Sunday, August 11, 2013

Senyum Pengertian

Dalam dekapan ukhuwah kita saling tersambung
Bukan untuk saling terikat membebani
Melainkan untuk tersenyum memahami
Dan saling mengerti dengan kelembutan nurani

            “Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah terdapat orang-orang yang bukan nabi dan bukan pula para syuhada” kata Nabi sebagaimana dibawakan dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Abu Daud, “Tapi bahkan para Nabi dan Syuhada cemburu pada mereka dihari kiamat nanti, tersebab kedudukan yang diberikan Allah pada mereka”.
“Ya Rasulullah,” kata para sahabat ketika itu. “Beritahukan kepada kami siapa mereka?”
“Mereka itu adalah,” Jawab beliau “Segolongan manusia yang saling mencintai karna rahmat Allah, bukan oleh sebab karena kekerabatan dan hubungan darah, bukan pula karena didasarkan pemberian harta. Demi Allah, wajah mereka pada hari itu bersinar cemerlang dan mereka berada di atas singgahsana cahaya. Mereka tiada merasa khawatir ketika manusia lain ketakutan. Dan mereka tidak bersedih ketika manusia lain berduka.”
Sebuah hadits Qudsi yang dibawakan oleh imam Ahmad dan At Turmizi merekam kalimat Allah tentang karunia kepada para pecinta ini. “Orang-orang yang saling mencintai demi keagunganKu,” demikian firman Allah, “Akan diberikan padanya mimbar-mimbar dari cahaya yang dicemburui oleh pada Nabi dan Syuhada.
Alangkah agungnya mereka yang mendapatkan karunia itu. Alangkah beruntungnya mereka yang memperoleh kemuliaan itu. Hari-hari ini dalam tertatihnya kita meniti ukhuwah yang terasa gersang, dalam menyambungi silaturrahim yang terasa kering dan dalam menjalin hubungan yang terasa pahit, kita telah merasa sejuk sekadar mendengar frasa ‘saling mencintai karena Allah’. Hari ini harapan kita kembali dibangkitkan, asa kembali ditumbuhkan bahkan meski bukan Nabi dan para syuhada, kita berpeluang memperoleh anugerah yang membuat mereka cemburu.
Mimbar-mimbar Cahaya
Lalu kita tersadar bahwa untuk menggapainya, dalam dekapan ukhuwah ada niat yang harus diluruskan, ada tekad yang harus disimpul ulang dan ada tanggungan amal-amal yang harus segera dibayartunaikan. Ada begitu banyak langkah-langkah dan meski terseok, mari selalu bergerak ke hadapan. Setapak demi setapak, selangkah demi selangkah. Walau duri merantaskan kaki, walau onak mencacah jari.
Berlembar lalu, kita telah memulainya dengan prasangka baik. Dalam dekapan ukhuwah, setelah prasangka baik, pilar cinta kita berikutnya adalah mengerti dengan kelembutan nurani.


Sumber: Dalam Dekapan Ukhuwah

0 comments:

Post a Comment

Komentar anda