Sunday, August 11, 2013

Menunda Kenikmatan untuk Menikmati kenikmatan yang Lebih Besar

Alkisah seorang pemilik warung nasi yang baru mendapatkan keuntungan dari hasil warung nasinya selama 5 tahun, berniat untuk membeli sebuah mobil tua sesuai dengan anggaran yang ia miliki. Seluruh keuntungan yang ia kumpulkan selama 5 tahun kini ia habiskan untuk membeli sebuah mobil tua yang ia lengkapi dengan ‘tape’ mobil dan dua buah ‘speakearaktif’ yang bagus. Baru beberapa minggu membeli mobil tersebut, terlihat kesibukannya dalam mengurus warung nasi terkuras ‘gara-gara’ mobil yang baru ia beli itu dari seorang yang ‘rewel’ dan banyak yang harus diperbaiki diganti. Satu persatu kelemahan mobil mulai terlihat seperti sebuah penyakit yang menjalar, dimulai dari businya, perapiannya, ban hingga mesin yang sering ‘ngadat’ akhirnya setelah berjuta-juta rupiah ia habiskan hanya untuk memperbaiki kerusakan mobil tersebut, merasa tak punya lagi anggaran untuk memperbaiki mobil tersebut, akhirnya ia jual dengan harga yang jauh lebih murah kerimbang saat ia membelinya. Dari harga 20 juta ia beli, hanya dapat laku dengan harga 13 juta. Belum termasuk servis yang ia lakukan.
Sahabat cerita diatas bisa jadi adalah gambaran kita atau mungkin pernah kita alami. Berharap untung dengan barang yang dibeli, murah namun ternyata kualitasnya jelek dan dalam beberapa hari kita akan menyesal dan tidak mau menggunakannya lagi.
Orang sukses sejati biasa menunda kenikmatannya untuk meraih kenikmatan yang lebih besar. Saat teman-temannya larut dalam budaya hedonis. Ia masih berkutat dengan kesibukan menambah pengetahuan, skill dan memperluas relasi bisnisnya. Saat teman sebaya dengannya sibuk berdua-duaan dengan pacarnya maka ia sibuk berdua-duaan dengan buku. Saat orang seusianya sibuk menghabiskan uang orang tuanya ia bertekad mandiri dan tidak meminta uang orang tuanya bahkan dengan gigih mampu memberikan sesuatu kepada orang tuanya.



Sumber : Jangan Belajar Kalo Ngak Tau Caranya 

0 comments:

Post a Comment

Komentar anda