Friday, June 17, 2011

Karena Kita Salah Memahami Keinginan Ibu yang Sederhana


Ibu adalah manusia yang paling spesial dalam hidup kita. Pengorbanannya, cintanya, kasih sa-yang dan ketulusannya. Semua spesial, dan rasanya tak ada satupun paham-paham di dunia ini yang tak mengakuinya. Meskipun secara individu, tentu adanya sebagian orang tak merasakan itu dalam hidupnya.
Karena ia spesial, maka kita selalu dituntut untuk memelihara hubungan baik dengannya; berbakti, menjaga perasaan, mendoakan, membahagaiakandan meluluskan keinginan-keinginannya. Tapi karena kita ditakdirkan lahir di dua zaman generasi yang berbeda, menghuni dua zaman yang berbeda, maka sering kali ada hal-hal yang menglahirkan ketidak-sepahaman pada keadaan-keadaan tertentu. karena kita dan orang tau kita ditakdirkan lahir pada dua generasi yang berbeda, menghuni zaman yang tak sama dan tak serupa, terkadang memumculkan perbedaan-perbedaan yang membuat komunikasi orang tua dengan anak tak sepaham, kehendak yang tak seiring dan pikiran yang tak sejalan.
Bagi yang memiliki pandangan yang lebih dalam tentang hidup dan perasaan, kadang tidak bisa dipahami oleh kita sebagai anaknya. Keinginan-keinginannya yang sederhana sering kali ditafsirkan rumit oleh kita, sehingga melahirkan praduga-praduga yang tak mendasar. Dan akhirnya menyimpan kecewa di hatinya.

Sekadar Ingin Menunjukkan Cinta, Kasih Sayang dan Perhatian
Ibu adalah gudang cinta dan kasih sayang untuk anak-anaknya. Cintanya tak pernah berkurang, Kasih sayangnya tak pernah menipis. Cinta kassih sayangnya tak pernah luntur meskipun kita telah jauh dari sisinya. Cinta kasihnya tak pernah menyusut meski kadang kita tak pandai menyambutnya. Dia selalu memberikannya kepada kita kapan saja, dengan cara apa saja. Tak ada bedanya, antara cintanya ketika kita masih kanak-kanak dan ketika kita telah beranjak dewasa, atau ketika kita sudah mampu melakukan segala halnya sendiri.

Bagi ibu, anak adalah tempat mencurahkan cinta dan kasih sayang. Wa-lau terkadang kita tidak memahamainya sebagaian cara ibu dalam mencintai kita, sehingga melahirkan praduga yang salah dan tuduhan yang melukai hatinya. Suatu hari salah seorang anak hendak berangkat keluarg negeri untuk melanjutkan pendiidkannya. Kedua orang taunya merasa akan berpisah dengan anak yang dicintai dalam jarak yang jauh dalam waktu lama, tentu tidak ingin melupakan perhatian dan kasih sayangnya dengan menghantarkan sang anak ke bandara. Orang tua manapun, terutama ibu memang ingin menyertai anaknya pada saat yang penting seperti itu, entah untuk sekedar memberi semangat, mendoakan atau melepaskan rasa haru pada darah dagingnya.
Tapi si anak yang merasa sudah besar dan dewasa, tanpa merasa bersalah menolak keinginan orangtuanya. Dia justru menolak niat abik orang tuanya. Dia justru menganggap keinginan mereka seperti yang dilakukan orang dewasa kepada anak kecil yang harus ditemani kemanapun anak kecil itu pergi. Si anak kemudian meminta orangtuanya untuk tetap di rumah dan membiarkan dia berangkat sendiri.
Mungkin saja si anak itu punyak maksud baik untu tidak merepotkan orang tuanya namun ia gagal memahami keinginan dan perasaan hati seorang ibu. Ia tidak
mengerti gemuruh hati orang tua yang begitu berat melepaskan anaknya untuk pergi jauh. Sehingga yang terjadi kemudian adalah, keinginan sederhana itu tidak terwujud dan bahkan menyisakan luka di hati.

Anak yang dibesarkannya dengan penuh cinta dan pengorbanan, yang disekolahkan hingga pandai, ternyata pikirannya tak mampu menjangkau dalamnya cinta dan kasih sayang orang tuanya sebatas itu; menganggapnya masih kanak-kanak. Padahal per-soalannya tidak sesederhana itu. Di sini, jelas tersimpan sebuah keinginan yang tak dipahami oleh si anak. Sebab kita pasti tahu, tentu orang tua anak itu tidak hendak memperlakukan anak itu seperti kanak-kanak. Tapi sebagai orang tua, mereka memberikan cintanya dalam waktu sekejap itu, sebelum berpisah dengan anaknya.
Pikiran orang tua jauh ke depan sana. Dalam benak mereka terselip, “Andai ini pertemuan terakhir, aku ingin menetapmu anakku untuk terakhir kalinya.” atau, “Anakku membutuhkan kekuatan doa, maka aku ingin mengiringi kepergiannya dengan lantunan doa”.
Sekadar Ingin Membuat Kita Senang
Barangkali, tidak ada yang paling tahu akan kesukaan kita selain ibu. Dari kecil kita diasuhnya, hingga kita dewasa kita diasah olehnya, ibu sangat mengerti kebutuhan kita dan hal-hal yang membuat kita senang. Dan salah satu keunikan dari sosok seorang ibu adalah, ia tetap ingimn menghadirkan kesenangan-kesenangan itu untuk kita, meski kita sudah dewasa merasa sudah mampu menghadirkannya sendiri. Sebab bagi seorang ibu, memberi kesenangan kepada seorang anak kepada anaknya adalah kesenangan tersendiri bagi dirinya. Betapa mulianya ia, yang tak pernah bosan dan lupa dengan kesenangan-kesenangan masa lalu kita, sejak kita masih kanak-kanak.

Hingga kapanpun, ibu selalu ingin menghadirkan kebahagiaan, membuat kita senang. Suatu hari kita datang menjenguknya, mungkin ia selalu siap menyajikan untuk kita menu-menu makanan kesukaan kita. Atau bahkan selalu bertanya, “Mau makan apa nak?”, “Mau dimasakin apa, nak?” semua siap dia sediakan tanpa terlihat raut letih di wajahnya demi membuat kita senang. Pun ketika kita hendak pergi, ibu selalu membekali kita dengan oleh-oleh dan cemilan-cemilan kegemaran kita, meski terkadang kita suka mencari-cari alasan untuk menolaknya karena merasa berat membawanya.
Keinginan ibu untuk membuat kita senang, tentulah sangat sederhana. Dan cara ia melakukan itu, pun sangat sederhana pula. Tapi seringkali kita tidak bisa memahami itu. Seorang kakak, menceritakan dialognya lewat telepon selular dengan adiknya yang tinggal bersama ibunya nun jauh di kampung sana.
Sang kakak yang jauh diperantauan meminta adiknya mengirimkan sepaket jamu dari kampung halamannya. Tapi ketika barang tersebut hendak dikirim sang adik menelpon meminta tambahan biaya untuk mengirimkan paket, karena selain jamu tersebut, siibu juga mengirimkan beberapa cemilan panganan kesukaan sang kakak waktu kecil.

Karena merasa tidak memesan panganan tersebut, si kakak meminta adiknya membawa pulang kembali panganan tersebut tadi. Namun si adik berkali-kali didesak tetap menolak sambil mengatakan, “Lebih baik saya berikan kepada orang di jalan daripada ibu kecewa. Tiap hari ibu memasakan panganan tadi supaya bisa dimakan dan bisa dikirim. Kamu kok malah gitu.”
Dari seberang sang kakak dadanya merasa teriris mendengar kata-kata adiknya. Tenggorokan terasa serak saat itu juga. Susah ia menelan ludahnya. Pikirannya melayang, membayangkan ibunya yang begitu tulus berbuat sesuatu untuk membuatnya senang, tapi nyaris saja ia hampir menggagalkan keinginan itu, karena kegagalannya membaca keinginan ibunya.
Sekadar Ingin Melepas Rindu dan Mengobati Rasa Sepi
Tidak jarang, karena merasa desakan keadaan, atau sebuah keperluan kita harus berpisah dengan ibu. Meninggalkan ibu sementara waktu yang cukup lama. Jauh dari kehidupannya untuk beberapa waktu. Dan perpisahan itu tentu akan melahirkan rasa rindu, terlebih bagi seorang ibu yang terpaut jarak dengan anak belahan jiwanya; hari-hari akan menjadi penantian panjang dan rasa sepi yang sulit terobati.
Tapi bagi seorang anak sering kali kita tidak memahaminya, bahwa ketika kita jauh dari ibu, terutama saat ia telah lanjut usia atau ketika ia sedang bermasalah dengan kesehatannya, selalu memendam rasa rindu ingin bertemu atau hanya untuk sekedar menyapa. Maka ketika ia selalu meminta kita untuk menelponnya atau mengiriminya surat, atau bahkan selalu mengunjunginya, janganlah pernah beranggapan bahwa ia sedang bermanja atau ingin merusak jadwal kerja kita, tapi pahamilah bahwa dia hanya sekedar ingin mendengar suara kita atau sekedar ingin menatap wajah kita, agar rasa rindunya itu dan rasa sepinya itu bisa terobati.
Bahkan seharusnya, andai kita menyadari ini, tentu kita tidak perlu lagi melakukan ini itu, sebab boleh jadi keinginannya yang sederhana ini berat ia ungkapkan karena khawatir mengganggu kita dan kesibukan-kesibukan kita.
seorang anak pernah bercerita bahwa, “Ayahku meninggal dunia sewaktu aku masih kecil, lalu ibukulah yang merawatku sendiri. Dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga agar bisa menghidupiku. Aku adalah putra sematawayangnya. Dia memasukkanku ke sekolah dan aku belajar hingga bisa menamatkan pendidikan di perguruan tinggi. Aku sangat baik terhadapnya, tak lama kemudian aku dikirim ke luar negeri. Dia melepaskan kepergianku dengan linangan air mata sambil berkata kepadaku “Anakku, jaga diri baik-baik dan janagn berhenti memberiku kabar, kirimlah surat kemari hingga aku tidak merasa sepi dan merasa tenang akan kesehatanmu.”
pesan ibu tersebut mungkin juga pesan yang sering kita terima manakala kita hendak pergi meninggalkan ibu kita menuju perantauan. Tak bosannya dia menyampaikan pesan itu. Hari ini, mungkin kita tidak lagi menghubungi ibu dengan surat, tetapi dengan alat komunikasi yang lebih maju. Maka pesannya kepada kitapun menjadi berubah, “Jangan lupa hubungi ibu setelah kamu sampai.” atau “Kalau bisa tolong hubungi ibu walau cuma seminggu sekali.”
Pesan ibu mungkin membosankan atau juga memberatkan bagi kita, karena harus melakukannya berulang-ulang. Tapi itulah keinginannya, dibalik perminatan itu ia hanya ingin melepaskan rindunya kepada kita, walau sekadar mendengar sedetik suara atau sepotong kata. Maka jauhkan rasa beart di hati, apalagi rasa terbebani, sebab kala kita jauh darinya mungkin hanaya bakti yang bisa kita lakukan untuk membalas jasa-jasanya yang tak terhingga.
Sekadar Ingin Membalas Kebaikan Orang Lain Kepada Kita
Ketika kita jauh dari sisinya, ibu selalu menyimpan kekhawatiran yang besar terhadap keadaan kita. Meskipun kita sudah dewasa dan mampu mengatasi masalah sendiri, tetapi ibu masih saja merasa tidak tenang dengan kesendirian kita. Karena itulah orang tua kita selalu selalu senang bila ada orang yang menolong anaknya, berbuat baik kepada anaknya. Bahkan ibu selalu ingin mengapresiasikan kebaikan siapa saja yang telah menolong anaknya.
Cobalah sesekali perhatikan obrolan-obrolan kita dengan orang tua kita bersana orang tua kita atau ibu kita, ketika kita berbicara denganya, ibu biasanya tidak hanya menanyakan keadaan kita tapi ada selipan pertanyaan lain: “Bagaimana kabar temanmu si anu?” “Bagaimana kabar ibu kostmu?” “Tetanggamu yang dulu meminjamkan uangnya, apakabarnya?”.
Pertanyaan-pertanyaan itu menunjukkan bahwa orangtua kita tidak begitu saja melupakan orang-orang disekitar kita, khususnya yang pernah memberikan kontribusi kebaikan dalam hidup kita. Mereka adalah orang yang selalu mendapatkan perhatian dari orang tua kita. Bahkan meskipun mungkin kita tidak lagi berhubungan dengan mereka, tapi ibu masih saja menanyakannya, seolah ia ingin kita agar kita selalu menjalin silaturrahim dengan mereka. Begitulah cara orang tua kita menghargai orang-orang yang pernah membagikan kebaikannya kepada kita.
Tidak hanya sekedar menanyakan kabar, bahkan kadang-kadang ibu sengaja meminta kita membawakan mereka sesuatu yang dia usahakan sendiri. Dan inilah yang terkadang membuat kita merasa berat, merasa tidak nyaman karena sesuatu itu terkadang tidak seberapa, tidak istimewa, bahkan dalam pandangan kita sama sekali tidak menarik untuk diberikan kepada orang yang dituju.
Mungkin oleh-oleh yang dikiriminya hanya sekadar buah dari kebun, sehingga ada rasa malu dalam diri kita untuk menyampaikannya, tapi sadarilah bahwa boleh jadi hanya sebatas itu kemampuannya atau itulah yang dianggapnya menarik meski bertentangan dengan pandangan kita yang telah bergaul dengan banyak orang, sedang si ibu ingin mengucapkan terimaksih kepada mereka tidak hanya dengan kata.
Keinginannya itu sebenarnya sangatlah sederhana, tapi karena tak memahaminya maka kadang kita membuat rumit dan bahkan bisa menjadi menoreh luka dan kekecewaan di hati ibu yang selalu tulus untuk memberi.

Sekedar Ingin Mendapat Perhatian
Ketika ibu telah memasuki usia tuanya, dan mendapati anak-anaknya sudah dewasa, tak ada lagi harapan besarnya kecuali bisa hidup bersama mereka dan juga cucu-cucunya serta mendapatkan penerimaan dari mereka, tiada kebahagiaan besar yang ia rasakan saat itu selain mendapatkan perhatian dan cinta kasih dari mereka.
Keinginan seperti itu, sering kali muncul akibat rasa sepi yang semakin hari semakin dia rasakan. Atau karena fisik yang semakin lemah untuk sekedar mengurus dirinya sendir, tetapi memaksakan anak-anak untuk ikut bersamanya pasti juga bukan pilihan yang tepat. Apalagi ketika mereka sudah berkeluarga dan memiliki anak-anak, tentunya mereka memiliki tanggung jawab untuk mengurusi keluarga dan tinggal bersama keluarga mereka masing-masing.
Tapi kesibukan kita mengurusi keluarga dan anak-anak, tentu tidak boleh melupakan kita untuk memberikan perhatian kepada ibu, sekecil apapun perhatian itu. Sebab seorang ibu meskipun telah merelakan anaknya untuk hidup dengan keluarga bar, tentu ia tidak ingin anaknya benar-benar tercerabut dari kehidupannya, maka perhatian kita kepadany, bagi seorang ibu adalah sebuah pembuktian bahwa ia masih merasa memiliki kita, kita masih dekat dengannya.
Namun itulah yang dirasakan seorang ibu tua, terhadap anaknya dan cucu-cucunya. Secara materi ibu itu tidaklah kekurangan, sebab dikampung di mana ia tinggal dia tergolong orang yang cukup berada, hartanya cukup melimpah. Suatu hari, ibu itu datang ke rumah tetangganya dan mencurahkan isi hatinya di sana. Kepada seorang ibu yang sebaya dengannya, ia berkata “Bu, saya ini sudah tua, sudah tidak banyak keinginan.” Ibu yang juga tentangganya itu bertanya, “Lha memangnya ibu kenapa?”
“Saya itu senang sekali kalau melihat ada anak yang mengantarkan makanan untuk orang tuanya. saya ingin sekali diantar makanan atau dibawakan oleh-oleh kalau anak-anak saya pulang dari berbelanja meski saya masih sering berbelanja sendiri dan belum terlalu tua untuk bermanja-manja sama anak-anak, sebennarnya saya hanya ingin menikmati makanan ataua apa saja dari anak-anak. Ngak penting itu mahal atau murah” cerita ibu itu dengan wajah yang sangat sedih.
Sungguh keinginan yang sederhana Ya, sangat sederhana malah, hanya ingin menikmati oleh-oleh atau makanan pemberian anaknya. Tak penting mahal atau murah berapapun harganya, dia hanya ingin sebuah perhatian yang tulus, dia hanya mengharap tegur sapa dari anaknya lewat sebungkus makanan. tapi hal ini itulah yang justru tak kunjung ia dapatkan dari mereka. Sehingga membawanya datang kepada tetangganya untuk mencurahkan keinginannya yang sangat sederhana itu.
Sebagai anak seringkali keinginan itu tak kita pahami, mungkin karen akita menganggap orang tua kita terlihat hidup berkecukupan, lantas kita beranggapan bahwa mereka tak begitu butuh dengan pemberian kita, terlebih karena mereka tak pernah sekalipun bercerita kepada kita apalagi meminta. Tapi bukanlah memang seorang ibu atau orang tua pada umumnya tidak mau menyusahkan anaknya? Sehingga sekalipun sebenarnya ia buth namun selalu berusaha menutupinya dihadapan kita. Meskipun sebenarnya ia begitu menginginkannya.
Hal terpenting yang harus kita ketahui untuk memahami keinginan sederhana ini, adalah bahwa sebagagian besar nafsu kebendaan orang tua itu, sedikit demi sedikit menguap seiring dengan semakin bertambahnya usia mereka pada saat itulah, yang mereka inginkan hanyalah perhatian dan kasih sayang dari anak dan cucunya. Sebagai anak sudah sepatutnya kita membahagiakan hati kedua orang tua kita dan yang harus kita disadari terlebih dahulu adala, bahwa kebahagiaan itu tidak hanya dengan tercukupinya materi tetapi juga dengan memberikan perhatian yang tulus.
Semoga kita dapat membahagiakan orang tua kita, dengan memahaminya dan memenuhi keinginan-keinginannya yang sederhana. karena pada hakikatnya apapun yang kita berikan tidak akan pernah sepadan dengan kasih sayang yang mereka curahkan kepada kita. (Habis)
sumber:Tarbawi “Karena Kita Salah Memahami Keinginan Ibu yang Sederhana” edisi 242 Th.12,Muharram 1432, 30 Desember 2010     

Tuesday, June 14, 2011

.....a......r.......

Hidup ini penuh dengan tetesan keringat dan air mata perjuangan. Aku masih ingat saat pertama kali aku mendapatkan sebuah hadiah atas perjuanganku menjadi juara kelas, hanya sebatang coklat, aku sangat senang sekali. saat itu aku tak tahu ternyata ke depan lebih butuh banyak pengorbanan dan perjuangan.

perlahan-lahan aku tumbuh menjadi lebih dewasa, banyak hal yang aku alami, cinta, penghianatan, persahabatan, perjuangan untuk menjadi yang terbaik. Saat ini aku hanya bisa terdiam tanpa bisa berbuat apa-apa, hanya mampu menangis dan bersabar, semua sudah ada yang mengatur, jodoh, rezeki, dan maut. Hanya itu yang ada di fikiranku saat ini, tak tahu apa lagi yang  akan aku lakukan selanjutnya.

Membaca salah satu note teman membuatku tersadar, hidupku tak harus berhenti sampai disini, masih banyak hal diluar yang belum aku ketahui. Pelajaran itu adalah guru yang terbaik untukku  menempa mental berjiwa besar dan ikhlas. Sakit itu bukan untuk dibawa lari tapi harus dihadapi. membencinya bukan jalan yang terbaik, yang ada aku hanya sakit saja. Menjadi temannnya mungkin salah satu solusi untukku.

sang juara adalah orang yang mampu mengatasi masalah yang dihadapinya dan mampu tersenyum dikala tersakiti.................dan berlapang dada.
sang juara adalah orang yang mampu mengalahkan keegoan dalam dirinya sendiri.

Friday, June 10, 2011

isi hatiku......

aku harus kuat, Allah SWT pasti akan memberikan yang terbaik untukku. kini aku seharusnya mempersiapkan diriku untukk hari depan yang lebih baik. Dirinya sudah ada yang menjaga, serahkan segalanya pada sang pemilik hati.


tujuanku masih banyak yang belum tercapai, mulai dari skripsi S1ku yag masih belum ku kerjakan, persiapan research student di jepang yang belum ku persiapkan sama sekali persyaratan-persyaratannya......

Akan kubuka diriku yang baru mulai dari detik ini, aku yakin aku insyaallah akan sukses 2 tahun lagi dari sekarang. aku akan memepersiapkan untuk mengikuti seleksi beasiswa jepang untuk periode tahun 2013 yang seleksinya akan diadakan tahun depan insyaallah.....

Aku akan buktikan padanya kalau aku kuat....
Aku akan buktikan aku akan berhasil.....
Akan ku buktikan jika aku bisa bahagia.....
Hari  itu akan aku jadikan pelajaran dalam hidupku......



mulai sekarang saatnya belajar semua tentang jepang....dan mungkin akan menetap disana (berharap.com), semoga kedua orang tuaku dan keluargaku ikhlas aku beangkat kesana,.....

akan ku tunggu dia yang ikhlas bersamaku menjaga dan mencintaiku karena Allah SWT


(nisa, 09 Juni 2011)

Komentar anda