Friday, August 30, 2013

Kabar Gembira dan Sebuah Bata

Masih hening sukma-sukma dalam renungan atas keagungan doa Ibrahim‘Alaihis Salam, ketika Sang Nabi, mentari di hati para sahabatnya itu kembali bersabda, “Dan aku adalah kabar gembira yang dibawa oleh ‘Isa ‘Alaihis Salam.”
“Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab [yang turun] sebelumku, yaitu Taurat. Dan memberi kabar gembira dengan [datangnya] seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad..” (QS Ash Shaff [61]: 6)
Memang engkau ya RasulaLlah, adalah kabar gembira. Nubuat tentangmu dikabarkan para Nabi sebelummu dengan berseri-seri penuh  kesyukuran. Mereka menyebut Himdah, Periklitos, Bar Nasha, Adonis, Maitreya, dan semua sanjungan tentang risalah yang akan memenuhi ufuk, dari tempat terbit mentari hingga terbenamnya.
Engkaulah imam bagi mereka dalam shalat yang ditunaikan di Masjidil Aqsha nan suci, beberapa saat jelang keberangkatanmu bermi’raj ke haribaan Ilahi. Engkaulah yang disambut Adam, Yahya serta ’Isa, Yusuf, Idris, Harun, Musa, dan Ibrahim di tiap lapis langit dengan doa yang mesra. Engkaulah penutup, bagi matarantai terhubungnya bumi dengan langit.
Segala keutamaanmu adalah kesempurnaan. Dan kerendahan hatimu pada mereka menjadikan kemuliaan dirimu tak tergapai oleh seorang makhluqpun. Inilah kami menitikkan  airmata, saat Imam Al Bukhari membawakan riwayat berisi permisalan yang kaubuat tentang dirimu dengan para Nabi yang memancangkan tapak-tapak Tauhid sebelum engkau dibangkitkan.
“Perumpamaan antara aku dengan para Nabi yang diutus sebelumku”, ungkapmu, “Adalah seperti orang yang membangun sebuah rumah lalu membaguskan dan memperindahnya. Hingga tersisa sebuah labinah, ceruk di mana satu batu-bata belum terpasang pada dinding samping rumah tersebut. Maka orang-orang pun mengelilingi dan mengaguminya seraya berkata, ‘Duh, betapa baiknya jika batu-bata terakhir dipasang pada tempatnya agar rumah ini sempurna.” Akulah batu bata terakhir itu. Akulah penutup para Nabi.”
Inilah kami, ummatmu yang berbahagia dengan kehadiranmu nan rendah hati. Yang menyebut keakuan hanya sebagai sesudut batu di rumah yang indah. Yang memandang diri cuma bak sebatang bata penggenap sempurnanya sebuah bangunan.
“Rabbku mengajariku Adab”, lagi-lagi kau bertawadhu’ bahwa semua kemuliaanmu adalah karuniaNya, seperti tercantum dalam riwayat At Tirmidzi, “Maka Dia membaguskan adab-adabku.” Dan adab da’wahmu adalah kerendahan hati. Sebab kebenaran tak dapat disampaikan oleh insan yang merasa tinggi. Sebab orang benar yang angkuh, akan merusak rasa hormat semesta pada kehakikian itu sendiri.
“Dan berilah peringatan pada kaum kerabatmu yang terdekat. Dan rundukkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu dari orang-orang mukmin.” (QS Asy Syu’ara  [26]: 214-215)
Inilah engkau yang menjadi jalan hidayah bagi semesta, rahmat dan cahaya yang menerangi gelap hati, Allah menuntunmu untuk merundukkan diri. Sebab bagi hati yang merunduk tak ada lagi kerendahan tuk jatuh. Sebab dalam hati yang merunduk, terbuncah cinta yang utuh. Sebab atas hati yang merunduk, segala kepongahan akan takluk. Sebab pada hati yang merunduk, cinta manusia mengalir teruntuk. Sebab terhadap hati yang merunduk, semesta akan bertepuk.
Tapi segala ketundukan dan kekhusyukan hatimu hanyalah untuk mengundang cintaNya, bukan sorak-sorai manusia.
Maka izinkan kami belajar darimu wahai hati yang merunduk. Bahwa jika diri merasa besar, kami harus memeriksa hati. Mungkin ia sedang bengkak. Jika diri merasa suci, kami harus memeriksa jiwa. Mungkin itu putihnya nanah dari luka nurani. Jika diri merasa tinggi, kami harus memeriksa batin. Mungkin ia sedang melayang kehilangan pijakan. Dan jika diri merasa wangi, kami harus memeriksa niat. Mungkin itu asap dari ‘amal shalih yang hangus dibakar riya’.
Shalawat dan salam bagimu duhai Nabi yang rendah hati; yang terpuji di langit dan bumi.
sepenuh cinta {termuat dalam UMMI, Juli}
salim a. fillah

Sejarah Nagan

Diwilayah Seunagan ( Jeuram ). Pimpinan wilayah Seunagan yang pertama yaitu : Teuku Johan Masa jabatan dipegang kira – kira 20 Tahun setelah Pangku jabatannya ( Habis Masa ) di Pegang oleh adiknya yang bernama Teuku Meurah Usman alias teuku Keumangan untuk sementara,, ada kira – kira 5 Tahun lebih kurang setelah pangku jabatan maka dimutasi ianya ke sabang maka kekuasaan pada masa itu kosong dan setelah daripadanya jiwa ulama bernama Said Abdu Rani alias Teungku Putik mengambil satu kebijakan oleh beliau untuk mengangkat kembali pada Teuku Meurah Usman alias Teuku Keumangan  terjadilah pertempuran di Suak Bilie oleh 2 orang pemuda dengan kompeni Belanda yang bernama Reusenson, maka syahidlah dua orang pemuda tersebut dan serta mayat mereka dibawa ke Tansi Belanda dan dijemur dihalamannya, dan oleh kompeni Belanda membuat pengumuman Siapa yang berhubungan keluarga dengan kedua orang pemuda tersebut serta pada saat itu bertanggung jawablah oleh seorang ulama yang bernama Said Abdurrani Alias Teuku Putik yang dua orang pemuda itu beliau mengaku sebagai anaknya. Tansi Belanda di Jeuram didirikan pada Tahun 1915 setelah 10 Tahun maka di Kuta Raja baru menuju bagian Barat Selatan Yaitu Kapten Kohler dan pada saat itu gugurlah Belanda pada Tahun 1925 dan juga pasuka Belanda yang dipimpin oleh Letnan Resenson, Letnan Brus dan Letnan Brensen, maka kalah Belanda dengan Jepang tetapi Letnan Brensen masih berkedudukan di Jeuram dan terpaksa ianya melarikan diri Ke Singkil Aceh Selatan. Dan pelaksanaan kantor Ulee Balang dan Kantor Belanda Langkah yang ditempuh pertama kali pada Tahun 1920 didirikannya dan diperbaiki kembali kantor tersebut tahun 1931.
Dan pada saat itu wilayah Seunagan mulai makmur kembali, maka bagi kaum muslimin tetap bangkit semangat kembali serta tujuan belanda pada saat itu kepada seorang ulama bernama Said Abdurrani Alias Teungku Putik siambil tindakan oleh Belanda pada Beliau harus diasingkan ke Jawa maka berakhirnya jabatan Teuku Meurah Usman Alias Teuku Keumangan maka terjadilah Pergantian Kekuasaan kepada Pemimpin Ketiga  Yaitu Teuku Ben dan beliau pada saat Jabatan Ulee Balang Seunagan kalah Belanda dan saatnya datanglah lagi Penjajahan Jepang maka pada saat itu ditangkaplah Teuku Ben dan dibawa Ke Tansi Jepang di Meulaboh dan gugurlah bersama tujuh orang anggotanya maka berakhirlah masa penjajahan Jepang.
Dan memasuki masa kemerdekaan, maka kepemimpinan Pertama Wilayah Seunagan dipimpin oleh Teuku Meurahman sebagai pimpinan yang baru pasca Penjajahan Jepang dan sebagai Wakil Kepala Nanggroe Teuku Arifin Tayib Alias Teuku Ben Arif dan dibantu oleh bendaharawan yang bernama H. Nyakna Hamzah.
Dan memasuki Kemerdekaan Tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta baru tersebar di Daerah termasuk daerah Jeuram atau Seunagan pada Tahun 1946 yang dilaksanakan oleh Pasukan Pemuda diwaktu pengibaran Bendera Merah Putih. Yang dipimpin oleh teuku Muhammad Tahir dan di ikut sertakan oleh anggotannya, Yaitu :
1.      Said Sulaiman Daud
2.      Teuku Nyak Dollah Ellah
3.      Sulaiman Apacut Din
4.      Abdullah Satri
5.      Ali Nago
6.      Idris Nyakyah
7.      Keuchik Nyak Umar Keuta
8.      Abdullah Parom
9.      Puteh Harun
10.  Samsari Hanafiah
11.  dst…..
Maka bendera tersebut yang dikibarkan oleh :
  1. Teungku Abdullah Maksah
  2. Teungku Ibrahim Arsyad
Serta bendera yang diambil pada H. Abdullah Dariah dan pada saat pengibaran Bendera Merah Putih lagu Indonesia Raya di Pimpin oleh Bapak Jamil dan diikut sertakan oleh Tokoh – tokoh masyarakat tersebut.
  1. Habib Cut Rambong
  2. Habib Cut Banta
  3. Habib Rayeuk
  4. Habib Lhok
  5. Teuku Ellah
  6. Teuku Hasyem Muslem
  7. Sulaiman Lakeu
  8. Imum Daud
  9. dst…..

maka setalah pengibaran bendera Merah Putih 2 Tahun kemudian timbul lagi peperangan  Cumbok di Ulee Jalan Kecamatan Beutong pada tanggal 14 Juni 1948 maka gugurlah para syuhada yang tersebut dibawah ini :
  1. Serma Teuku Ibrahim
  2. Sertu Teuku Bustamam
  3. Sertu Mustafa
  4. Serda Rusli
  5. Kopral Abdullah
  6. Pratu Muhaban
  7. Pratu Usman Isa
  8. Pratu Suparjo
  9. Pratu Abu Bakar
  10. Pratu Muhammad
  11. Pratu Muhammad Ali

Maka Berakhirlah sejarah singkat Kemerdekaan di Wilayah Seunagan.


Demikialah yang dapat kami ringkas secara sederhana sejarah Kemerdekaan diwilayah Seunagan, dan kami menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak terdapat kejanggalan dan kesilapan maka dari itu kami mohon maaf dan mohon kritikan dan saran demi kesempurnaannya penulisan ini dimasa mendatang. 

Monday, August 26, 2013

#SABAR & #SYUKUR oleh: SALIM. A. FILLAH

  1. Hidup adalah perjalanan yang digariskan memiliki 2 rasa: manis & getir, lapang & sesak, suka & duka, nikmat & musibah; ia #SABAR #SYUKUR.
  2. Tak seorangpun bisa lepas dari 2 rasa itu, pun juga mereka yang dicintaiNya. Makin agung nikmat, besar pula musibahnya. #SABAR #SYUKUR
  3. Imanpun tak menjamin kita selalu berlimpah & tertawa. Tapi ia menyediakan lembut elusanNya dalam apapun dera yang menimpa. #SABAR #SYUKUR
  4. Maka #SABAR & #SYUKUR adalah wahana yang akan membawa hamba, menselancari kehidupan nan berrasa dua itu dengan iman di dalam dada.
  5. Oleh hadirnya #SABAR & #SYUKUR itulah, Nabi nyatakan betapa menakjubkan hidup & ihwal orang beriman. Semua urusannya adalah kebaikan.
  6. Sebab atas musibah dia bersabar, & #SABAR itu membuatnya meraih pahala tanpa hingga, dicintaiNya, & dibersamai Allah di segala rasa.
  7. Sebab dalam karunia dia bersyukur; maka #SYUKUR itu membuat sang nikmat melekat, kian berganda berlipat, menenggelamkannya dalam rahmat.
  8. Tapi hakikat #SABAR & #SYUKUR sebenarnya 1 saja; keduanya ungkapan iman tuk menyambut penuh ridha segala kurniaNya, apapun jua bentuknya.
  9. Maka #SABAR adalah juga sebentuk #SYUKUR; dalam menyambut kurnia nikmatNya yang berbentuk lara, duka, nestapa, & musibah yang niscaya.
  10. Maka #SYUKUR adalah sebentuk #SABAR dalam menyambut kurnia musibahNya yang berupa kesenangan, kelapangan, kelimpahan, sesuka nan melena.
  11. Lihatlah Ayyub ber-#SYUKUR atas segala sakit & nestapa; sebab Allah mengugurkan dosa & masih memberi hati serta lisan tuk mendzikirNya.
  12. Pun Sulaiman ber-#SABAR atas kemaharajaan jin, hewan, & manusia. Sabar dengan merunduk #SYUKUR agar tak jumawa-durjana seperti Fir’aun.
  13. #SABAR ada di 4 hal; mentaati Allah, menjauhi maksiat, menerima musibah, membersamai orang benar. Semua jua adalah rasa #SYUKUR padaNya.
  14. #SABAR dalam taat, sebab ia kadang terasa berat, ibadah terasa beban, keshalihan terasa menyesakkan. Tapi #SYUKUR-lah, Allah itu dekat.
  15. #SABAR dalam jauhi maksiat, sebab ia kadang terlihat asyik, kedurhakaanpun tampak cantik. Tapi #SYUKUR-lah, iman itu rasa malu padaNya.
  16. #SABAR dalam menghadapi musibah, sebab ia niscaya bagi iman di dada. #SYUKUR-lah dosa gugur; & beserta kesulitan selalu ada kemudahan.
  17. #SABAR dalam membersamai orang benar; sebab kawan lurus & tulus kadang lebih menjengkelkan dari musuh nan menyamar. #SYUKUR ada ukhuwah.
  18. Sebab pahalanya disempurnakan tak terhingga (QS39:10), maka #SABAR pun sebenarnya tiada batasnya. Hanyasanya bentuknya dapat kita pilih.
  19. Saat melamar lalu diminta menunggu 2 tahun; menjaga diri semasa itu adalah #SABAR; mencari calon lain tuk bersegera, itupun juga #SABAR.
  20. Maka iman menuntun taqwa; ialah cerdik & peka hati dalam memilih bentuk #SABAR sekaligus #SYUKUR atas segala wujud ujian cinta dariNya.
  21. Taqwa itulah yang membawa #SABAR kita mendapat kejutan nan mengundang #SYUKUR; jalan keluar dari masalah & rizqi tak terduga. (QS65:2-3)
  22. Tiap nikmat yang di #SYUKUR-i jua berpeluang mengundang #musibah yang harus di #SABAR-i; seperti tampannya Yusuf & cinta Ya’qub padanya.
  23. Maka tak ada kata henti untuk #SABAR & #SYUKUR; sebab ia 2 tali yang hubungkan kita denganNya; hingga hidup terasa surga sebelum surga;)
  24. "Jika #SABAR & #SYUKUR itu 2 kendaraan", ujar 'Umar, "Aku tak peduli naik yang mana." Keduanya berlintasan ridhaNya; berjurusan surga.
  25. Segala puji bagi Allah; kita milikNya; kembali padaNya. Sekian tentang #SABAR & #SYUKUR Shalih(in+at); moga manfaat; selamat ber-Jumat:

Tuesday, August 20, 2013

Kultwit 13 tadabbur singkat atas sepotong kalimat mulia dari Yang Maha Perkasa di Surah At Taghabun ayat 11

oleh: Salim A. Fillah

1) "Tiada satu musibahpun menimpa kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa beriman kepada Allah; Dia kan menunjuki hatinya.." {QS64:11}

2) "Dan barangsiapa beriman pada Allah; Dia kan menunjuki hatinya"; agar rela pada ketentuan, teguh berkesabaran, & yakin pada ganjaran.

3) "Dan barangsiapa beriman pada Allah; Dia kan tunjuki hatinya"; agar faham yang tertakdir tiada luput; yang bukan jatah takkan menimpa. 

4) "Dan barangsiapa beriman pada Allah; Dia kan menunjuki hatinya"; hingga yakin bahwa ia dari sisi Allah; lalu hatinya berserah & ridha. 

5) "Dan barangsiapa beriman pada Allah; Dia kan menunjuki hatinya"; tuk mengikuti sunnah Nabi & teladan Shalihin dalam sikap & tindaknya.

6) Termasuk qiraah ma'tsurah adalah riwayat 'Ikrimah yang membaca ayat ini bukan "Yahdi Qalbah", melainkan "Yahda' Qalbuh". MasyaaLlah:)

7) Maknanya menjadi, "Dan barangsiapa beriman kepada Allah; hatinya menjadi damai & tentram"; ajaib urusannya sebab jadi baik senantiasa.

8) "Dan barangsiapa beriman pada Allah; hatinya menjadi damai & tentram"; syukurnya dalam nikmat & sabarnya pada musibah selalu memesona.

9) "Dan barangsiapa beriman kepada Allah; hatinya menjadi damai dan tentram"; iman adalah mata yang terbuka, mendahului datangnya cahaya.

10) "Dan barangsiapa beriman pada Allah; hatinya menjadi damai & tentram"; yakin bahwa di balik segala yang tertakdir, ada hikmah indah.

11) "Dan barangsiapa beriman pada Allah; hatinya menjadi damai & tentram"; hatta cuma tertusuk duri; gugur dosanya & diangkat derajatnya.

12) "Dan barangsiapa beriman pada Allah; hatinya menjadi damai & tentram"; tak putus dzikirnya, kian khusyu' ruhnya, tawadhu' senyumnya

13) "Dan barangsiapa beriman pada Allah; hatinya menjadi damai & tentram"; bertambah taatnya, menguat taqwanya, kian kukuh tawakkalnya.

Demikian 13 tadabbur singkat atas sepotong kalimat mulia dari Yang Maha Perkasa di Surah At Taghabun ayat 11 Shalih(in+at); semoga manfaat:) dari sang Bentangkan hamba Allah yang tertawan dosanya, santri yang tertahan kejahilannya, berharap a manfaat dalam faqir & Dhaif

Tuesday, August 13, 2013

Yang Yatim dan Diyatimkan

“Aku adalah anak dua orang yang disembelih.”
Sabda Nabi ShallaLlahu ‘Alaihi wa Sallam yang dicatat Imam Al Hakim An Naisabury dalam Al Manaqib ini mengenangkan kita pada dua kejadian besar.
Awal-awal, bahwa sang dzabih, insan yang dikorbankan pertama-tama di garis moyang RasuluLlah adalah seorang anak yang diyatimkan. Dia lahir sebagai jawaban atas doa yang tak kecewa, dalam penantian berlama-lama. Ia adalah harapan untuk hadirnya pewaris risalah, penerus dakwah, dan pelanjut perjuangan yang ditautkan ke langit, hingga Ibrahim sang ayah keriput kulitnya, memutih rambutnya, dan kian uzur tubuhnya.
Lalu sang Kekasih Sejati menguji Ibrahim, pada hal yang paling dijunjung jiwanya dan diluhurkan hatinya. Ialah cinta. Cinta pada istri yang berkulit kehitaman, bertubuh pendek, dan bekas budak namun bernurani selembut susu, bersenyum semanis madu, serta bertutur sesejuk salju. Cinta pada bayi merah yang tangisnya gagah, darah daging dan sibiran tulang yang dinanti dengan gigil takut dan gerisik harap pada Rabb semesta.
Singkat cerita, Isma’il harus diyatimkan, di lembah tak bertanaman, di sisi Rumah Kemuliaan.
Ketika Ibrahim melangkah pergi dengan lisan tercekat, hati sesak, dan mengatup kelopak; berbaur-baur dan berdebur-debur tanggungjawab sebagai ayah dan ketaatan sebagai hamba dalam dada; kesejatian iman Hajar dan Isma’il diuji sampai batas tertinggi agar keajaiban hadir menerangi. Lalu tumbuhlah mereka dalam sebaik-baik pemeliharaan, hingga Ibrahim lagi-lagi harus memejamkan mata saat Allah menguji cintanya dalam penyembelihan Isma’il.
Dari yang diyatimkan, Isma’il menjelma jadi qurban; sosok yang didekatkan dan mendekatkan.
“Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari keturunan Ismail”, begitu sabda Nabi dalam riwayat Imam Muslim,” Dan memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari Quraisy, dan Dia memilih aku dari keluarga Bani Hasyim.”
Putra Hasyim yang bernama ‘Abdul Muthalib adalah lelaki dengan tekad baja. Atas kegigihannya, zam-zam yang tertimbun digali, pusaka Isma’il ditemukan, dan Ka’bah yang hendak diserang Abrahah dimenangkan Allah dengan burung-burung kecil. Tapi ada nadzarnya yang menggelisahkan; dia ingin mengorbankan satu putranya dengan menyembelihnya di depan Ka’bah.
‘Abdullah, anak tampan berbudi mulia itu yang terpilih dalam undian. Maka diaraklah dia ke Ka’bah dengan air mata membasahi pipi hampir semua penduduk Makkah. Kemudian semua pemuka bersumpah menghalangi ‘Abdul Muthalib menunaikan nadzarnya, dan para dukun tepercaya menyuruhnya untuk mengganti ‘Abdullah dengan unta. Diundi berulangkali dengan kelipatan 10 unta, nama ‘Abdullah tetap saja yang terpajan. Lalu terserukan syukur gegap gempita, saat 100 unta akhirnya terbaca dalam undian untuk menggantikan nyawanya.
Tapi ‘Abdullah yang di sulbinya tertitipkan bibit cahaya untuk alam semesta itu, nantinya tetap mati muda. Dia tak sempat melihat Muhammad, yang lahir dan tumbuh sebagai yatim. Lalu penutup para Nabi, penyempurna para Rasul, penghulu kekasih Allah ini sempurna keyatimannya dengan kepiatuan, agar Allah menjadi satu-satunya  dia bersandaran. Sebagaimana moyangnya, Isma’il ibn Ibrahim diyatimkan, agar utuh memaknai kehambaan.
Hari ini dalam tarbiyah diri dan bulan suci, sayup-sayup kita terngiang sabdanya yang diriwayatkan Imam Al Bukhari,  ”Aku dan pemelihara anak yatim, akan berada di surga kelak, seperti ini”, sambil berisyarat dengan mensejajarkan jari tengah dan telunjuknya.
Shalawat dan salam kami, sampaikan padanya duhai Rabbi.
sepenuh cinta, (termuat dalam UMMI Agustus)

salim a. fillah

Karena Ukuran Kita Tak Sama

seperti sepatu yang kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya
memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti
memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan
kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi
Adapun di zamanku ini, rakyatnya seperti kamu!”
tak lagi terpisah sebagai “haq” dan “bathil”. Istilah yang tepat adalah “shawab” dan “khatha”.
Seorang lelaki tinggi besar berlari-lari di tengah padang. Siang itu, mentari seakan didekatkan hingga sejengkal. Pasir membara, ranting-ranting menyala dalam tiupan angin yang keras dan panas. Dan lelaki itu masih berlari-lari. Lelaki itu menutupi wajah dari pasir yang beterbangan dengan surbannya, mengejar dan menggiring seekor anak unta.
Di padang gembalaan tak jauh darinya, berdiri sebuah dangau pribadi berjendela. Sang pemilik, ’Utsman ibn ‘Affan, sedang beristirahat sambil melantun Al Quran, dengan menyanding air sejuk dan buah-buahan. Ketika melihat lelaki nan berlari-lari itu dan mengenalnya,
“Masya Allah” ’Utsman berseru, ”Bukankah itu Amirul Mukminin?!”
Ya, lelaki tinggi besar itu adalah ‘Umar ibn Al Khaththab.
”Ya Amirul Mukminin!” teriak ‘Utsman sekuat tenaga dari pintu dangaunya,
“Apa yang kau lakukan tengah angin ganas ini? Masuklah kemari!”
Dinding dangau di samping Utsman berderak keras diterpa angin yang deras.
”Seekor unta zakat terpisah dari kawanannya. Aku takut Allah akan menanyakannya padaku. Aku akan menangkapnya. Masuklah hai ‘Utsman!” ’Umar berteriak dari kejauhan. Suaranya bersiponggang menggema memenuhi lembah dan bukit di sekalian padang.
“Masuklah kemari!” seru ‘Utsman,“Akan kusuruh pembantuku menangkapnya untukmu!”.
”Tidak!”, balas ‘Umar, “Masuklah ‘Utsman! Masuklah!”
“Demi Allah, hai Amirul Mukminin, kemarilah, Insya Allah unta itu akan kita dapatkan kembali.“
“Tidak, ini tanggung jawabku. Masuklah engkau hai ‘Utsman, anginnya makin keras, badai pasirnya mengganas!”
Angin makin kencang membawa butiran pasir membara. ‘Utsman pun masuk dan menutup pintu dangaunya. Dia bersandar dibaliknya & bergumam,
”Demi Allah, benarlah Dia & RasulNya. Engkau memang bagai Musa. Seorang yang kuat lagi terpercaya.”
‘Umar memang bukan ‘Utsman. Pun juga sebaliknya. Mereka berbeda, dan masing-masing menjadi unik dengan watak khas yang dimiliki.
‘Umar, jagoan yang biasa bergulat di Ukazh, tumbuh di tengah bani Makhzum nan keras & bani Adi nan jantan, kini memimpin kaum mukminin. Sifat-sifat itu –keras, jantan, tegas, tanggungjawab & ringan tangan turun gelanggang – dibawa ‘Umar, menjadi ciri khas kepemimpinannya.
‘Utsman, lelaki pemalu, anak tersayang kabilahnya, datang dari keluarga bani ‘Umayyah yang kaya raya dan terbiasa hidup nyaman sentausa. ’Umar tahu itu. Maka tak dimintanya ‘Utsman ikut turun ke sengatan mentari bersamanya mengejar unta zakat yang melarikan diri. Tidak. Itu bukan kebiasaan ‘Utsman. Rasa malulah yang menjadi akhlaq cantiknya. Kehalusan budi perhiasannya. Kedermawanan yang jadi jiwanya. Andai ‘Utsman jadi menyuruh sahayanya mengejar unta zakat itu; sang budak pasti dibebaskan karena Allah & dibekalinya bertimbun dinar.
Itulah ‘Umar. Dan inilah ‘Utsman. Mereka berbeda.
Bagaimanapun, Anas ibn Malik bersaksi bahwa ‘Utsman berusaha keras meneladani sebagian perilaku mulia ‘Umar sejauh jangkauan dirinya. Hidup sederhana ketika menjabat sebagai Khalifah misalnya.
“Suatu hari aku melihat ‘Utsman berkhutbah di mimbar Nabi ShallaLlaahu ‘Alaihi wa Sallam di Masjid Nabawi,” kata Anas . “Aku menghitung tambalan di surban dan jubah ‘Utsman”, lanjut Anas, “Dan kutemukan tak kurang dari tiga puluh dua jahitan.”
Dalam Dekapan ukhuwah, kita punya ukuran-ukuran yang tak serupa. Kita memiliki latar belakang yang berlainan. Maka tindak utama yang harus kita punya adalah; jangan mengukur orang dengan baju kita sendiri, atau baju milik tokoh lain lagi.
Dalam dekapan ukhuwah setiap manusia tetaplah dirinya. Tak ada yang berhak memaksa sesamanya untuk menjadi sesiapa yang ada dalam angannya.
Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat tulus pada saudara yang sedang diberi amanah memimpin umat. Tetapi jangan membebani dengan cara membandingkan dia terus-menerus kepada ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz.
Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat pada saudara yang tengah diamanahi kekayaan. Tetapi jangan membebaninya dengan cara menyebut-nyebut selalu kisah berinfaqnya ‘Abdurrahman ibn ‘Auf.
Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat saudara yang dianugerahi ilmu. Tapi jangan membuatnya merasa berat dengan menuntutnya agar menjadi Zaid ibn Tsabit yang menguasai bahawa Ibrani dalam empat belas hari.
Sungguh tidak bijak menuntut seseorang untuk menjadi orang lain di zaman yang sama, apalagi menggugatnya agar tepat seperti tokoh lain pada masa yang berbeda. ‘Ali ibn Abi Thalib yang pernah diperlakukan begitu, punya jawaban yang telak dan lucu.
“Dulu di zaman khalifah Abu Bakar dan ‘Umar” kata lelaki kepada ‘Ali, “Keadaannya begitu tentram, damai dan penuh berkah. Mengapa di masa kekhalifahanmu, hai Amirul Mukminin, keadaanya begini kacau dan rusak?”
“Sebab,” kata ‘Ali sambil tersenyum, “Pada zaman Abu Bakar dan ‘Umar, rakyatnya seperti aku.
Dalam dekapan ukhuwah, segala kecemerlangan generasi Salaf memang ada untuk kita teladani. Tetapi caranya bukan menuntut orang lain berperilaku seperti halnya Abu Bakar, ‘Umar, “Utsman atau ‘Ali.
Sebagaimana Nabi tidak meminta Sa’d ibn Abi Waqqash melakukan peran Abu Bakar, fahamilah dalam-dalam tiap pribadi. Selebihnya jadikanlah diri kita sebagai orang paling berhak meneladani mereka. Tuntutlah diri untuk berperilaku sebagaimana para salafush shalih dan sesudah itu tak perlu sakit hati jika kawan-kawan lain tak mengikuti.
Sebab teladan yang masih menuntut sesama untuk juga menjadi teladan, akan kehilangan makna keteladanan itu sendiri. Maka jadilah kita teladan yang sunyi dalam dekapan ukhuwah.
Ialah teladan yang memahami bahwa masing-masing hati memiliki kecenderungannya, masing-masing badan memiliki pakaiannya dan masing-masing kaki mempunyai sepatunya. Teladan yang tak bersyarat dan sunyi akan membawa damai. Dalam damai pula keteladannya akan menjadi ikutan sepanjang masa.
Selanjutnya, kita harus belajar untuk menerima bahwa sudut pandang orang lain adalah juga sudut pandang yang absah. Sebagai sesama mukmin, perbedaan dalam hal-hal bukan asasi
Tempaan pengalaman yang tak serupa akan membuatnya lebih berlainan lagi antara satu dengan yang lain.
Seyakin-yakinnya kita dengan apa yang kita pahami, itu tidak seharusnya membuat kita terbutakan dari kebenaran yang lebih bercahaya.
Imam Asy Syafi’i pernah menyatakan hal ini dengan indah. “Pendapatku ini benar,” ujar beliau,”Tetapi mungkin mengandung kesalahan. Adapun pendapat orang lain itu salah, namun bisa jadi mengandung kebenaran.”
sepenuh cinta,
Salim A. Fillah

Sunday, August 11, 2013

Menunda Kenikmatan untuk Menikmati kenikmatan yang Lebih Besar

Alkisah seorang pemilik warung nasi yang baru mendapatkan keuntungan dari hasil warung nasinya selama 5 tahun, berniat untuk membeli sebuah mobil tua sesuai dengan anggaran yang ia miliki. Seluruh keuntungan yang ia kumpulkan selama 5 tahun kini ia habiskan untuk membeli sebuah mobil tua yang ia lengkapi dengan ‘tape’ mobil dan dua buah ‘speakearaktif’ yang bagus. Baru beberapa minggu membeli mobil tersebut, terlihat kesibukannya dalam mengurus warung nasi terkuras ‘gara-gara’ mobil yang baru ia beli itu dari seorang yang ‘rewel’ dan banyak yang harus diperbaiki diganti. Satu persatu kelemahan mobil mulai terlihat seperti sebuah penyakit yang menjalar, dimulai dari businya, perapiannya, ban hingga mesin yang sering ‘ngadat’ akhirnya setelah berjuta-juta rupiah ia habiskan hanya untuk memperbaiki kerusakan mobil tersebut, merasa tak punya lagi anggaran untuk memperbaiki mobil tersebut, akhirnya ia jual dengan harga yang jauh lebih murah kerimbang saat ia membelinya. Dari harga 20 juta ia beli, hanya dapat laku dengan harga 13 juta. Belum termasuk servis yang ia lakukan.
Sahabat cerita diatas bisa jadi adalah gambaran kita atau mungkin pernah kita alami. Berharap untung dengan barang yang dibeli, murah namun ternyata kualitasnya jelek dan dalam beberapa hari kita akan menyesal dan tidak mau menggunakannya lagi.
Orang sukses sejati biasa menunda kenikmatannya untuk meraih kenikmatan yang lebih besar. Saat teman-temannya larut dalam budaya hedonis. Ia masih berkutat dengan kesibukan menambah pengetahuan, skill dan memperluas relasi bisnisnya. Saat teman sebaya dengannya sibuk berdua-duaan dengan pacarnya maka ia sibuk berdua-duaan dengan buku. Saat orang seusianya sibuk menghabiskan uang orang tuanya ia bertekad mandiri dan tidak meminta uang orang tuanya bahkan dengan gigih mampu memberikan sesuatu kepada orang tuanya.



Sumber : Jangan Belajar Kalo Ngak Tau Caranya 

Dahsyatnya Berkarya

Berapa banyak orang yang tidak mengerti apa yang bisa dia lakukan di dunia ini. Ada juga yang kebigungan karena terlalu banyak pilihan sehingga tidak ada yang dia kerjakan. Maka penting bagi kita setelah kita mengetahui apa yang sebenarnya passion diri  yang menjadi the way of life, maka mulailah merangkai karya-karya indah yang bermanfaat untuk orang banyak, bukan hanya untuk saat ini bahkan untuk selamanya.

1.      Penulis bekarya dengan rangkaian kata-katanya
2.      Penyanyi berkarya dengan lantunan suaranya
3.      Komposer berkarya dengan harmoni lagu yang dirangkainya
4.      Pemain sepak bola dengan tendangan dahsyatnya
5.      Pelukis dengan gambar indahnya
6.      Pemimpin berkarya dengan kebijaksanaannya
7.      Pengusaha berkarya dengan pemberdayaannya
8.      Seorang ayah berkarya dengan kesungguhannya
9.      Seorang ibu bekarya dengan kasih sayangnya

Setiap orang dengan beberbagai macam karya sesuai dengan jenis jalan hidupnya dapat berkarya sesuai dengan apa yang ia bisa. Tak perlu jadi penceramah kondang untuk berbuat baik dan banyak beramal, tak perlu mempunyai banyak uang untuk tersenyum dan membahagiakan orang lain. Kita semua punya kesempatan yang sama untuk berkarya. Dan sebaik-baiknya karya adalah karya yang dapat dinikmati bukan hanya oleh orang di masa ini, namun juga dimasa yang akan datang.
Bayangkan saat sahabat meninggal dunia, berapa banyak orang yang menangisi kepergian sahabat dan merasa kehilangan berkat jasa kebaikan kita. Mereka semua mendoakan kita semua, tapi yang lebih hebat lagi orang yang walaupun meninggal dunia namun, nama baiknya tetap abadi bahkan tetap didoakan oleh orang yang tidak pernah bertemu langsung dengannya.
Simaklah berikut ini orang-orang hebat yang punya passive income kebaikan luar biasa dari karya-karya mereka:
1.      Nabi Muhammad saw. Telah tiada, namun sampai saat ini milyaran orang telah menjadi pengikutnya. Al Quran Hadits menjadi panduan hidup, akhlaknya menjadi teladan dan berbagai peran hidupnya menjadi rujukan bagi semua orang bukan hanya umat Muslim.
2.      Para pengarang kitab dan pengumpul hadits juga ilmuwan misalnya: Imam Bukhari, Imam Muslim, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, dll.
3.      Penemu-penemu seperti Thomas Alfa Edison, Alexander Graham Bell, James Watt, Al Khawarizmi, dll.
4.      Penulis buku yang mengubah hidup seseorang Habiburrahman El Shirazy, Andrea Hirata, JK Rowling, dll.
Percaya atau tidak mereka gak Cuma berhasil memberikan manfaat untuk orang banyak namun juga mengantarkan dirinya untuk dikenal banyak orangdan mendapatkan kompensasi atas karyanya. Kompensasi itu berupa royalti, pengharagaan, materi dan citra diri yang baik.
1.      JK Rowling menjadi salah satu wanita terkaya di dunia dengan ‘Harry Potter”
2.      Mark Zuckeberg menjadi salah satu pemuda terkaya di dunia dengan ‘facebook’
3.      Bill Gates menjadi orang no 5 terkaya di dunia dengan ‘Microdoft’
4.      Steve Jobs menjadi orang berpengaruh di dunia dengan ‘Apple’

Sahabat dapat memilih karya mana yang sesuai dengan minat atau passion sahabat. Semakin cepat kita ketahui maka akan semakin cepat kita berkarya demi kemaslahatan manusia. Ingat, yang membuat mereka menjadi hebat seperti yang kita kenal selama ini bukan karena kekayaannya, tapi karena sumbangsihnya untuk kemanfaatan banyak orang. Sebagai balasan melayani banyak orang maka ia mendapatkan kehormatan, materi dan nama baik yang lebih dari kebanyakan orang.

Sumber: Muda Karya Raya
        


Komentar anda