Menikah adalah impian, target
bagi yang sudah pingin. Ada yang berpatokan pada usia. Ada yang berpatokan pada
kemapanan finansial. Ada yang berpatokan pada jenjang pendidikan. Ada pula yang
berpatokan pada takdir.
Mereka yang berpatokan pada usia
berkata, “Kalau usia saya sudah sekian tahun, saya menikah”. Mereka yang
berpatokan pada kemapanan finasial berkata “Saya akan menikah kalau sudah
memiliki penghasilan tetap, kalau sudah punya ini dan itu, baru saya menikah”.
Adapun yang berpatokan pada jenjang pendidikan berkata “Kalau sudah lulus
kuliah saya menikah”. Adapun yang berpatokan pada takdir mengatakan “Nanti
kalau sudah saatnya, saya juga menikah. Jodoh sudah ada yang mengatur. Tenang
saja!”.
Berpatokan pada usia, tidak
menjamin pada saat usia tiba seiring pula dengan keberanian untuk menikah.
Kalaupun mental dan keberanian sudah ada, jodoh belum tentu juga datang pada
saat itu. Berpatokan pada kemapanan finansial, rawan menumbuhkan banyak
pertimbangan. Sudah punya ini, menunggu punya itu. Akhirnya tertunda-tunda
menikahnya.
Demikian pula berpedoman pada
jenjang pendidikan. Bisa tertunda pernikahnnya lantaran kelulusan yang
tertunda-tunda. Kasus-kasus kuliah tidak lulus-lulus entah lantaran sering cuti
ataupun lantaran malas sudah bukan hal yang aneh. Kuliah yang seharusnya 4
tahun lulus menjadi 5, 6 atau 7 tahun, sudah biasa. Kalau memutuskan setelah
lulus menikah, iya kalau sudah mapan finansialnya sebabnya selama kuliah juga
sambil bekerja uang, kalau tidak? Dijamin, yang ada dlam fokus pikiran adalah
mendapatkan pekerjaan terlebih dulu.
Adapun yang berpatokan pada
takdir, sebaiknya banyak bercermin diri. Perhatikanlah teman-teman kita yang
sudah menikah. Apakah 90 persen jodohnya datang sendiri? Apakah jodoh
mendatanginya saat ia berada dirumah? Kalau memang jodoh itu datang sendiri
tanpa ikhtiar, mengapa banyak yang usianya menuju kepala tiga, tapi belum juga
bertemu jodohnya?
Lantas, bangaimana sebaiknya?
Bukan usia berapa atau sudah
memiliki apa sebaiknya kita menikah. Tapi, saat sudah memiliki kemampuan
(ba’ats). Banyak melesetnya bila kita berpatokan pada parameter usia tadi,
jenjang pendidikan, kemapanan finsial, apalagi takdir. Tapi, bila kita berpedoman
pada tuntunan Nabi Saw insya Allah kemudahan sekaligus keberkahan yang akan
kita raih.
Artinya apa? Kalau mematok,
mematoklah sesuai dengan Sunnah. Bila hari ini Allah sudah mampukan diri kita,
kesiapan menafkahi keluarga juga sudah, sangat menzalimi bila kita menikah
menunggu lulus kuliah. Padahal, kelulusan masih 2 tahun lagi atau lebih. Atau
kita menunggu memiliki ini dan memiliki itu. Padahal harga-harga senantiasa
melonjak seiring dengan bergulirnya waktu.
Bersambung......
0 comments:
Post a Comment