remajnya,,,, tapi mimpinya tak pernah ikut lumpuh mimpinya terus menyala bahkan kian berkobar,,, dengan kelumpuhanya ia memilih untuk menjai guru agama islam,,, di sebuah sekolah dasar,,, dan karena mimpi-mimpinya yang sangat menjulang muridnya jadi seperti tersengat,,, konon tiap kali aia mengajarkan,, muridnya bak kerasukan,, mereka dengan semnagat mengamalkan apa yang dikatakan,,,,
Suatu hari di singgungnya tentang shalat malam… maka paginya,,para wali,,, murid memprotes pihak sekolah,, karena anak-anak mereka,,, jadi begadang untuk mengrrjakan shalat malam,,, suatu hari di singggungnya tentang puasa sunah,,, maka lagi-lagi orang tua para murid,,, kelabakan lagi,, karena hari berikutnya,,, anak mereka yang masih kecil menolak sarapan pagi dan makan siang untuk berpuasa,,, padahal cuaca sangat panasnya,,,

ada kekuatan yang tersembunyi di balik tubuh lumpuhnya,,,, itulah kekuatan jiwa,,, begitu kokohnya hingga jasad yang rapuh bisa bersinar bagai matahari,,, bersinar meledakkan….
Bertahun-tahun ia dipenjara,,, Israel,,, sampai manusia pun bertanya,,apa bahaya orang tua yang lumpuh dan penyakitan itu,,,, bahkan dokter di penjara Israel hampirmenganggapnya sebagai laboratorium hidup karena hari tak berganti,,, tanpa bertambahnya,,, penyakit ditubuh orang tua yang berkursi roda itu,,,,,,
Dan itulah laki-laki yang selalu di takuti iasrael,, bukan seperti Rambo ,,,, bukan yang berbadan kekar seperti Ade Rai,,, karena dia hanya seorang yang lumpuh,,, yang berjuang di atas kursi roda,,, yang berbicara pun terbata yang suaranya,, kecil hamper kehabisan bunyi,,,,

Tapi kekuatan jiwanyalah,,, yang dipenuhi mimpi,,,, keyakinan pada janji illahi… membuatnya begitu perkasa,,, begitu berwibawa di hadapan jutaan bersenjata lengkap,,,,,

Malu menghinggapi,,,, kala kembali mengurai kisahnya,,, kisah seorang yang lumpuh sejak belia,,, namun ia selelu beremangat untuk sellu mngobarkan api jihad pantang mnyerah dan membuat yahudi takut,,, dan saat kita dapati kondisi fisik kita yang lengkap tanpa cacat sekarang,,, nyatanya,,, kita juga belum bisa mempersembahkan sebaik beliau,,, sang pejuang palestina,,,,, Ahmad yassin,,,,


Hukum Cadar

Ada perselisihan yang panjang diantara ulama, ringkasnya ada dua hukum cadar yaitu:


1. Wajib


Inilah pendapat As-Suyuthi dan Ibnu Hajar Al- Asqolaniy. Sedangkan ulama sekarang yang mewajibkan  dalah Syaikh Muhammad As- Sinqithi, Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim Al-Jarullah, Syaikh Bakr Abu Zaid, Syaikh Mushthafa Al- Adawi.

2. Sunnah
Menurut madzhab Syafi’i, Imam Malik dan Abu Hanifah, hukum menutupi wajah itu sunnah. Ini juga pendapat ulama seperti Ibnu Hazm dan Ibnu Batthal. Adapun ulama sekarang adalah syaikh Al-Albani dan beliau membahas panjang lebar dalam kitab beliau Jilbab Al Mar’ah Al Muslimah. Kita tidak bermaksud mentarjih mana yang lebih kuat, akan tetapi pengalaman kami bertemu dengan para ustdaz di Indonesia ketika dauroh-dauroh sebagian besar berpendapat bahwa hukum cadar adalah sunnah. Dan kami pun lebih tenang terhadap pendapat yang sunnah. Akan tetapi yang terpenting adalah jangan sampai berpecah belah dan saling menyalahkan hanya karena masalah ini. Karena ini adalah ikhtilaf mu’tabar [terangggap]. Masing-masing punya dalil yang kuat. Kita harus menghormati pendapat orang lain. 
Cadar Bukan Tolak Ukur Keshalihahan Wanita Sebagian beranggapan bahwa wanita yang sudah memakai cadar adalah pasti wanita yang sangat shalihah. Seperti wanita yang bercadar pasti pintar menjaga diri, ngajinya bagus dan pasti taat pada suami. Tetapi jangan dijadikan tolak ukur. Ini belum tentu karena tetap saja tolak ukurnya adalah akhlak dan takwa. Allah Ta’ala berfirman,
ﺇِﻥَّ ﺃَﻛْﺮَﻣَﻜُﻢْ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﺗْﻘَﺎﻛُﻢْ
“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian.” [QS. Al Hujurat: 13]

Bahkan ada yang beranggapan bahwa cadar adalah tolak ukur sudah ahlus sunnah atau belum, menjadi tolak ukur akhwat “ngaji” atau tidak. Ini adalah anggapan yang salah. Karena hukum asal seseorang adalah ia ahlus sunnah wal jama’ah kemudian dilihat bagaimana pemikiran dan manhaj/ metodologi beragama yang ia tempuh, apakah sesuai dengan pemahaman salafus shalih atau tidak. Sehingga kurang tepat jika ada wanita yang memandang kurang shalihah wanita yang belum bercadar, atau terkadang meremehkannya kemudian berkomentar, “Sudah lama ngaji kok belum pakai cadar, apa dia ga tahu keutamaan bercadar.”

Padahal bisa jadi, ia beranggapan sunnah kemudian ada penghalang. Dan bisa jadi ia punya amalan lain yang lebih banyak dan lebih ikhlas. Begitu juga dengan curhat seorang ikhwan kepada kami tentang perkataan orang-orang, “Istri antum belum ngaji ya, kok nggak pakai cadar?” Jelas ini adalah anggapan keliru dan perlu kita luruskan bersama. Jangan Kaku dan Memaksa Memakai Cadar Ini bagi mereka yang berkeyakinan bahwa cadar adalah sunnah. Jika belum mampu memakai cadar maka jangan memaksakan diri. Misalnya larangan keras dari orang tua dan keluarga. Masyarakat di sekitar belum menerima cadar. Cadar adalah suatu hal yang sangat asing dan masih dianggap pakaian istri teroris. Walaupun ia sudah menjelaskan dengan cara yang lembut dan baik lagi bijaksana. Akhirnya ia dikucilkan oleh keluarga dan masyarakat kemudian putus silturahmi. Maka dalam kondisi seperti ini jangan memakai cadar. Walaupun niatnya melakukan sunnah karena berlaku kaidah 
ﺩﺭﻉ ﺍﻟﻤﻔﺎﺳﺪ ﻣﻘﺪﻡ ﻋﻠﻰ ﺟﻠﺐ ﺍﻟﻤﺼﺎﻟﺢ
“Menolak mafsadat didahulukan daripada mendatangkan mashlahat”

Jika ia memakai cadar maka mendatangkan mashlahat yaitu melaksanakan sunnah, jika ia tidak pakai cadar maka menolak mafsadat yaitu tidak ridhanya orang tua, dikucilkan dan putusnya silaturahmi. Maka dengan kaidah ini ia wajib menolak mafsadat dengan tidak memakai cadar. Selain itu hukum wajib ridha orang tua didahulukan dari hukum sunnah memakai cadar. Akan tetapi kasus seperti ini sangat jarang sekali kita temui, yang ada adalah keluarga yang tadinya keras dan sangat anti cadar akhirnya luluh dengan dakwah lembut dan bijaksana dari akhwat tersebut. Sejak memakai cadar ia semakin berbakti kepada orang tua, semakin rajin, semakin ramah terhadap orang lain, IPK meningkat dan semakin menunjukkan perubahan ke arah positif. Beberapa banyak tempat yang dulunya anti cadar sekarang cadar adalah menjadi hal yang biasa. Oleh karena itu harus tetap bersemangat mendakwahkah sunnah yang satu ini.

Bersambung insyaAllah…
Penyusun: Raehanul Bahraen
Muroja’ah: Ust. Ammi Nur Baits

Wednesday, October 17, 2012

Bidadari Untuk Ikhwan Part#11


JILID 5
“Begini, Lid! Kalau menurut pengamatan saya, ada sebuah hal yang mendasari seseorang
itu acuh tak acuh dengan hukum Islam itu sendiri. Sedangkan ada beberapa hal pola yang
harus kita ketahui, tentang judul skripsi kamu. Nah, saya melihat sebuah fenomena yang
mendasar pada negeri kita ini. Memang, hukum kita ini sangat mudah untuk ditarik ulur.
Atau dalam hal ini, banyak sekali undang-undang karet yang mudah untuk dimainkan
oleh penegak hukum. Entah itu Hakim, Jaksa, Polisi atau bahkan Pengacara sekalipun.”
Prof. Susilo menarik nafas sebentar, setelah itu beliau melanjutkan analisisnya “yang
akhirnya terjadi adalah, sebuah anggapan bahwa hukum kita mudah untuk dibeli. Namun
persoalan yang paling mendasar dalam sebuah permasalah skripsi kamu, bahwa
sesungguhnya hukum Islam itu sendiri masih asing ditelinga orang Islam. Sehingga untuk
memunculkan Hukum Islam, apalagi hukum pidana Islam. Maka seseorang harus dapat
benar-benar paham tentang apa pola-pola keberadaan hukum tersebut. Contohnya, dalam
kasus Umar bin Khattab. Seorang pencuri pun, dapat diampuni hukuman potong
tangannya. Nah, itu terjadi karena kelalaian pemerintahan Umar bin Khattab sendiri.
Dalam hal ini, Umar bin Khattab merasa berdosa karena masih ada rakyatnya yang
kelaparan. Akibat kelaparan itulah seorang dapat mencuri. Ingat, Lid. Rasulullah pun
telah bersabda “sesungguhnya kemiskinan itu menyebabkan kekufuran.” Nah, jika kita
melakukan hukum pidana Islam. Minimal rakyat sudah bisa hidup layak dan
mendapatkan makanan dengan mudah. Sedangkan faktanya, bahwa rakyat negara ini
masih sangat lemah perekenomiannya. Jadi Lid, menurut saya tingkat kesejahteraan
itulah yang mendorong seorang untuk bisa memahami tentang arti the rule of law! Kalau
menurut kamu gimana?”
Sejenak aku berfikir, memikirkan apa yang telah diucapkan oleh guru besar yang
satu ini. Memang analisis beliau terlihat gamblang, jelas dan ringkas. Dan langsung to the
point. Bahwa, kalau menurut penafsiranku tentang analisis beliau. Bahwa sesungguhnya
semua aturan (hukum) dapat ditegakkan jikalau pelaku hukum bisa menikmati
kesejahteraan dari aturan (hukum) tersebut. Dengan kata lain, tingkat perekonomian
masyarakatlah yang menjadi pedoman. Jikalau, sebuah masyarakat sudah mempunyai
tingkat perekonomian yang tinggi maka secara otomatis pendidikan masyarakat pun juga
tinggi. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, maka secara otomatis hukum akan
berjalan sesuai apa yang diharapkan. Tetapi, ada kejanggalan.
“Hem, begini Pak!” ucapku sambil terlihat memikirkan suatu hal. “Hukum, merupakan
aturan yang harus diterapkan oleh masyarakat. Jikalau hukum itu baik, maka
masyarakatpun ikut baik. Insya Allah!” ucapku
Terlihat Prof. Susilo memandangiku dengan seksama. Memperhatikan setiap ucapanku.
Dan sesekali mengangguk jika beliau setuju dengan pendapatku.
Setelah itu aku mengatakan “sebuah aturan atau hukum, baik yang sudah maupun yang
akan diterapkan kepada masyarakat. Harus melawati titik uji tentang keampuhan hukum
tersebut. Dengan kata lain, bahwa hukum tersebut mempunyai sifat yang haq (benar) dan
tetap serta tidak berubah-ubah. Untuk membuat sebuah kebenaran, maka seseorang
pembuat hukum harus mengetahui kebenaran itu sendiri. Untuk mengetahui kebenaran,
maka pembuat hukum pun harus menjadi orang yang benar. Dan untuk menjadi orang
yang benar, maka pembuat hukum harus melakukan kebenaran atau dalam kata lain
kegiatan kebenaran. Sehingga, akan terjadi stimulus (pembangkit) untuk melakukan
kebenaran itu sendiri. Sehingga para penegak hukum pun dengan serta merta akan
melakukan pembenaran tentang adanya kebenaran. Jikalau nyata-nyata sebuah kebenaran
itu adalah benar.
Dinegara kita ini, tingkat masyarakat untuk memahami hukum memang sangat
rendah. Sama rendahnya dengan apa yang mereka pahami tentang Undang-Undang.
Hukum bagi masyarakat adalah sebuah kerangka penyekat dalam tingkahlaku mereka.
Karena anggapan mereka, hukum merupakan aturan yang terdiri dari pasal-pasal dan
ayat-ayat yang mengekekang kelakuan mereka terhadap orang lain. Hukum dinegara kita
ini, merupakan hukum yang berada pada penafsiran kegiatan kesalahan-kesalahan
manusia. Bukan merupakan tingkat aturan (hukum) tentang melakukan sebuah kebanaran
atau kebaikan. Jadi, masyarakat akan langsung takut manakalah hukum positif tersebut
diperdengarkan oleh mereka. Sikap antipati terhadap hukum positif inilah, yang akhirnya
masyarakat juga antipati terhadap hukum Islam. Masyarakat akan langsung mengatakan
bahwa hukum itu adalah tindakan yang bersifat punishment (hukuman). Bukan tindakan
yang bersifat mangatur hidup agar lebih baik. Jadi antipati seseorang terhadap hukum
Islam, hanya karena mereka tidak mengetahui tetang kejalasan hukum-hukum Islam.
Karena mereka trauma dengan hukum positif (hukum yang ada dinegara) yang bersifat
penghukuman bagi orang yang bersalah. Maka, hukum Islam identik dengan mati, potong
tangan dan lain sebagainya. Inilah yang membuat hukum-hukum Islam menjadi hal yang
menakutkan bagi masyarakat. Padahal hukum Islam itu tidak hanya seperti itu. Islam
banyak mengatur tentang tata cara dalam berbagai hal. Seperti hukum nikah, hukum
pergaulan, hukum jual beli, hukum pidana, hukum perdata dan bahkan untuk memasuki
kamar mandi pun ada hukumnya. Nah, disinilah orang-orang seharusnya memahami
tentang hukum itu sendiri. Hukum Islam mengatur kehidupan, agar menjadi lebih terarah
dan teratur dalam menjalankan kehidupan yang sementara ini. Di dunia.
Ganjaran bagi orang-orang yang melakukan hukum (aturan) Islam. Menjadikan
mereka akan lebih taat kepada Rabb (Tuhan)nya. Saat orang Islam taat kepada hukumhukum
Islam. Maka yang akan terjadi adalah keseimbangan dalam hidup, antara dunia
dan akhirat!” ucapku panjang lebar. “saya sanksi, saat Bapak mengatakan tentang
seorang pelaku hukum akan mentaati hukum manakalah perekonomian masyarakat sudah
tinggi. Terbukti dinegara maju, bahkan Amerika sekalipun. Tingkat pelanggaran hukum
juga tidak kalah banyaknya dengan negara kita. Di Los Angeles, tingkat perkosaan
mereka sangat tinggi. Setiap hari, ada sekitar 3000 wanita yang diperkosa melapor ke
LAPD (Los Angeles Police Depertement). Dan yang tidak melaporpun, sama banyaknya.
Sungguh ironis, jikalau hukum hanya mengatur tentang tingkah laku kesalahan mereka.
Karena hukum yang sesungguhnya, adalah mengatur manusia untuk lebih mencintai
hukum itu sendiri.
Contohnya, seseorang yang membunuh. Dalam hukum Islam, dia harus qishah
(dibalas). Tetapi manakalah si pembunuh dimaafkan oleh keluarga yang dibunuh, maka
pembunuh ini terbebas dari hukuman tersebut. Meskipun dalam hal ini ada peraturan juga
mengenai tata cara pengampunan dalam hukum Islam. Jadi, pandangan masyarakat
tentang hukuman mati dalam Islam. Banyak yang keliru dan salah. Tidak sedikit orang
yang mengatakan bahwa hukuman mati dalam Islam itu kejam. Tetapi, uniknya. Pada
saat ada seorang yang dibunuh, maka secara otomatis keluarga yang menjadi korban akan
menuntut hal yang serupa pada pelaku pembunuhan. Yaitu dibunuh. Jadi sebenarnya,
hukuman mati adalah sebuah fitrah dalam kehidupan. Jadi seseorang yang mengacuhkan
hukuman mati, atau bahkan menganggap hukuman mati adalah sebuah kekejaman atau
bahkan kekejian karena melanggar HAM (Hak Asasi Manusia). Maka seseorang itu,
tidaklah memahami esensi dalam sebuah kehidupan. Dalam Islam, pun telah diatur
tentang hukuman mati tersebut. Membunuh satu orang yang tidak bersalah, bagaikan
membunuh semua manusia yang ada didunia. Itulah esensi hukum Islam.
Sedangkan, apa yang tertera hukuman mati dalam hukum positif. Sangatlah
rancuh. Hukuman seseorang yang membunuh tanpa alasan yang benar. Tidaklah pantas
seseorang itu tetap hidup. Sedangkan, apa yang dilakukan Umar bin Khattab. Adalah
sebuah kebijaksanaan khalifah (pemimpin) dalam melaksanakan tugasnya. Umar bin
Khattab, sangat menjaga rakyatnya dalam masalah apapun. Termasuk kesejahteraan.
Tetapi, sedangkan pemimpin kita? Jadi sebuah pelaksanaan hukum, kalau menurut saya
adalah pada pelaksanaan dari hukum itu sendiri. Dalam pengertian, hukum bukanlah hal
yang mengekang atau membatasi kehendak kita. Tetapi sebenarnya, hukum adalah
sebuah perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari.” Ucapku penuh yakin.
Prof. Susilo tersenyum. Dia menganggukan kepalanya pelan. Tanda setuju.
“Hem, saya paham apa yang kamu maksud Khalid!” ucap Prof. Susilo. “tetapi apakah
hukum positif tidak dapat menjadi sebuah kehidupan hukum sehari-hari?” sanggahnya.
“Saya rasa, begini Pak. Hukum merupakan sebuah pokok kehidupan. Manakalah hukum
itu baik, maka masyarakatnya pun akan baik. Saya ingin menanyakan kepada Bapak.
Apakah dalam hukum positif, terdapat sebuah pengaturan tentang hukum bertingkah laku
yang baik.”
Prof. Susilo terlihat memikirkannya.
Saat itulah aku langsung menjawab sendiri pertanyaanku “tidak Pak! Hukum positif,
tidak mengajarkan kita bertingkah laku yang baik. Tetapi hukum positi hanya, mengatur
orang yang bertingkah laku tidak baik. Atau dalam kata lain. Melanggar hukum. Tetapi
dalam hukum-hukum Islam. Kita pun diatur dalam bertingkah laku yang baik. Dan kita
pun diberitahu akibat dari perilaku yang baik. Maupun yang tidak baik. Jadi hukum,
seharusnya melihat dua hal. Yaitu sebab dan akibat. Bukan hanya hukum bersifat akibat
semata.”
Prof. Susilo tersenyum “Khalid, saya rasa kamu sudah sangat paham tentang masalah ini!
Saya rasa kamu lebih banyak menguasai argumen tentang ini. Dan stigma kamu, tentang
dua hukum itu bagus juga. Saya setuju, dengan argumen kamu.”
 “Terima kasih Pak!” jawabku senang.
“Khalid, sudah! Saya percaya sama kamu. Sekarang, kamu tinggal kerjakan semua
skripsi. Setelah selesai, kasihkan saya. Biar saya koreksi.” Ucap Prof. Susilo.
“Untuk per Babnya gimana Pak? Apa saya nggak perlu bimbingan lagi?” tanyaku heran.
Prof. Susilo tersenyum sambil menggelengkan kepala. Setelah itu beliau berkata “Saya
yakin kamu sudah tidak perlu pembimbing lagi. Saat ini, saya menyatakan diri bukan
pembimbing skripsi kamu. Tetapi saya adalah teman diskusi skripsi kamu. Tetapi untuk
pengesahan legalitas, saya tetap pembimbing kamu”
Masya Allah. Apakah benar, kepintaranku sampai sebegitu hebatnya? Hingga Prof.
Susilo sangat percaya denganku. Yaa Allah. lindungi aku dari sifat takkabur dan ujub.
Ucapku lirih dalam hati.
“Khalid, sejak lama saya ingin bertanya tentang sesuatu?” ucap Prof. Susilo, saat aku
sedang membayangkan apa yang dikatakan oleh Prof. Susilo. Membayangkan tentang
azab Allah, bagi orang-orang yang sombong. Apalagi yang bagi orang yang
membanggakan diri.
Aku sedikit tersentak. “Apa itu Pak? Apakah menyangkut skripsi saya?” tanyaku heran.
“Oh, bukan. Ini diluar skripsi dan kuliah ini” jelasnya.
“Lalu, apa pak?” tanyaku penasaran.
“Khalid, saya sering mendengar aktivis Islam sangat tidak senang dengan hukum positif
negara ini. Saya sering mendengar bahwa hukum positif kita adalah hukum kufur. Jadi,
orang yang mempelajari hukum kufur maka dia kufur juga. Apa benar pernyataan itu
Khalid! Saya benar-benar bingung dengan ucapan seperti itu. Karena saya juga tidak
ingin dibilang kufur.” Tanyanya bingung.
“Pak, memang banyak aktivis Islam yang mengatakan seperti itu. Bahkan beberapa
teman-teman saya pun. Mengatakan seperti itu. Tetapi pada hakekatnya, tujuan orang
belajar itulah yang menjadikan seorang itu kufur apa tidak.” Jelasku.
“Maksudnya?” Prof. Susilo terlihat sangat penasaran.
“Begini, Pak. Seorang yang belajar merupakan sebuah kewajiban bagi Islam. Tak lupa
juga niat untuk belajar itu sendiri. Kalaulah niat sudah menyimpang dari tujuan awal.
Untuk tidak meraih kejayaan Islam kembali. Maka seseorang itu menjadi kufur. Tetapi
jikalau seseorang tetap berpegang teguh pada tujuan awal itu. Yaitu untuk menegakkan
nilai-nilai Islam. Maka Insya Allah, akan mendapatkan berkah dari Allah! Kalaulah
seorang aktivis Islam mengklaim bahwa belajar hukum positif itu haram atau kufur.
Maka seharusnya mereka pun tidak usah tinggal dinegara ini. Karena pada dasarnya
semua aktivis Islam di negara ini, merupakan pelaku pasif hukum positif. Jadi secara
tidak langsung, semua orang yang berada dinegara ini merupakan pelaku hukum positif.
Apalagi, saat mereka terkena kasus hukum. Apakah mereka akan diam? Tidak mereka
pasti akan mencari pengacara untuk membela mereka. Nah, disinilah letak yang
mendasar. Kalaulah semua aktivis Islam apatis dengan hukum positif. Lalu saat aktivis
Islam terkena kasus hukum, siapakah yang akan membela mereka? Siapakah yang akan
membela saudara seiman, jika semua aktivis Islam dihabisi dengan hukum positif ini?”
jelasku berapi-api. Karena, sebenarnya aku sendiri pernah ditanya dan dilecehkan oleh
sesama aktivis Islam yang lainnya. Karena aku berada di fakultas Hukum. Jurusan yang
keliru untuk aktivis Islam. Kata mereka.
“Aktivis Islam, seharusnya tidak apatis dengan hukum positif ini. Karena akan
menjadi bumerang tersendiri seandainya tidak ada orang-orang Islam yang mengerti
tentang hukum positif. Sedangkan kita, masih dikuasai hukum positif! Jadi orang yang
mengeklaim tentang kebenaran kekufuran pada aktivis Islam yang belajar hukum positif
merupakan aktivis Islam yang tidak mengetahui tentang esensi dari belajar itu sendiri.”
lanjutku.
“Iya, benar Khalid. Saya juga beberapa kali berfikir seperti apa yang kamu pikirkan.
Khalid, meskipun saya Professor tetapi gelar ini tidak membuatku mengerti tentang
hukum agama yang saya anuti sendiri. Islam. Saya menjadi lega saat ini. Dan terima
kasih atas penjelasannya, Khalid.” Ucap beliau dengan senyum kelegaan, yang entah
sampai dasar apa kelegaan itu berada. “Baik, kalau begitu kita cukupkan dulu diskusi kita
saat ini. Terima kasih atas beberapa penjelasan kamu, Khalid”
“Alhamdulillah” Ucapku dalam hati. “Baik kalau gitu terima kasih, Pak. Saya pamit dulu,
masih ada beberapa urusan.”ucapku. Setelah itu aku langsung meninggalkan sekretariat
dosen. Tetapi tak lupa untuk mengucapkan “Assalamualiakum” kepada Prof. Susilo.
***
Siang begitu terik, mentari bersinar bagaikan bola api yang membara. Membakar
kulit. Rasanya malas sekali untuk berjalan menuju fakultas ekonomi. Untuk menepati
janji seorang yang ingin mempelajari Islam. Entah itu belajar, atau ajang debat mereka
yang ditujukan kepadaku. Entah, aku tak tahu. Semangat jihad ini menjadi kendur saat
melihat mentari bersinar terik sekali.
Tetapi terik matahari tak pernah mengalahkan tentara Muslim untuk berperang.
Bahkan sengatan panas mentari, bagaikan energi kekuatan yang diberikan oleh sang Ilahi.
Disaat berpuasa pun, tentara muslim berperang. Juga tak luput dari sengatan matahari.
Tetapi mereka tetap semangat, semangat yang membara untuk mendapatkan syurga.
Mendapatkan kenikmatan hidup bahagia diatas sana. Sesuai dengan apa yang telah
dijanjikan bagi para pencari syahid. Tak lupa, pun bidadari surga sudah menunggu untuk
dipeluk mesra. Oleh mujahid-mujahid yang syahid. Nah kan, bidadari lagi!.
Semangatku pun kembali, mengawali jihadku lagi. Tuk, mengharapkan
keridho’an-Nya. Juga mengharapkan surganya, serta tak lupa Bidadari-Nya. Nah kan,
bidadari lagi. Udah deh, pasti bidadari lagi.
Jarak antara fakultas hukum dengan fakultas ekonomi lumayan jauh. Kira-kira
700 meter. Langkahku kembali tegak melaju, menerobos mentari yang bersinar terik.
Memberikan cahaya kepada mahluk yang ada dibumi. Serta memberikan energi
kehidupan bagi mahluk-Nya. Langkahku takkan pernah surut, dengan jiwa yang
bergelora. Menanti surga yang akan dijanjikan-Nya. Pada mujahid dan mujahidah yang
ikhlas berjuang kerana-Nya. Sungguh nikmat rasanya, saat perjuangan tidak pernah
terdistorsi dengan kenikmatan dunia. Tidak terkotori oleh nafsu-nafsu kotor manusia.
Nafsu sesat yang membuat luntur ghiroh perjuangan. Nafsu untuk mendapatkan materi,
nafsu yang membuat manusia terlena karena kenikmatan dunia. Apalagi nafsu untuk
menunjukkan jati diri, pada sang kekasih. Wanita yang dia damba. Bukan kekasih Ilahi,
kekasih yang haq, diatas sana. Diatas segala-galanya. Diatas Arsy yang agung dan mulia.
Sungguh aku menginginkannya. Menginginkan bertemu maha agung diatas Arsy. Allah
swt.
Tetap aku melangkah dalam setiap terik yang menyengat tubuh, menyengat
semua energiku. Tetapi tidak menyerap semangatku. Insya Allah. Setiap langkah, aku
selalu melihat sebuah kejadian yang menyedihkan. Menyedihkan bagi dunia pendidikan
dan memalukan bagi dunia kemahasiswaan apalagi dalam tingkat keimanan. Ironis.
Disetiap jalanku beberapa terlihat dan terlintas mahasiswa-mahasiswi yang sedang asyik
dalam perbincangan. Mereka terlihat sumringah dengan kesanangan mereka. Lucu,
mereka terlihat sangat percaya diri dengan dandanan mereka. Dandanan yang seronok
mengumbar nafsu. Apalagi, terlihat mahasiswa yang memeluk wanita dengan mesra.
Mereka tidak malu. Entah fikiran apa yang ada dihati mereka. Mungkin mereka
terpengaruh dengan para artis-artis yang sukanya cipika-cipiku (red’cium pipi kiri-cium
pipi kanan). Atau mungkin mereka berfikir itu sebuah kemodern. Entahlah, mereka hanya
terlihat lucu saja. Kasihan.
“FAKULTAS EKONOMI” tulisan itu yang tertera besar dihadapanku kini. Aku
langsung saja masuk kelas A. Tak terlalu jauh memang.
“Siang, semuanya!” salamku sambil memasuki kelas.
“Tuh, dia sudah datang!” ucap Hendra sambil menunjukku, terlihat lega.
“Wah lama banget, Lid!” gerutu Hendra.
“Iya, maaf-maaf. Tadi lama! Setelah bimbingan. Aku langsung sholat dhuhur dulu.
Setelah itu, langsung kemari.” Jelasku kepada mereka
Hendra mengangguk, mengerti. Nova hanya tersenyum. Setelah itu Nova
langsung memperkenalkan teman-teman UK3nya.
 “Lid, kenalkan. Ini Rani” Nova menunjuk gadis berkacamata, berkulit putih dan berwajah
oval. Setelah itu Nova memperkenalkan temannya yang lain “ini, Dewi.” Seorang gadis
yang berkulit sawo matang. Berambut panjang berwajah seperti orang indo. Matanya
biru.
“Khalid” ucapku sambil tersenyum dan merapatkan kedua telapak tanganku kearah
dadaku.
“Ok, sekarang langsung aja Lid! Aku pengen bertanya. Lid, aku penasaran dengan Islam.
Sebenarnya Islam agama yang bagaimana sich?” ucapnya
Aku bagaikan seorang Ustad yang dikeliling oleh para jamaah. Tetapi model
pertanyaan Nova bagaikan aku sebagai terdakwa. Ini kesampatanku untuk mengatakan
kebenaran Islam, untuk menyampaikan agama yang haq ini. Aku tidak boleh gentar
dengan mereka. Ucapku lirih dalam hati.
“Baik. Islam! Adalah berarti selamat. Dalam kata lain juga Islam bisa diartikan sebuah
kedamaian. Atau penafsiran yang lain, bahwa Islam itulah yang membawa kesalamatan”
kataku santai.
“Lid, tentang selamat itu sendiri. Konsepnya dalam Islam seperti apa?” tanya Nova.
“Konsep keselamatan dalam Islam itu adalah pasrah dan taqwah! Tetapi harus dibedakan
tentang arti pasrah itu sendiri. Pasrah dalam Islam, bukan berarti hanya diam menunggu.
Tetapi konsep pasrah dalam Islam adalah, melakukan sebuah perbuatan kebaikan dalam
dirinya sehingga tercapai kebaikan untuk alam ini. Seperti apa yang disebutkan dalam Al
Qur’an bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik dari umat-umat yang lain. Dari
perbuatan kebaikan itulah yang akan menjadikan ketakwaan bagi diri. Seperti halnya
berbuat adil. Dalam Islam perbuatan adil adalah sebuah perbuatan yang sangat baik.
Karena adil termasuk mendekati ketakwaan.” Aku menghela nafas. “Sebentar! Untuk
lebih fokus. Lebih baik sebuah pertanyaan-pertanyaan itu adalah ajaran-ajaran Islam yang
kalian tidak mengerti. Jangan terpatok pada konsep keselamatan. Karena pada dasarnya
konsep keselamatan dalam Islam itu, sulit diterima dimata orang yang tidak mengerti
tentang Islam. Tetapi manakalah konsep itu dijalankan, maka akan terjadi gejolak-gejolak
jiwa untuk terus melakukannya. Dan dijamin tidak akan ada keraguannya.” Selaku.
“Iya, sebaiknya seperti itu!” ucap Hendra.
“Baik, Lid! Aku mau tanya tentang pernikahan. Atau dalam hal ini, dibolehkannya pria
berpoligami? Dan kenapa wanita tidak boleh berpoliandri?” tanya Dewi.
Aku tersenyum, karena memang inilah yang sering dipertanyakan oleh orang-orang kafir
dan umat Islam yang ragu dengan keIslamannya.
“Dalam Al Qur’ann surat Ash-Shaff: 6. ‘Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata:
"Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab
(yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya)
seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)….’
Surat ini menunjukkan tentang dibolehkannya poligami pada orang-orang Nasrani. Dan
itu ada dalam Al Qur’an bukan dalam Injil.
Lalu surat Al Qur’an An-Nisa: 3 ‘Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku
adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budakbudak
yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya.’ Ini adalah sebagian besar dalil atau penguat dalam ajaran Islam untuk
berpoligami.
Hikmah dari poligami sangat banyak. Kita sudah mendengar bahwa wanita
dijaman sekarang sangat banyak. Karena banyaknya wanita, hingga saat ini pun aku
sekarang dikelilingi oleh tiga wanita” candaku. Dewi dan Rani terlihat tersenyum sinis.
Kalau Hendra hanya tersenyum tanpa maksud. Nova, tidak menunjukkan senyumnya
sama sekali. Dia terlihat menunggu penjelasanku kembali.
Setelah itu aku meneruskan penjelasanku. “sesungguhnya, poligami merupakan
kebutuhan bagi pria. Bukan berarti, hanya karena nafsu syahwat pria lebih besar. Tetapi
lebih didasari oleh sebuah hal yang sakral atau suci. Dan ini membuktikan kebenaran Al
Qur’an. Bahwa dimasa yang akan datang, jumlah wanita lebih banyak dari jumlah pria.
Bahkan ada sebuah hadits yang menyatakan bahwan disuatu masa nanti para lelaki akan
dikelilingi oleh 40 wanita. Sebagai istrinya. Dan sekarangpun telah terjadi. Adanya
poligami membuat sebuah perlindungan untuk wanita, agar tidak terkena fitnah dunia.
Apalagi berzina. Perbuatan yang sangat dilaknat oleh Allah. Jikalau ada seorang wanita
yang tidak punya harta dan saudara, lalu kita membantunya. Meskipun melewati istri
kita. Pasti masyarakat akan berfikiran buruk terhadap wanita itu. Andaikata seorang
wanita yang tidak punya apa-apa dan siapa-siapa. Apakah kita akan membiarkan terlunta,
dengan ketidakpastian bantuan kita? Ataukah akan kita menolong dengan menikahinya!
Dan memuliakannya seperti wanita-wanita yang dimuliakan dengan jalan dinikahi.
Sungguh sebuah hal yang harus kita fikirkan dengan akal. Bukan dengan emosi dan
keegoisan kita sendiri. Kalaulah memang tidak ingin berpoligami, maka janganlah kita
mengecam poligami yang pada dasarnya itu memang benar. Bahkan benar menurut akal.”
“Tapi, dalam Al Qur’an tadi. Manusia diharuskan berlaku adil. Apakah manusia bisa
berlaku adil?” tanya Dewi lagi.
Dalam Al Qur’an. Pun disebut ‘Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di
antara isteri- isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu
janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan
yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri
(dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(QS Annisa 123).’ Yang dimaksud adil dalam Al Qur’an adalah. Mewajibkan keadilan
dalam perkataan dan perbuatan. Manakalah dia lebih condong kepada suatu ucapan
ataupun perbuatan, maka itulah yang dikatakan ketidakadilan. Adapun adil dalam
percintaan, seorang manapun tidak akan pernah bisa berbuat adil. Seperti apa yang
menjadi doa Rasulullah Muhammad Saw. ‘Allahumma hadzaa fasmii fiimaa amliku falaa
talumnii fiimaa tamliku walaa amlik’ yang artinya. ‘yaa Allah, inilah pembagianku pada
apa yang aku miliki. Maka janganlah Engkau mencelaku pada apa yang Engkau miliki,
sedangkan aku tidak memiliki.’ Dalam doa Rasulullah ini sangat jelas, bahwa manusia
tidak dapat berlaku adil tentang cinta. Karena cinta merupakan sebuah rasa, yang hanya
Allahlah bisa berlaku adil, bukan manusia. Mahluk yang memiliki keterbatasan. Maka
syarat untuk berpoligami adalah keadilan dalam perkataan dan perbuatan. Bukan keadilan
dalam perkara yang terdapat dalam hati manusia! Bagaimana!” ucapku. Mereka berempat
terlihat diam. Setelah itu aku teruskan penjelasanku lagi “maka janganlah, kita
menganggap bahwa orang yang berpoligami itu rendah. Karena sebenarnya, orang yang
berpoligami dengan diiringi oleh pemahaman akhidahnya. Maka sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang mulia! Karena poligami adalah tindakan mulia. Tindakan untuk
menyelamatkan wanita. Tindakan untuk memuliakan wanita. Maka seharusnya wanita
yang mulia. Siap untuk memuliakan wanita lainnya. Dengan jalan memperbolehkan
suaminya untuk bertindak mulia. Berpoligami.” Setelah itu aku tersenyum.
“Kalau begitu, lebih baik konsep pernikahan umat Kristen. Yang mereka, tidak ada
poligaminya. Dan sehidup semati!” seloroh Rani.
Aku tersenyum, ternyata banyak umat kristen yang tertipu dengan injilnya sendiri.
ucapku dalam hati. “bukan seperti itu, coba kamu buka Ulangan 24:3” serta mertapun
mereka mengambil injil yang berada di tas masing-masing. Setelah itu aku langsung saja
mengatakan “(Ulangan 24) ‘24:3 dan jika laki-laki yang kemudian ini tidak cinta lagi
kepadanya, lalu menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu serta
menyuruh dia pergi dari rumahnya, atau jika laki-laki yang kemudian mengambil dia
menjadi isterinya itu mati, 24:4 maka suaminya yang pertama, yang telah menyuruh dia
pergi itu, tidak boleh mengambil dia kembali menjadi isterinya, setelah perempuan itu
dicemari; sebab hal itu adalah kekejian di hadapan TUHAN. Janganlah engkau
mendatangkan dosa atas negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi
milik pusakamu.’ Juga kalian buka perjanjian baru Matius pasal 5. yang berbunyi ‘5:31
Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai
kepadanya. 5:32 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya
kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan
perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah’ disitu diterangkan bahwa seorang wanita
yang diceraikan. Maka haram untuk dinikahi kembali. Dan ini merupakan sebuah
penghinaan terbesar bagi seorang wanita. Manakalah seorang laki-laki yang sukanya
menganiaya istrinya. Dan istrinya memint cerai. Maka dalam hukum injil. Wanita itu
najis untuk dinikahi. Masih banyak pasal-pasal dalam injil yang membahas itu.
membahas kenajisan seorang wanita yang telah diceraikan.
Tetapi dalam Islam. Tidak! Seorang wanita tidaklah najis atau haram untuk
dinikahi manakalah sudah diceraikan. Meskipun dalam Islam cerai dibolehkan tetapi
cerai merupakan perbuatan yang halal tetapi sangat dibenci oleh Allah! Oh iya aku lupa.
Masalah tentang poliandri. Kenapa wanita tidak boleh menikah dengan pria lebih dari
satu kali. Mungkin jawabnya sangat mudah sekali. Apakah seorang wanita mampu
memberikan anak yang pasti pada masing-masing suaminya. Karena mengingat sperma
yang dihasilkan itukan terkumpul menjadi satu. Jadi kasihan tuh, anaknya! Bingung siapa
bapaknya! Karena pada saat berpoligami suami pasti tahu, itu adalah anaknya. Nah, kalau
poliandri apakah seorang istri tahu, siapa yang jadi bapak anaknya nanti?”
Seketika itu, mereka tertawa. Entah itu masuk dihati mereka, atau hanya dianggap
sebuah kebercandaa. Wallahualam.
“Tapi, Lid. Banyak orang yang berpoligami. Tapi akhirnya ya, istri-istrinya minta cerai.
Atau si suami tidak adil. Biasanya lebih condong ke istri mudanya!” tanya Hendra.
“Iya, Hen. Itulah yang terjadi sekarang. Karena mereka belum tahu ilmu tentang
berpoligami. Tetapi mereka memaksakan diri mereka sendiri. Jadi, karena kita sudah
mengetahui ilmu poligami. Maka kita tidak akan menentang poligami, bukan! Tetapi kita
harus menentang orang-orang yang menyimpang dari ajaran-ajaran berpoligami itu
sendiri.” jawabku lugas.
Hendra hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tanda setuju.
“Apakah, nanti kamu juga akan berpoligami, Lid?” tanya Nova dengan nada datar. Serasa
menyimpan sesuatu dalam kalbunya.
Aku tersenyum, “yach, lihat nanti. Apakah istri pertamaku mengijinkan apa tidak!
Kalaulah aku tidak di ijinkan oleh istri pertamaku, untuk menikah lagi. Aku akan setia,
menunggu untuk diijinkan menikah lagi.” jawabku.
“Yee sama aja. Berarti kamu nggak setia sama istri” ucap Rani.
“Eee… begini Ran. Sebuah kesetian adalah kata abstrak dalam kehidupan. Setia pun
relatif untuk diucapkan. Dalam Islam kesetian itu adalah keistiqomahan. Berbanggalah
seorang istri manakalah, suaminya istiqomah atau setia dalam agamanya. Termasuk
dalam poligami. Karena seorang yang istiqomah dalam agama Islam. Dia termasuk
orang-orang yang tidak akan menyakiti istrinya. Bahkan menikah lagi, seharusnya
menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi istri. Karena, dalam sebuah hadits. Dinyatakan
bahwa Rasulullah Muhammad Saw. akan berbangga pada kita yang mempunyai istri
lebih dari satu dan mempunyai anak banyak. Jadi kesetian bukan pada mahluk Allah.
Tetapi kesetian harus pada aturan Allah. Dan Allah sendiri.” jelasku.
“hehe.. wah nggak ada tema lain yach selain pernikahan!” selaku.
Semua tersenyum,
“Tema pernikahan itukan, lebih digemari” ucap Nova, sambil tersenyum simpul. Entah
apa maksud yang terkandung dalam hatinya. “Lid, kalau wanita dalam Islam wajib nggak
pake jilbab? Lalu kenapa harus pake’ jilbab? Kan nggak bisa ngetren and nggak bisa
bebas! Kesannya kok dipaksakan, gitu.” Tanya Nova.
“Wajib! Kenapa harus pake jilbab? kesannya nggak bebas! Hem…. Begini Nov. Aku
jelaskan semuanya biar tahu. Jilbab banyak namanya. Seperti Hijab, Burqo, lalu abaya
atau dalam kata kita kebaya. Lalu ada juga khimar, kalau khimar ini bukan jilbab. Tetapi,
sebuah penutup kepala yang biasanya digunakan oleh orang nasrani dan yahudi. Khimar
tidak menutupi aurat, tetapi hanya menutupi kepala! Sedangkan Jilbab, Hijab, Burqo,
abaya atau kebaya. Adalah sebuah penutup aurat yang sangat sempurna, untuk menjaga
para mata-mata jahil yang ingin menikmati tubuh wanita. Namun sayang, jilbab dan
abaya atau kebaya, akhirnya terdistorsi menjadi pakaian yang tidak menurut syari’at.
Atau pakaian syar’i. Sekarang lebih banyak perempuan yang memaknai jilbab, abaya
atau kebaya yang sama dengan khimar.
Jilbab merupakan pakaian yang membebaskan para wanita dalam jeratan fitnah
dunia. Sungguh, jilbab merupakan sebuah pemuliaan terhadap wanita. Pemuliaan pada
tubuh-tubuh wanita yang sangat indah nan sempurna. Tidak ada pengecualian. Tidaklah
seorang yang mulia itu, memperlihatkan kemuliaannya pada yang bukan tempatnya.
Apalagi, dengan berjilbab seorang wanita tidak akan terpenjara mengikuti trend-trend
pakaian yang setiap tahun pasti berubah. Dengan berjilbab, seorang wanita akan terbebas
dari kehidupan glamour. Dan orang yang berjilbab tidak akan pusing-pusing mikirin
bajunya menurut trend apa tidak. Tetapi mereka akan lebih condong memikirkan apa
yang akan dia perbuat, dari keistiqomahan kepada Tuhannya. Sehingga dengan bebas,
wanita berjilbab dapat berbuat amal dengan ketenangan jiwanya. Dan Jilbab adalah
pakaian trendy, sejak jaman Rasulullah sampai akhirnya jaman nanti. Karena terbukti,
saat kemunculan Islam. Jilbab tidaklah pernah dipakai oleh wanita Arab. Dan pada
jaman-jaman sebelumnya pula, wanita-wanita hanya dijadikan sasaran nafsu syahwat
para lelaki. Dengan begitu, akhirnya Islam membebaskan wanita dari jeratan nafsu
syahwat lelaki. Subhanallah. Tetapi sekarang, wanita-wanita yang tidak berjilbab.
Mereka hanya menjadi objek pemandangan yang indah bagi para lelaki. Hanya untuk
nafsu syahwat lelaki. Masya Allah.
Kalaulah ada seorang yang mengatakan bahwa jilbab adalah pakaian wanita Arab.
Atau jilbab merupakan pakaian kondisional di Arab. Karena daerahnya yang panas!
Maka secara tegas, pernyataan itu langsung ditolak oleh wanita-wanita yang ada di
negara ini. Karena menurut mereka, bahwa didaerah tropis kita yang cenderung berhawa
panas, mataharipun yang kadang tidak sungkan-sungkan bersinar terik. Lalu, wanitawanita
negara ini sering berpendapat “apa nggak kepanasan tuh, kalau berjilbab!” inilah
yang sering dinyatakan oleh wanita-wanita negara ini. Dengan pernyataan seperti itu,
maka panas bukan berarti menghambat wanita untuk berjilbab. Karena di Arab, panas
terik matahari lebihi panas dari negara kita ini.
Maka dari itu, janganlah kita menganggap bahwa jilbab adalah sebuah pemaksaan
pakaian terhadap wanita. Tetapi seharusnya lebih diartikan bahwa jilbab adalah
kebutuhan bagi wanita. Karena jilbab adalah pembebasan bagi wanita. Mungkin jilbab
akan jadi kewajiban bagi seorang muslimah yang tidak begitu mengerti tentang agama
Islam. Seperti layaknya bayi, yang wajib untuk kita suapi meskipun mereka menangis
tidak mau makan. Karena itu untuk kebaikan mereka sendiri. Dan jilbab akan menjadi
kebutuhan bagi wanita, manakalah seorang wanita sudah mengerti tentang arti jilbab bagi
dirinya sendiri. Seperti layaknya orang dewasa yang tidak diwajibkan untuk makan,
tetapi dengan sendirinya mereka membutuhkan makanan tersebut.” Jelasku dengan
panjang lebar, dan tegas.
Mereka semua mengangguk, entah tanda mengerti atau setuju. Wallahualam.
“Oh ya Khalid, aku ingin bertanya!” sela Hendra.
“Apa, Hen?”
“Mungkin ini rumor atau entah apalah namanya! Aku sering mendengar, bahwa orangorang
yang dijuluki Ikhan apa Akhan entah apa namanya!”
“Ikhwan!” potongku.
“Iya, itu! Katanya sich lebih sering bergaul dengan sesame Ikhwan. Dan mereka nggak
mau bergabung dengan yang lainnya! Kesannya eksklusif banget gitu loh.” Ujar Hendra
terlihat memikirkan sesuatu.
“Iya benar, kayak yang cewek-cewek jilbaber itu juga gitu!” sela Rani.
“Hem, iya. Aku sering mendengar seperti itu! Kadang seseorang itu merasa enjoy atau
senang jika mereka mempunyai kelompok sendiri! Kelompok yang dapat mengerti apa
yang kita inginkan. Nah mungkin disitu kesimpulan dasar! Tetapi memang, kita tidak
boleh menafikkan kebutuhan bersosialisasi dengan yang masyarakat. Hanya kadang,
banyak para ikhwan dan akhwat yang canggung jika berkumpul dengan selain mereka.
Kesannya seperti mereka itu orang aneh. Seperti juga kalau kalian barada pada kumpulan
Ikhwan atau Akhwat! “ Candaku.
Mereka semua tersenyum setuju.
“Jadi, kalaulah kita tidak saling menganggap aneh. Dan mau menerima seseorang itu apa
adanya. Tidak mengkritik sesuatu hal yang memang nyata-nyata itu benar. Tidak saling
menghujat meskipun melihat sebuah kesalahan. Tetapi saling menyayangi dan
menyadarkan manakalah kita bersama-sama! Pasti tidak ada anggapan seperti. Tapi,
banyak juga kok Ikhwan atau Akhwat yang mereka juga senang bergaul dengan selain
golongan mereka. Ya bisa diambil contoh, aku” ucapku sambil tersenyum.
“Wah, sudah masuk waktu ashar nich. Ok, mungkin segitu aja. Insya Allah kalau
memang ada yang perlu ditanyakan lagi, bisa lain waktu.” Kataku sambil melihat
arlojiku.
Mereka mengangguk setuju.
 “Baik, semoga apa yang kita dapatkan menjadi sebuah pintu hidayah bagi kita. Untuk
dapat menemukan sang Maha haq. Maha pemilik kebenaran. Dan menjadi orang-orang
yang benar. Amien.”
Entah apa yang dilakukan Nova, layaknya dia mengucapkan “Amien.” lirih dimulutnya.
Seakan khusyuk, meminta sebuah kebenaran. Meminta apa yang terlihat dimatanya.
Entah sebuah kebenaran, atau sebuah kebimbangan. Semoga saja kebenaran.
“Ok, aku duluan.” Salamku ke mereka.
Lega sudah, pertemuanku dengan mereka. Ternyata mereka memang benar-benar
ingin belajar tentang Islam. tidak ada perdebatan yang sengit dalam pertemuan dua
pemeluk agama yang sangat bertolak belakang. Sungguh besar rahmat Allah, yang telah
menjadikan aku dapat menjawab semua pertanyaan-pertanyaan teman-temanku yang non
Muslim. Kini langkahku menuju sebuah peraduan yang damai. Menuju rumah yang
nyaman. Menuju keindahan dalam balutan dan buaian sayang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.

Komentar anda