Friday, January 31, 2014

Ketika Cinta Jatuh di Tempat yang “Salah”

Setiap kita pasti pernah jatuh cinta. Ada pendapat yang mengatakan, cara kita mencintai, membina relasi hingga tipe dan karakter orang yang kita inginkan sebenarnya cermin dari kondisi internal kita sendiri. Konon, sikap  dan cara pandang kita mempengaruhi gampang atau langkanya cinta untuk datang dalam hidup kita. Konon pula, cara pandang tertentu bisa menyebabkan cinta susah menembus dinding hati kita. Meski kita merindukan pasangan, tapi selalu hati kita tertutup dan tidak pernah memberi kesempatan pada cinta untuk datang menyapa.
Jadi, bila ingin dan merindukan datangnya cinta, ubahlah cara pandang Anda, dan pada akhirnya, ubahlah culture internal kita sendiri.  Benarkah?  Setidaknya hal itulah yang diyakini dalam film Something New. Sebuah film yang dirilis tahun 2006 yang memdapat banyak review positif atas cerita yang disajikan berserta pemerannya.
Kenya McQueen, wanita muda yang karirnya cemerlang, berteman dengan sekelompok wanita muda lainnya yang juga berkarir cemerlang. Golongan upper class warga kulit hitam di Amerika Serikat. Hal yang membuat kelompok itu setara bukan sekedar soal karir cemerlang dan pendidikan tinggi. Wanita-wanita ini juga sama-sama merindukan pasangan namun juga nyaris pesimis apakah suatu hari mereka akan menikah. Pasalnya, mereka berpegang pada statistic bahwa 42,4 persen perempuan kulit hitam tidak menikah. 
Para perempuan well educated ini juga sibuk berpegang pada daftar lain soal pasangan. Harus berpenghasilan lebih tinggi, dan beberapa syarat lain yang akhirnya mereka sadar, mungkin perlu direview meski tidak mudah. Dan mereka “bersepakat” atas perspektif baru. Let go, let flow. Dengan mantra baru tersebut, Kenya menerima ajakan blind date diatur salah satu rekan kerjanya (Leah). Namun mantra let go let flow ternyata tak mudah diwujudkan. Ketika akhirnya bertemu dengan lelaki yang dikenalkan padanya (Brian), Kenya tak mampu menghilangkan daftar syarat suami ideal. Pasalnya Brian kulit putih dan ini teak sesuai dengan harapannya. 
Singkat cerita, Brian yang kebetulan designer taman akhirnya menggarap taman rumah yang baru dibeli Kenya. Hubungan majikan pekerja dalam proyek taman mendekatkan keduanya dan cinta berkembang. Sampai kemudian Kenya menyadari dirinya jatuh cinta sekaligus tak mampu melepas “daftar” dalam pikirian.
Dalam kondisi ini datang lelaki lain yang tepat sesuai untuk menjadi pasangannya. Karir cemerlang, dan lebih penting lagi, sama-sama berkulit hitam (Mark). Kanye dan Brian berpisah, lalu hubungan Kenya dengan Mark berkembang.
Meski “sempurna” dan tepat sesuai “daftar syarat pasangan ideal”, Kenya tidak merasakan cinta kepada Mark. Hatinya tetap pada Brian. Film ini berakhir dengan happy ending. Kenya berani melepas daftar, let go, let flow, ikuti hati dan kemudian melangkah bersama Brian yang serba berbeda dengan “daftarnya”.
Yang membuat kisah ini lebih berbobot dari sekedar menceritakan dan percintaan  lelaki dan perempuan adalah, situasi rasialias yang membangun “perisai besi” dalam dunia batin Kenya. Di kantor, Kenya yang cerdas namun berkulit hitam sempat diremehkan client dan justru asistennya yang lebih dipercaya hanya karena si asisten berkulit putih.     
Pada akhirnya, jatuh cinta dan membina hubungan bisa mengungkapkan banyak hal dari diri kita sendiri. Termasuk apakah kita menata ulang perspektif kita dalam memandang hidup.  



Sumber: Tarbawi

Tuesday, January 28, 2014

Jika Kita Tetap Dibenci....

Oleh Sulthan Hadi

Tujuan paling mulia dari hidup ini adalah mendapat ridha Allah swt. Sebab itulah yang akan membawa kepuasan, ketenangan dan keselamatan pada diri kita. Namun bukan berarti kita harus mengabaikan keridhaan manusia. Bukan. Karena kita pun tidak bisa hidup dengan nyaman tanpa ridha manusia. Kita tidak dapat hidup tenang jika masyarakat kita selalu memusuhi kita, memandang kita dengan tatapan yang buruk, sinis, penuh kebencian, walaupun sebenarnya kita sendiri tidak akan pernah membuat mereka selalu ridha dengan kita. Jika memang kita mesti berhadapan dengan kenyataan untuk selalu dibenci, maka tetaplah berdiri pada posisi kita, dengan tetap memperhatikan hal-hal berikut. 

Lakukan Sebaik Mungkin Membuat orang lain suka dengan kita tidaklah mudah. Mengubahbenci menjadi cinta bukan pula perkara sepele. Sulit, dan penuh tantangan. Barangkali yang lebih mudah adalah, tetap konsisten pada keadaan kita, pada kebenaran yang kita yakini, pada kebaikan yang kita sampaikan. Jika kita memang membutuhkan sebuah kehormatan di mata manusia, untuk menghapus sebuah kebencian, maka kehormatan merupakan buah dari pohon bernama perilaku positif, konsistensi dan sikap profesional. Kehormatan tidak mungkin muncul dari tindakantindakan negatif. Bahkan, melakukan tindakan negatif sama artinya kita mempertaruhkan kehormatan kita. Dan orang yang kehilangan kehormatan tentu tidak akan mendapatkan tempat yang terhormat.

Maka janganlah kita mengorbankan kehormatan untuk menyenangkan orang lain. Mungkin saja mereka akan suka pada kita, tapi di dalam hati, mereka tetap merendahkan kita. Jadi, apa yang bisa kita lakukan adalah; tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai positif. Menjaga moral. Dan memastikan bahwa apa yang kita lakukan itu untuk meningkatkan nilai kebaikan diri kita. 

Berkontribusi kepada orang lain, memberi manfaat sebanyak mungkin. Dengan begitu, boleh saja orang tetap tidak menyukai kita. Tetapi, hati mereka menghormati. Hati mereka menyukai. Karena ada orang yang tidak mau secara terbuka mengakui penghormatan itu. Lidah mereka boleh mencela. Mata mereka boleh mencari-cari aib, kesalahan dan kelemahan. Mereka boleh memaki. Mereka boleh mengusir. Bahkan mereka boleh menyingkirkan kita dari komunitas, pekerjaan, atau jabatan, tetapi hati mereka memberikan pengakuan terhadap kemampuan dan kelebihan kita. 

Naluri mereka yang jujur tetap respek dan menaruh rasa hormat. Jikapun mereka tetap tidak menghormati kita, ingatlah; nilai hidup kita tidak ditentukan oleh orang seperti mereka, melainkan oleh kontribusi yang bisa kita berikan kepada diri sendiri, dan orangorang di sekitar kita. Karena itu, jangan berhenti melakukan yang terbaik. Yakinlah, bahwa dengan begitu kecintaan Allah semakin dekat. Karena Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah menyukai jika seorang di antara kalian berbuat sesuatu, dia melakukannya dengan baik.” 

Kendalikan Perasaan pada Reaksi Pertama Meski dibenci, kita harus tetap berlapang dada. Mendahulukan prasangka baik. Misalnya, dengan mengatakan, “Ya Allah, ternyata setiap orang memang lebih baik dariku.” Ini bukanlah sebuah sikap pesimisme. Melainkan agar kita selalu termotivasi untuk semakin memperbaiki diri agar kita bisa menutup celah yang dianggap aib dan kelemahan oleh orang lain. Respon dan prasangka kita yang baik, dari reaksi pertama, akan melahirkan banyak manfaat. Di antaranya, hubungan persahabatan dan persaudaraan yang tetap terjaga. Sebab berbaik sangka dalam interaksi kita dengan sesama Muslim akan menghindarkan kita dari keretakan. 

Sebaliknya, keharmonisan hubungan akan semakin terasa karena tidak ada halangan psikologis yang menghambatnya. Selain itu, persangka baik juga menghindarkan kita dari beban dosa. Sebab buruk sangka itu akan membuat seseorang menimpakan keburukan kepada orang lain tanpa bukti yang benar, seperti ditegaskan Allah pada ayat, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa.” (QS. Al Hujurat:12)

Berbaik sangka juga memberi kesan bahagia atas segala kemajuan yang dicapai orang lain, sehingga kita pun berusaha untuk mencapainya. Ini memiliki arti yang sangat penting, karena dengan demikian jiwa kita menjadi tenang dan terhindar dari iri hati yang bisa berkembang dan berlanjut pada dosa-dosa yang baru. Ini juga berarti, kebaikan dan kejujuran akan membawa kita pada kebaikan yang banyak. Sedang dosa serta keburukan akan membawa kita pada dosa-dosa berikutnya yang lebih besar lagi dengan dampak negatif yang semakin banyak.

Berburuk sangka akan melahirkan banyak kerugian, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Karena itu Rasulullah mengingatkan kita untuk selalu jujur dan menjauhi dusta dan prasangka buruk. Beliau bersabda, “Hendaklah kamu selalu bersikap jujur. Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa kepada surga. Selama seseorang jujur dan selalu memilih kejujuran dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Berhati-hatilah terhadap dusta, sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seseorang berdusta dan selalu memilihdusta dia akan dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Bukhari) 

Dan dusta yang paling nyata adalah prasangka buruk. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Jaujilah prasangka itu, sebab prasangka itu pembicaraan yang paling dusta.” (HR. Muttafaqun alaih)

Sesekali, Berilah Hadiah Menyemai cinta di hati manusia tidak hanya punya satu pintu. Begitu juga, menghilangkan dengki dan prasangka buruk dari orang lain tidak semata dilakukan dengan satu cara. Ada banyak pintu, dan ada sejumlah cara untuk memulainya. Tetapi ada satu cara yang bisa menyatukan keduanya, yaitu dengan saling memberi hadiah. Dalam sebuah hadits dari Atha bin
Abdillah Al Khurasani ra, Rasulullah
bersabda,

”Saling berjabat tanganlah kalian, niscaya akan hilang rasa dengki; dan saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian kalian akan saling mencintai dan akan lenyap rasa permusuhan.” (HR. Imam Malik)

Dalam dakwah dan juga aktifitas kehidupan yang lain, manusia tidak lepas dari interaksi dengan sesamanya. Dan dari setiap interaksi itu tentu kita mengharapkan lahirnya keakraban, kerja sama yang baik, dan hilangnya kecurigaan dan sekat-sekat yang sering membatasi hubungan kita, antara satu dengan yang lain.

Seorang da’i, misalnya, ia dituntut untuk memaksimakan interaksinya dengan orang lain agar dia berhasil menghilangkan prasangka buruk masyarakat terhadap dakwah yang diembannya. Dan memberi hadiah merupakan salah satu seni interaksi yang mampu melahirkan dampak dan pengaruh yang luar biasa terhadap orang-orang yang menjadi objek dakwahnya. Memberi hadiah, terkadang menjadi solusi yang sangat tepat bagi seorang da’i kehilangan sentuhan untuk melunakkan hati mad’u.

Dalam hal apa saja, memberi hadiah bisa menjadi solusi untuk merapatkan hubungan. Karena itu, Rasulullah saw sering menganjurkan kita melakukannya. Beliau saw sangat mendorong kita, kaum Muslimin agar saling memberi hadiah, bahkan meskipun hadiah itu terlihat sepele dan tampak kurang bernilai. Seperti anjuran beliau, “Berbagilah, meski hanya sebuah tungkai kambing.” 

Di zaman para sahabat, kita temukan betapa seorang sahabat Anshar pernah menawarkan separuh hartanya kepada Abdurrahman bin Auf ra yang hijrah ke Madinah bersama Nabi. Bahkan, sahabat itu siap menceraikan salah seorang istrinya untuk kelak dinikahkan kepada Abdurrahman bin Auf.

Sepertinya, sahabat Anshar itu menangkap suatu kesulitan dari sahabatnya yang terusir dari Makkah itu, setelah meninggalkan semua hartanya demi menunaikan perintah Rasul untuk berhijrah. Tanpa menunggu diminta, ia langsung menawarkan meski akhirnya tawaran yang tulus itu ditolak Abdurrahman ra. 

Kita perlu bejar dari sejarah ini, bahwa memberi hadiah itu penting. Terutama kepada orang-orang yang secara nyata menampakkan penolakan dan ketidaksukaannya kepada kita. Ini adalah solusi pertemanan dari Rasulullah, yang dijadikan kebiasaan di kalangan sahabat beliau. 

Jika Memang Baik, Beranilah Memuji 
Sirah kehidupan Rasulullah menyimpan banyak sekali teladan persahabatan dan jalinan kemanusiaan yang mengispirasi. Khususnya, bagaimana menyenangkan orang lain dan menghilangkan kebencian dan perasangka buruk. 

Selain memberi hadiah, Rasulullah saw juga mengajarkan kita untuk memuji orang lain, atas prestasi dan kebaikan yang dimilikinya. Karena pujian itu akan memberi dampak yang baik orang yang dipuji, menghilangkan kedengkian dan kecurigaannya. Tetapi kita harus melakukannya secara bertanggung jawab dan di tempat yang benar. Jangan sampai pula, pujian itu diberikan secara berlebihan.

Pujian seperti ini berpotensi merusak kepribadian dan dapat membunuh karakter seseorang. Karenanya, untuk menghindari efek negatif itu, Rasulullah saw telah memberikan contoh yang baik. Di antaranya, beliau melakukannya di belakang orang yang beliau puji. Misalnya, ketika seorang Badui yang baru masuk Islam bertanya tentang Islam, Nabi menjawab bahwa Islam adalah shalat lima waktu, puasa, dan zakat. Maka orang Badui itupun berjanji untuk menjalankan ketiganya dengan konsisten, tanpa menambahi atau menguranginya. Setelah si Badui pergi, Nabi saw memujinya di hadapan para sahabat, “Sungguh beruntung kalau ia benar-benar melakukan janjinya tadi.” Setelah itu beliau menambahi, “Barangsiapa yang ingin melihat penghunisurga, maka lihatlah orang (Badui) tadi.”(HR. Bukhari dan Muslim) 

Beliau juga sering melontarkan pujiannya dalan bentuk doa. Misalnya, ketika beliau melihat ketekunan Ibnu Abbas ra dalam mendalami tafsir Al Qur’an, beliau saw tidak serta merta memujinya. Beliau lebih memilih untuk mendoakan Ibnu Abbas ra, “Ya Allah, jadikanlah dia ahli dalam ilmu agama dan ajarilah dia tafsir (Al Qur’an).” (HR. Al Hakim) 

Begitu pula, di saat Nabi saw melihat ketekunan Abu Hurairah ra dalam mengumpulkan hadits dan menghapalnya, beliau lantas berdoa agar Abu Hurairah ra dikaruniai kemampuan untuk tidak lupa apa yang pernah dihapalnya. Doa ini kemudian dikabulkan Allah swt dan Abu Hurairah ra menjelma sebagai sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. 

Menjaga Hubungan Persaudaraan 
Ikatan ukhuwah adalah aspek vital yang harus selalu diperhatikan dalam setiap interaksi kita dengan orang lain. Karena itu, Islam berkali-kali mengingatkan kita untuk selalu menjaganya, baik melalui firman Allah swt di dalam Al Qur’an maupun melalui sabda Rasulullah saw di dalam Al Hadits. Segala hal yang mungkin memutuskannya, akan selalu dicegah.

Rasulullah saw dengan tegas memerintahkan umatnya untuk senantiasa menjaga hubungan persaudaraan. Abdullah bin Abi Aufa ra menceritakan, “Ketika sore hari pada hari Arafah, waktu kami duduk mengelilingi

Rasulullah saw, tiba-tiba beliau bersabda, “Jika di majelis ini ada orang yang memutuskan silaturahim, silahkan berdiri, jangan duduk bersama kami.” Saat itu, di antara yang hadir hanya ada satu yang berdiri, dan orang itupun duduk di bagian belakang. Kemudian lelaki itu pergi, dan tidak lama berselang ia datang dan duduk kembali. 

Lalu, Rasulullah saw pun bertanya kepadanya,“Karena di antara yang hadir hanya kamu yang berdiri, dan kemudian kamu datang dan duduk kembali, apa sesungguhnya yang terjadi?”

Lelaki itu menjawab, “Begitu mendengar engkau bersabda, aku segeramenemui bibiku yang telah memutuskan silaturahim denganku. Karena kedatanganku tersebut, ia berkata, “Untuk apa kamu datang, tidak seperti biasanya kamu datang kemari.” Lalu aku menyampaikan apa yang telah engkau sabdakan. Kemudian ia memintakan ampun untukku, dan aku meminta ampun untuknya (setelah kami berdamai).

” Rasulullah saw pun bersabda kepadanya, “Kamu telah melakukan perbuatan yang baik, duduklah, rahmat Allah tidak akan turun kepada suatu kaum jika di dalamnya ada orang yang memutuskan silaturahim.”

Saling marah, membenci atau menebar kebencian adalah perilaku yang bisa merusak hubungan persaudaraan. Maka ketika apinya mulai tampak, yang dinyalakan oleh kita atau orang lain, segeralah berusaha memapadamkannya sebelum membakar dan menghanguskan ikatan persaudaraan kita.

Ibnu Rajab Al Hambali berkata “Sesama muslim dilarang saling membenci dalam hal selain karena Allah, apalagi atas dasar hawa nafsu. Karena sesama Muslim itu telah dijadikan Allah bersaudara dan persaudaraan itu saling cinta bukan saling benci.

”Memang, persaudaraan tidak hanya rusak oleh kebencian. Tetapi kebencian juga tidak hanya merusak persaudaraan. Kebencian bisa melahirkan kerusakan yang lebih besar, bencana yang lebih luas, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.

Syaikh Muhammad Hayat As Sindi menegaskan, “Janganlah kalian melakukan apa yang akan menyebabkan saling membenci karena itu akan menyebabkan bermacam-macam kerusakan di dunia dan bencana di akhirat.”

Karena itu tahanlah diri kita untuk tidak membenci, dan tetap berbuat baik ketika dibenci agar kebencian itu tidak menimbulkan kerusakan yang lebih besar pada diri kita, dan pada hubungan kita dengan sesama manusia.

Pilihan Allah Swt Pasti Lebih Baik

DR. Aidh Abdullah Al Qarni

Seorang hamba, karena kedha’ifan dan kelemahannya, ia takkan tahu yang ghaib yang terlapis tirai. Ia juga takkan mengerti kecuali sesuatu yang bisa dilihatnya dan dirasakannya. Pengetahuan tentang yang tersembunyi, yang ghaib, yang tak terindera, hanyalah milik Allah Rabb semesta alam. Berapa banyak sebuah bencana yang kemudian menjadi anugerah kenikmatan. Banyak sekali se-suatu yang menyulitkan, tapi menjelma menjadi awal kemudahan. 

Ada kebaikan dalam suatu keadaan yang tidak disukai. Dahulu, orang tua kita Adam alaihissalam pernah memakan buah dari sebuah pohon dan ia menentang perintah Rabbnya. Karena pelanggaran itu, iapun diturukan dari surga ke muka bumi. Secara lahir, peristiwa ini menyebutkan bahwa Adam meninggalkan sesuatu yang sudah sangat baik dan benar. Adam dalam kisah itu eksplisit terjerumus dalam suatu keburukan. Tapi ternyata, akibat dari peristiwa itu justru kebaikan yang luar biasa, dan karunia yang sangat agung.

Allah swt kelak menerima taubatnya, lalu memberi petunjuk kepada Adam alaihissalam, dan memilihnya menjadi seorang Nabi yang kelak menjadi rahim lahirnya keturunan para Nabi, para Rasul, para ulama, para syuhada, para wali, para mujahidin, para ahli ibadah, para ahli berinfaq dan lainnya. Subhanallah, maha suci Allah … Antara Makan dan Minum, dengan Pilihan Allah Bandingkanlah antara firman Allah swt dalam Al Quran kepada Adam, “Tinggallah di surga, engkau bersama istrimu, dan makanlah makanan …..” dengan firman-Nya, “Kemudian Rabbnya memilihnya (Adam) lalu menerima taubatnya dan memberi petunjuk kepadanya….” Lingkup firman Allah swt yang pertama adalah persoalan tempat tinggal, makanan dan minuman. Ini merupakan lingkup kehidupan yang umum dialami semua orang yang hidup. Tapi lihatlah bagaimana ruang lingkup firman Allah swt berikutnya terkait ”pilihan” Allah swt atas Adam, pengangkatan menjadi Nabi, pengampunan dosa, dan pemberian hidayah. Ini merupakan karunia luar biasa, kedudukan terhormat dan sangat mulia. Kini, perhatikan lagi kondisi yang dialami Nabiyullah Daud alaihissalam. Ia melakukan kesalahan, lalu menyesal dan menangis. Padahal ia telah mendapatkan kenikmatan yang sangat besar. 

Tapi Nabiyullah Daud alaihissalam menjadi semakin mengenal Rabbnya setelah melakukan kesalahan dan menyesal, sebagai hamba yang rendah dan hina, luruh di hadapan Rabbnya. Itulah substansi ubudiyah (peribadatan). Termasuk rukun ubudiyah adalah totalitas kehinaan (tamaam adz dzill). Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah ditanya tentang firman Allah swt, ”Menakjubkan sikap seorang Mukmin, tak ada yang ditetapkan oleh Allah swt atas dirinya kecuali baik untuknya.” (HR Ahmad). Apakah termasuk ketetapan maksiat atas seorang hamba?” Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjawab, ”Ya, dengan syarat kemaksiatan yang diikuti penyesalan, taubat, istigfar, dan bersimpuh di hadapan Allah swt.” Jadi, secara lahir, masalahnya adalah kemaksiatan yang buruk bagi seorang hamba. Tapi bisa jadi intinya adalah sesuatu kebaikan yang dikehendaki, bila diiringi syarat-syarat tadi.


Sumber: Tarbawi

Meniti Jalan Menuju Mati Syahid

Amatilah, sekali lagi hamparan luas area pemakaman Baqi Al Gharqad. Sebuah pemakaman di sisi Masjid Nabawi yang menorehkan sejarah penting bagi ribuan para sahabat Rasulullah saw yang di makamkan disana. Tak kurang 10 ribu orang sahabat yang dimakamkan di tanah itu, nisan mereka, hanyalah sebongkah batu yang kini tampak berserakan tak beraturan di atas tanah. Mereka, sebagiannya adalah para syuhada perang Badar Kubra dan Uhud yang monumental dalam sejarah Meniti Jalan Menuju Mati Syahid (1) awal dakwah Islam. 
Renungkanlah, bagaimana hebatnya kecamuk perang Badar yang menandakan kebangkitan Islam dan kaum Muslimin, paska mereka terusir dari kota Makkah Mukarramah. Peristiwa besar yang membuktikan bahwa Allah swt pasti menolong Rasul dan ummatnya. Bahwa Allah swt pasti memenangkan agama ini. Hingga kemudian ribuan sahabat gugur di medan Badar, dengan label syuhada di jalan Allah swt. Hadirkan suasana genting dan kekacauan luar biasa yang dirasakan pasukan Islam dalam peperangan Uhud.
Saat sejumlah sahabat pemanah akhirnya tergiur oleh harta rampasan peran yang ditinggalkan pasukan kafir Quraisy sebagai umpan. Renungkanlah suasana itu semua… Mereka memang syuhada, yang mendapat jaminan Allah swt dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 140, kelak untuk menjadi ahli surga. Malaikat Allah swt menyambut mereka di pintu-pintu surga. Sebab mereka telah membuktikan keimanannya dengan sepenuh jiwa dan raga. Hingga ajal menjemput mereka di medan jihad…Indah sekali. 

Saudaraku,
Kematian itu, pasti. Dan mati sebagai syahid itu, cita-cita paling agung untuk mereka yang pasti mati. Allah swt akan memilih siapa dari hamba-Nya yang layak mendapat gelar syahid di jalan-Nya. Kita, hanya diperintahkan untuk bersiap untuk menjumpai kematian dengan cara yang paling baik. Jika kita bercita-cita mati syahid, tentu harus melakukan persiapan, agar Allah swt pun menilai kita siap untuk dipilih menjadi salah satu dari syuhada-Nya. Kisah-kisah orang yang diyakini mati syahid di jalan Allah swt, menyebutkan mereka biasanya meninggalkan kenangan indah dalam diri sahabat mereka. Para sahabat para syuhada semasa hidupnya, biasanya juga bisa membaca tanda-tanda mati syahid itu. Hingga ada di antara mereka yang mengatakan kepada orang yang tampak akan mendapat mati syahid kelak, dengan istilah, ”Syahidun yamsyii
alaa wajhil ardh”, syahid yang berjalan di atas muka bumi. Dalam sebuah riwayatdisebutkan juga perkataan Thalhah, ”haadzaa min man qadhaa nahbah,” Orang ini termasuk di antara orang yang menanti gilirannya (untuk mati syahid).

Saudaraku,
Bagaimana kita mempersiapkan diri agar kita bisa menjadi bagian dari kafilah para syuhada? Mari perhatikan lebih seksama, jejak langkah para syuhada itu. Supaya kita mengetahui bagaimana jalan yang mengantarkan mereka hingga memperoleh derajat mulia yang menjadi keinginan kita. Kita akan melihat bahwa persiapan mereka antara lain, adalah taubat setulus-tulusnya (taubah shadiqah). Dalam hadits muttafaq alaih, disebutkan, “Allah swt tertawa melihat dua orang, yang satu sama lain saling membunuh, tapi kedua-duanya masuk surga. Salah satunya berperang di jalan Allah, lalu ia terbunuh. Kemudian Allah swt menerima taubat orang yang membunuh, hingga ia akhirnya gugur.” Bukan tidak mungkin seseorang yang mati syahid memiliki latar belakang sikap yang tidak baik, tapi kemudian dia bertaubat.

Saudaraku,
Bertaubat secara sungguh-sungguh harus diiringi dengan amal yang baik. Ibnu Umar mengatakan, “Jika engkau memasuki waktu sore, jangan menunggu waktu pagi. Dan jika engkau memasuki waktu pagi jangan menanti waktu sore. Gunakanlah waktu sehatmu untuk waktu sakitmu, gunakanlah hidupmu untuk matimu.” Saat mensyarah (menjelaskan) kandungan hadits ini, Ibnu Hajar me ngatakan, “Perbuatan apapun yang bermanfaat setelah kematianmu, segeralah memanfaatkan harihari sehatmu dengan amal shalih. Karena penyakit itu datang tiba-tiba dan menghalangimu dari ber amal. Dikhawatirkan orang yang lalai dalam hal ini, akhirnya sampai ke akhirat tanpa bekal.” Ingatan kita kemudian kembali pada sabda Rasulullah saw, “Jika Allah swt menghendaki suatu kebaikan atas seorang hamba, maka ia akan “menggunakannya”. Para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud menggunakannya ya Rasulullah?” Rasul saw menjawab, “Allah swt akan membantunya untuk melakukan amal shalih menjelang kematiannya.”

Saudaraku,
Persiapan lain yang penting kita lakukan untuk mendapatkan mati syahid adalah, berkorban. Tidak ada mati syahid tanpa pengorbanan. Jihad yang menjadi sarana mati syahid harus diiringi dengan jiwa dan harta, dan keduanya adalah bentuk pengorbanan. Basyir bin Al Khashashiyah menceritakan, ia datang untuk berbai’at kepada Rasulullah saw.
Ia kemudian ingin diberi dispensasi dua syarat yang harus dinyatakan dalam syarat bai’at (janji setia). Ia mengatakan, “Terhadap dua hal itu, demi Allah aku tidak mampu melakukannya, yakni jihad dan shadaqah.” Basyir menjelaskan bahwa ia khawatir saat berjihad, lari membelakangi musuh dan mendapat murka Allah.Sedangkan terkait dengan shadaqah, ia katakan dirinya tidak mempunyai harta kecuali sedikit. Rasulullah saw lalu memegang tangannya dan bersabda, “Jika tanpa jihad dan tanpa shadaqah, jadi bagaimana engkau bisa masuk surga?” Akhirnya Basyir mengatakan, “Kalau demikian, aku berbai’at untuk semuanya.” 

Saudaraku,
Persiapan selanjutnya adalah ke sungguhan, keseriusan, yang terkumpul maknanya dalam kata jihad. Bagaimana kita bisa memiliki predikat mujahid bila kita tidak berjihad dalam arti tidak memiliki kesungguhan,
tidak memberikan secara optimal apa yang kita punya untuk Islam? Itulah yang melatarbelakangi perkatan Anas bin Nadhr menjelang perang Uhud, “Aku mencium bau surga di balik bukit uhud.” Ia kemudian maju ke medan perang dan gugur.

Saudaraku,
Yang menjadi tujuan bukan kematian itu, tetapi bagaimana substansi dari kematian dan bagaimana prosesnya. Ini bukanlah teori bunuh diri yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang kecewa dan terguncang jiwanya oleh problem hidup. Mati syahid juga bukan prilaku orang penakut yang dibunuh oleh ketakutannya
sendiri.

Sumber: Tarbawi

Sunday, January 26, 2014

Jangan Takut Kaya di Usia Muda

Wirausaha Mandiri, apa yang terbayang dibenak sobat? Orang yang punya usaha? Orang yang bekerja dibidang usaha? Wirausaha atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Entrepreneur adalah salah satu kosakata baru yang begitu sakti merasuki atau menghipnotis para pemuda sekarang bahkan orang tua sekalipun.
Entrepreneur menurut Kamus Meriam Webster berasal dari bahasa Perancis. Kata itu muncul sebagai salah satu kosa kata yang mulai populer di dalam Bahasa Inggris di sekitar tahun 1852. Kata itu muncul di saat para pemilik modal dan para pelaku ekonomi di Eropa sedang berjuang keras menemukan berbagai usaha baru, baik sistem produksi baru, pasar baru, maupun sumber daya baru untuk mengatasi kejenuhan berbagai usaha yang telah ada. Sebenarnya, penemuan-penemuan usaha baru sudah berlangsung sepanjang zaman, namun belum diistilahkan. Karena tidak semua orang mahir dalam hal itu, diam-diam mulailah dikenal beberapa gelintir orang yang menspesialisasikan diri di bidang penemuan usaha baru, sehingga tercipta istilah baru. Namun belum banyak orang yang berani mencoba memulainya.
Modal, adalah salah satu kata yang paling ditakutkan sekaligus sangat dibutuhkan. Ditakuti karena mindset pemuda kita adalah: orang yang membuka usaha itu sangat bergantung pada modal, modal itu segala-galanya. Pada kenyataannya kalau kita mau melihat sejarah, kita akan menemukan bahwa perusahaan besar yang ada saat ini rata-rata memulai usaha mereka dari modal kecil bahkan nyaris NOL. Tau gak modal mereka apa sob??? NEKAD dan TEKAD. Bayangin kalo Bill Gates gak nekad kita gak bakal mengenal adanya Microsoft, kalo dulu Mark Zuckerberg gak nekad kita gak akan mengenal apa itu facebook. Dan tau gak sob, mereka memulai usaha mereka diusia muda ditempat yang sederhana.
Sob... memulai usaha itu gak perlu banyak mikir, kebanyakan mikir malah gak jadi-jadi, tetangga kita udah pada mulai lah ente kapan????? Yang perlu dipikir itu strategi dan cara kita memanage sebuah usaha dan kerja dengan cinta, bukan mentok disitu-itu aja.
Kalau kita mau bukan gak bisa, banyak orang yang bisa tapi mereka gak mau, contohnya: banyak orang tamatan kuliah ekonomi yang kerja jadi sekretaris, jadi guru, kan itu salah jurusan ya??? Lah trus kenapa juga itu terjadi? Karena mereka gak mau bukan gak tau.
Sob... kenal gak sama Bob Sandino? Itu loh yang jadi bintang iklan taglinenya “BEJO” heheheh.. iklan dikit ya. Dia itu gak sekolah jurusan ekonomi lho, tapi lihat yang kerja diperusahaan dia itu siapa? Ahli ekonomi Waw!!!

Jadi ingat kata temen dulu “lebih hebat orang yang nekad buka usaha tapi gak punya ‘modal’. Lihat mereka buka usaha, yang kerja sama dia siapa? Ternyata Orang pinter punya pendidikan ekonomi, bisnis, dll. Sedangkan mereka yang pinter sibuk cari kerja hehehe.... sorry yang beginian gak semua orang lohh.

Balik lagi kemasalah modal usaha, sob tau gak? Bank Mandiri sekarang ‘udah dari dulu kaleee...’ punya Program Wirausaha Mandiri saya mau cerita sedikit, saya punya temen yang masuk nominasi Tahun 2010 disana kata temen saya itu, dia banyak ketemu sama orang-orang sukses loh, sob kenal sama Sandiaga Uno? Nah dia tu jadi pemateri disana.

Sobat boleh coba lo nawarin ide bisnisnya sobat, siapa tau menang. Hadiahnya lumayan buat nambah modal usaha, plus dapat pembinaan dan pendampingan dari Bank Mandiri. Jadi gak semua Bank tu susah kalo ngurus kredit usaha, buktinya Bank Mandiri lewat Wirausaha Mandirinya udah banyak membantu pengusaha muda Indonesia macam saya hehehehe narsis dikit, padahal saya belum dapat loh, berharap tahun ini dapat.

Program Wirausaha Mandiri adalah bentuk CSR kepedulian Perusahaan pada masyarakat dan calon nasabah mereka, jadi jangan takut kalo ada ide usaha. Dari pada diduluin sama orang, menurut Data dari SindoNEWS pengusaha muda Indonesia itu baru 1,26 persen sob masih kecilkan? Bandingin sama pengusaha muda di negara lain, Malaysia 5%, Singapura 7%, apalagi Amerika dengan 11%.

Berikut ini saya tuliskan beberapa kiat kita menemukan potensi dan bakat kita yang saya kutip di buku Muda Karya Raya. Yang ditulis oleh Setia Furqon Kholid, S.Pd. CH. CHt, yang saya ceritakan sempat masuk dalam nominasi Wirausaha Mandiri dia ini sahabat saya, kami seumuran lo hehehehe....

1.      Apa kira-kira bakat kita, atau dimana kira-kira sobat begitu semangat kalo mengerjakan sesuatu?
2.      Apa aktivitas sahabat yang gak dibayarpun sahabat tetap semangat melakukannya.
3.      Aktivitas apa yang selalu membuat sobat ingin menjadi lebih menguasai dan ingin menjadi ahli dibidangnya dan sahabatpun bersemangat mempelajarinya.
4.      Bisa jadi minat, bakat itu udah kita temukan 5 atau setahun yang lalu atau bahkan sejak masuk SD.
5.      Atau belum kita temukan tapi ada sebuah keyakinan dan semangat jika kita tekuni kita akan jadi yang terbaik.
Coba renungkan!!!
Soo!!!!
Masih Takut buat memulai mencoba?


Penulis adalah Owner Seulanga Group
www.seulanga-group.com

Saturday, January 25, 2014

Pengalaman Pertama Membuka Usaha Part2

Pindah Tempat
Tahun 2011 awal mula saya merintis usaha lama ditempat baru, tepatnya di Jeuram Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya daerah asal saya, namun tetap dengan relasi yang lama, di sini juga saya mulai membuka website www.seulanga-group.com portal jual beli online.
Ternyata perkembangannya sangat mengembirakan, saya mulai menerima orderan dari luar daerah bahkan dari daerah yang tidak masuk dalam target pemasaran saya, seperti Bieureun, Langsa, Medan, Dumai Riau, Kolaka Sulawesi, Sintang Kalimantan. Bergerak sedikit demi sedikit saya kembali bergairah yang pada awalnya saya sempat pesimis dikarenakan ditempat tinggal saya belum begitu banyak yang mengenal dan tahu apa itu konveksi dan juga telah banyak bercetakan saingan yang telah hadir terlebih dahulu.
Bahkan nama usaha yang saya gunakan pun telah ada yang gunakan, tempatnya pun bersebelahan dengan tempat usaha saya, namun berkat dorongan moril dan semangat dari sang istri, cieeeeeeeeeeeeeeee  nonggol juga namamu yank disini J saya tetap yakin bahwa apa yang saya lakukan akan ada jalan yang mendatangkan rejeki.
Mengalami Kerugian
Tahun 2012 saya mengalami kerugian karena orang kepercayaan saya melakukan kecurangan. Ceritanya waktu itu saya mendapat orderan dari Banda Aceh, tiba-tiba sang kawan ni contak minta diorderkan kedia, setelah gambar dan DP saya transfer, ternyata hasil jadinya sangat jauh dari harapan, sehingga mereka yang telah mengorder meng-cancel-nya, setelah saya komplen ke sahabat saya tersebut tidak ada bentuk pertanggung jawaban yang ada hanya ucapan maaf, padahal jelas-jelas itu kesalahan ada dipihaknya.
Sedangkan saya pada waktu itu sedang membutuhkan uang cash untuk melunasi orderan pre-order jaket lain yang dipesan lewat orang lain jadilah saya yang menanggung derita, hahahahaha......lebay. dan lagi-lagi Rahmat Tuhan berlaku saya mendapatkan orderan yang fantastic 180 kaos dan 18 jaket serta 200 kemeja yang saya terima.
Sekarang saya masih freelance dan terus berbenah memperbaiki manajemen, sesuai #resolusi2014 saya menciptakan usaha yang profesional dan berbasis syariah.

sekian

Dua Bendera

kurilah kemampuan kalian membalas kejahatan”, demikian kata Sayyidina ‘Ali, “Dengan memaafkan.”
Suatu hari 2 bendera berkibar di gunung Abu Qubais. Di atas untanya Sang Nabi duduk dengan kepala tertunduk, ”Fasabbih bihamdi Rabbika wastaghfirh..” Matanya menitikkan bening yang syahdu. Allah memenangkannya hari ini. Dan kedua bendera itu berkibar.
Di salah satu sayap ada Sa’d ibn ’Ubadah, membusung dada penuh kebanggaan. Tatapan matanya tajam berkilat. Hari ini, dengan keislamannya, ia merasa mulia di hadapan Makkah yang tiba-tiba terasa kecil dan takluk pada wadya Madinah yang dipimpinnya. ”Hari ini adalah hari menangnya kebenaran dan hancurnya kebathilan”, katanya. Bendera yang dihela tangan kanannya mengembang, tegak, dan gagah. Bendera yang berdarah-darah melindungi risalah, membela persaudaraan, dan kini mengantarnya pada sebuah kemenangan, bendera Anshar.
Pada sayap yang lain, Az Zubair ibn Al ’Awwam tegak khidmat di atas kudanya. Berjuta rasa berkecamuk di dadanya. Pada Makkah, kota dengan selaksa kenangan baginya. Bayangan kanak-kanaknya yang penuh tawa berselebat dengan bayangan darah dan air mata saat ia dan sejawatnya menegakkan Islam pertama kali, di sana, di titik itu yang kini sedang ditatapnya dengan berkaca-kaca, di dekat Ka’bah yang mulia. Bendera yang dipegangnya meliuk-liuk rindu, bergetar oleh angin nostalgi yang tak terkatakan. Bendera itu, bendera yang menyertai Nabi sejak mula dia didustakan kaumnya, bendera yang terusir dari tanah yang dicintainya, bendera Muhajirin.
Ketika akhirnya Makkah jatuh, kedua bendera itu menyatu gagah di depan Ka’bah. Sang Rasul berdiri di hadapan warga Quraisy yang harap-harap cemas. Quraisy kalah. Mereka takluk. Getir sekali. Mereka meringkuk dalam tekanan perasaan yang amat pahit. “Wahai segenap orang Quraisy”, ucap Sang Nabi dalam wajah yang amat teduh, “Apa yang akan kulakukan pada kalian menurut sangkaan hati kalian?”
Sejenak bayangan penindasan, penyiksaan, kekejaman, pembunuhan, boikot, pengusiran, caci-maki, penghinaan dan segala luka yang mereka timpakan kepada Muhammad beserta pengikutnya bertahun-tahun lalu berselebat di benak tiap orang Quraisy. Ya, apa yang akan dilakukan Muhammad? Kini dia menang dan mereka semua ada dalam genggamannya.
Hari ini, seperti kata Sa’d ibn ‘Ubadah, bisa menjadi hari dihalalkannya yang haram dan bebasnya pembalasan dendam.
“Tindakan yang baik dalam prasangka baik”, Suhail ibn ‘Amr sang duta Hudaibiyah memberanikan diri menjawab Sang Nabi, “Sebab engkau adalah saudara kami yang mulia, putra saudara kami yang mulia.”
Sang Nabi tersenyum. “Pergilah”, ujarnya syahdu, “Kalian semua bebas.”
“Allah memuliakan para penyeru kebenaran”, demikian Sayyid Quthb menulis dalam Fi Zhilaalil Quran saat menafsir Surat Fushshilat ayat 33, “Dengan menyebut kata-kata mereka sebagai sebaik-baik ucapan. Tentu sebab kata-kata mereka bukanlah isapan jempol belaka, atau basa-basi untuk mempercantik bibir. Sungguh setiap kata yang tertebar dari lisan-lisan suci itu diiringi oleh ‘amal shalih dan persaksian keberserahan diri mereka kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”
Setelah itu, mungkin sang pemeluk cahaya menghadapi keberpalingan, perilaku buruk, dan keingkaran sebagai imbalan atas ucapannya. Tetapi dia lalu membalasnya dengan kebaikan. Maka jadilah dia berada di tempat yang tinggi.
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS Fushshilat: 34)
Memaafkan musuh yang telah bersimpuh, adalah keajaiban.


Komentar anda