Wednesday, February 22, 2012

Kisah Anak Singa Dalam Sekumpulan Kambing

Alkisah, pada suatu hutan terdapat seekor singa betina yang akan melahirkan. Singa betina tersebut sendirian, tiada kawan dari kelompoknya yang menemani. Singa betina tersebut melahirkan anaknya sendiri dengan susah payah, yang pada akhirnya singa betina tersebut meninggal setelah melahirkan anaknya.
Anak singa betina tersebut yang baru dilahirkan berusaha bangkit berdiri setelah keluar dari rahim ibunya. Namun anak singa yang baru dilahirkan tersebut masih rapuh dan keempat kakinya belum kuat menopang tubuhnya sendiri, sehingga anak singa tersebut terjatuh berulang kali. Namun demikian, anak singa tersebut tidak menyerah dan tetap berusaha berdiri dengan keempat kakinya.
Tidak lama berselang dari kelahiran anak singa tersebut, sekawanan kambing hutan muncul dari balik pepohonan. Kawanan kambing tersebut tengah mencari daerah baru untuk mereka mencari lokasi hijau, lokasi yang dapat memenuhi kebutuhan mereka berupa rumput segar dan mata air penghilang dahaga. Kawanan kambing tersebut menyaksikan sebuah pemandangan yang cukup mengharukan bagi mereka. Seekor makhluk lemah yang baru dilahirkan dengan dibaluti oleh cairan dari rahim induknya masih melekat ditubuhnya, berusaha untuk bangkit dan menopang tubuhnya menggunakan keempat kakinya.
Rasa iba menyelusup masuk kedalam hati salah seekor kambing betina yang juga baru melahirkan seekor anak kambing. Dia mendekati anak singa tersebut untuk memberikannya air susu sehingga anak singa tersebut akan memiliki kekuatan untuk mengangkat tubuhnya. Anak singa meminum air susu dari kambing betina tersebut dengan lahapnya hingga dari air susu tersebut diperolehnya kekuatan untuk berdiri menggunakan keempat kakinya dan perlahan namun pasti, anak singa tersebut mencoba berjalan dan hingga akhirnya dia dapat berlari.
Merasakan kebaikan dari kambing betina tersebut, anak singa merasa bahwa dia adalah ibunya dan semenjak saat itu, anak singa tersebut tinggal bersama dengan kawanan kambing hutan untuk mencari lokasi terbaik untuk mereka hidup. Anak singa tersebut turut menjalani kehidupan layaknya kambing hutan, dia makan-makanan yang sama dengan kambing hutan lainnya, dia bersuara seperti kambing hutan lainnya, dan dia merasa dia juga adalah kambing bukannya singa si raja hutan.
Suatu ketika kawanan kambing hutan ini dihadang oleh segerombolan serigala lapar yang meneror mereka. Kawanan kambing merasa ketakutan dibuatnya, mereka berhamburan kesana kemari untuk menyelamatkan diri mereka. Sang kambing betina yang membesarkan si anak singa meminta anak singa untuk menghadapi gerombolan serigala tersebut,
“Hai anak singa, hadapi gerombolan serigala tersebut, lindungi kami” kata kambing betina,
“Tidak jangan aku,” sambil berlari kebelakang kambing betina, dan berkata “aku bukan singa, aku kambing. Aku takut dengan mereka!”
“Apa maksudmu?” kata kambing betina, “keluarkan suaramu yang keras” perintahnya,
Si anak singa mematuhi perintah kambing betina tersebut dan dengan menggunakan seluruh kekuatannya untuk mengeluarkan suara yang keras namun yang keluar bukan auman seekor singa, akan tetapi
“embeeeeek” teriak sang anak singa.
Kaget sang kambing betina, kenapa bukan auman singa yang keluar pikirnya. Disaat itu pula, saudara sesusuan sang anak singa diterkam oleh serigala, dan dicabik-cabik seluruh tubuhnya. Tetap, sang anak singa tetap tidak menolong dan malah berlari menjauh menyelamatkan dirinya.
Ketika berlari menjauh tersebut, sejenak dilihatnya, kambing betina yang dianggapnya sebagai ibu, menjadi target berikutnya dari gerombolan serigala. Kambing betina tersebut berhasil ditangkap dan digigit lehernya oleh seekor serigala hingga jatuh tersungkur.
Melihat kejadian itu, sang anak singa muncul sedikit keberaniannya, dan berlari menuju kambing betina tersebut untuk menolongnya. Sang kambing betina merasa sedikit bahagia karena si anak singa datang menolongnya, namun tak berselang lama dia kembali dikagetkan dengan tingkah laku sang anak singa.
Anak singa tersebut berlari kencang menuju dirinya dengan kepala si anak singa menunduk layaknya akan menyeruduk seperti seekor kambing kenapa dia tidak menerkam seperti layaknya seekor singa?
Anak singa berhasil menanduk serigala yang menerkam kambing betina, dan dengan marah sambil merasa takut, si anak singa mengeluarkan suara dengan sangat keras. Namun suara tersebut tidak membuat sang serigala takut, melainkan sang serigala merasa berani.
Awalnya sang serigala merasa takut akan diterkam oleh anak singa, namun ketika mendengar teriak si anak singa, sang serigala malah berani karena sang singa berteriak
“embeeeeek” teriak si anak singa.
Sambil terperangah dan hampir tidak percaya dengan pendengarannya, sang serigala mengumpulkan keberaniannya untuk menerkam si anak singa karena menurut sang serigala, yang dihadapinya bukanlah seekor singa akan tetapi seekor kambing bertubuh singa atau seekor singa bermental kambing.
Tanpa pikir panjang, sang serigala menerkam si anak singa denga taring dimulutnya dan kuku di keempat kakinya. Namun si anak singa hanya menanduk sang serigala, tidak berusaha untuk menggigitnya menggunakan taring dimulutnya atau kuku-kuku tajam dikakinya.
Pertarungan ini tak berlangsung lama, karena sang serigala dengan mudahnya menaklukkan singa bermental kambing ini. Ketika sang serigala akan mengoyak tubuh si anak singa, dari arah belakang terdengar suara lantang yang sangat keras dan memekakkan telinga yang mendengarkan dan menyiutkan hati para penghuni hutan yang mendengarkannya.
“Auuuummmmmmm” teriak seekor singa kepada kawanan kambing dan gerombolan serigala yang berada di hadapannya.
Seluruh binatang yang ada di sana lari tunggang langgang termasuk si anak singa yang telah terluka karena terkaman serigala.
Singa yang baru datang tersebut heran dengan tingkah anak singa tersebut yang hanya bisa menanduk sang serigala, bukannya menerkam dan menggigitnya. Sang singa berlari mendekatinya, namun si anak singa tersebut terus berlari dengan tergopoh-gopoh sambil memohon untuk tidak dimakan,
“ampun......., jangan makan saya, ampun ......” teriak anak singa
“tidak, aku tidak akan memakan kamu, karena kamu seekor singa .....” teriak singa yang baru datang tadi.
Sambil memohon ampun dan terus berlari, si anak singa terus mengembik ketakutan. Makin heranlah si singa akan tingkah laku anak singa tersebut. Tak berapa lama, si anak singa berhasil ditangkap,
“tenang, aku tidak akan memakanmu, aku tidak memakan sesama singa . .” jelas sang singa.
“tapi, aku kambing, aku bukan singa . . .” kata si anak singa tidak percaya.
Kesal dengan prilaku si anak singa, sang singa mengajaknya ketepi sungai yang jernih dan memintanya untuk melihat dirinya di air tersebut.
Si anak singa menuju ketepi sungai dan memperhatikan tubuhnya, kemudian dia melihat tubuh singa di sampingnya.
“hei, tubuh kita sama, . . . .” kata si anak singa.
“tentu saja” kata sang singa “karena kita sama, kita seekor singa, kau seekor singa bukan seekor kambing, kita adalah singa si raja hutan.”
Akhirnya sang singa mengajarkan kepada anak singa tersebut perilakuk seekor singa,
“Auuuuummmmm.....” teriak si anak singa dengan lantang sehingga membuat takut seisi hutan, termasuk kawanan kambing yang telah lama mengurusnya dan juga gerombolan serigala yang menerkamnya.
Akhirnya si anak singa menjadi raja hutan, setelah sebelumnya potensi dirinya tertidur dan terkubur.
Umat Islam saat ini layaknya anak singa tersebut, diasuh, dibesarkan dan dididik menggunakan budaya kambing, yang selalu merasa takut, merasa lemah, merasa tak berdaya dihadapan makhluk lainnya. Budaya ini berkembang dengan pesat di dunia Islam, seperti cara pergaulan, cara berpakaian, cara pandang yang matrialistik.
Semua budaya yang diajarkan kepada anak-anak umat islam tersebut telah menidurkan serta mengubur potensi yang ada dalam diri umat Islam. Potensi singa penguasa hutan, yang tidak takut dengan siapapun, yang berani menghadapi segala persoalan hidup yang telah tegas digariskan menggunakan Al Quran dan Assunah.
200 juta umat Islam di Indonesia, jika semuanya bermental kambing, berbudaya kambing, maka tidak akan ada artinya dihadapan seekor serigala yang dengan liciknya menghadang dan menyergap serta memojok umat Islam sehingga dengan mudahnya menjadi santapan mereka.
Namun akan berbeda jika, 200 juta umat Islam ini sadar akan potensinya sebagai singa raja hutan. Maka tidak akan ada yang berani macam-macam. Umat Islam saat ini dijuluki sebagai singa yang sedang tertidur dan sedang terbuai oleh mimpinya sendiri, mimpi yang dihembuskan oleh musuh-musuhnya yang takut jika sang singa bangun, maka kebohongan yang mereka sebarkan, kebohongan yang mereka tiupkan akan terungkap dan mereka akan kehilangan kekuasaan yang kini dengan enaknya dipegang dan dimanfaatkan oleh mereka.

Bangkit!
Lawan!
Hancurkan!

Kisah dalam “Ketika Cinta Bertasbih 2” Karya Kang Ebik dengan digubah

Inilah 10 Cerita Lucu Penuh Motivasi








 

1. Setelah makan malam, seorang ibu dan putrinya bersama-sama mencuci mangkuk dan piring, sedangkan ayah dan putranya menonton TV di ruang tamu.

Mendadak, dari arah dapur terdengar suara piring yang pecah, kemudian sunyi senyap. Si putra memandang ke arah ayahnya dan berkata, “Pasti ibu yang memecahkan piring itu.” “Bagaimana kamu tahu?” kata si Ayah. “Karena tak terdengar suara dia memarahi orang lain,” sahut anaknya.


Kita semua sudah terbiasa menggunakan standar yang berbeda melihat orang lain dan memandang diri sendiri, sehingga acapkali kita menuntut orang lain dengan serius, tetapi memperlakukan diri sendiri dengan penuh toleran.

2. Ada dua grup pariwisata yang pergi bertamasya ke pulau Yi Do di Jepang. Kondisi jalannya sangat buruk, sepanjang jalan terdapat banyak lubang. Salah satu pemandu berulang-ulang mengatakan keadaan jalannya rusak parah dan tak terawat.

Sedangkan pemandu yang satunya lagi berbicara kepada para turisnya dengan nada puitis, “Yang kita lalui sekarang ini adalah jalan protokol ternama di Yi Do yang bernama jalan berdekik yang mempesona.”

Walaupun keadaannya sama, namun pikiran yang berbeda akan menimbulkan sikap yang berbeda pula. Pikiran adalah suatu hal yang sangat menakjubkan, bagaimana berpikir, keputusan berada di tangan Anda.

3. Murid kelas 3 SD yang sama, mereka memiliki cita-cita yang sama pula yaitu menjadi badut. Guru dari Tiongkok pasti mencela, “Tidak mempunyai cita-cita yang luhur, anak yang tidak bisa dibina!”

Sedangkan guru dari Barat akan bilang, “Semoga Anda membawakan kecerian bagi seluruh dunia!”

Terkadang orang yang lebih tua, bukan hanya lebih banyak menuntut daripada memberi semangat, malahan sering membatasi definisi keberhasilan dengan arti yang sempit.

4. Istri sedang memasak di dapur. Suami yang berada di sampingnya mengoceh tak berkesudahan, “Pelan sedikit, hati-hati! Apinya terlalu besar. Ikannya cepat dibalik, minyaknya terlalu banyak!”

Istrinya secara spontan menjawab, “Saya mengerti bagaimana cara memasak sayur.” Suaminya dengan tenang menjawab, “Saya hanya ingin dirimu mengerti bagaimana perasaan saya … saat saya sedang mengemudikan mobil, engkau yang berada disamping mengoceh tak ada hentinya.”

Belajar memberi kelonggaran kepada orang lain itu tidak sulit, asalkan Anda mau dengan serius berdiri di sudut dan pandangan orang lain melihat suatu masalah.

5. Sebuah bus yang penuh dengan muatan penumpang sedang melaju dengan cepat menelusuri jalanan yang menurun, ada seseorang yang mengejar bus ini dari belakang.

Seorang penumpang mengeluarkan kepala keluar jendala bus dan berkata dengan orang yang mengejar bus, “Hai kawan! Sudahlah Anda tak mungkin bisa mengejar!”

Orang tersebut menjawab, “Saya harus mengejarnya . . .” Dengan nafas tersenggal-senggal dia berkata, “Saya adalah pengemudi dari bus ini!”

Ada sebagian orang harus berusaha keras dengan sangat serius, jika tidak demikian, maka akibatnya akan sangat tragis!

Dan juga dikarenakan harus menghadapi dengan sekuat tenaga, maka kemampuan yang masih terpendam dan sifat-sifat khusus yang tidak diketahui oleh orang lain selama ini akan sepenuhnya muncul keluar.

6. Si A : “Tetangga yang yang baru pindah itu sungguh jahat, kemarin tengah malam dia datang ke rumah saya dan terus menerus menekan bel di rumah saya.”
Si B : “Memang sungguh jahat! Adakah Anda segera melapor polisi?”
Si A : “Tidak. Saya menganggap mereka orang gila, yang terus menerus meniup terompet kecil saya.”

Semua kejadian pasti ada sebabnya, jika sebelumnya kita bisa melihat kekurangan kita sendiri, maka jawabannya pasti berbeda.

7. Zhang San sedang mengemudikan mobil berjalan di jalan pegunungan, ketika dengan santai menikmati pemandangan yang indah, mendadak dari arah depan datang sebuah truk barang.

Si sopir truk membuka jendela dan berteriak dengan keras, “Babi!” Mendengar suara ini Zhang San menjadi emosi, dia juga membuka jendela memaki, “Kamu sendiri yang babi!”

Baru saja selesai memaki, dia telah bertabrakan dengan gerombolan babi yang sedang menyeberangi jalan.

Jangan salah tafsir maksud kebaikan dari orang lain, hal tersebut akan menyebabkan kerugian Anda, juga membuat orang lain terhina.

8. Seorang bocah kecil bertanya kepada ayahnya, “Apakah menjadi seorang ayah akan selalu mengetahui lebih banyak dari pada anaknya?”
Ayahnya menjawab, “Sudah tentu!”
“Siapa yang menemukan listrik?”
“Edison.”
“Kalau begitu mengapa bukan ayah Edison yang menemukan listrik?”

Pakar acapkali adalah kerangka kosong yang tidak teruji, lebih-lebih pada zaman pluralis terbuka sekarang ini.

9. Ketika mandi Toto kurang hati-hati telah menelan sebongkah kecil sabun, ibunya dengan gugup menelepon dokter rumah tangga minta pertolongan.

Dokter berkata, “Sekarang ini saya masih ada beberapa pasien, mungkin setengah jam kemudian saya baru bisa datang ke sana.”

Ibu Toto bertanya, “Sebelum Anda datang, apa yang harus saya lakukan? Dokter itu menjawab, “Berikan Toto secangkir air putih untuk diminum, kemudian melompat-lompat sekuat tenaga, maka Anda bisa menyuruh Toto meniupkan gelembung busa dari mulut untuk menghabiskan waktu.”

Jika peristiwa sudah terjadi, mengapa tidak dihadapi dengan tenang dan yakin. Daripada khawatir lebih baik berlega, dari pada gelisah lebih baik tenang.

10. Sebuah gembok yang sangat kokoh tergantung di atas pintu, sebatang tongkat besi walaupun telah menghabiskan tenaga besar, masih juga tidak bisa membukanya.

Kuncinya datang, badan kunci yang kurus itu memasuki lubang kunci, hanya diputar dengan ringan, ‘plak’ gembok besar itu sudah terbuka.

Hati dari setiap insan, persis seperti pintu besar yang telah terkunci, walaupun Anda menggunakan batang besi yang besar pun tak akan bisa membukanya. Hanya dengan mencurahkan perhatian, Anda baru bisa merubah diri menjadi sebuah anak kunci yang halus, masuk ke dalam sanubari orang lain.

Komentar anda