Tuesday, January 28, 2014

Meniti Jalan Menuju Mati Syahid

Amatilah, sekali lagi hamparan luas area pemakaman Baqi Al Gharqad. Sebuah pemakaman di sisi Masjid Nabawi yang menorehkan sejarah penting bagi ribuan para sahabat Rasulullah saw yang di makamkan disana. Tak kurang 10 ribu orang sahabat yang dimakamkan di tanah itu, nisan mereka, hanyalah sebongkah batu yang kini tampak berserakan tak beraturan di atas tanah. Mereka, sebagiannya adalah para syuhada perang Badar Kubra dan Uhud yang monumental dalam sejarah Meniti Jalan Menuju Mati Syahid (1) awal dakwah Islam. 
Renungkanlah, bagaimana hebatnya kecamuk perang Badar yang menandakan kebangkitan Islam dan kaum Muslimin, paska mereka terusir dari kota Makkah Mukarramah. Peristiwa besar yang membuktikan bahwa Allah swt pasti menolong Rasul dan ummatnya. Bahwa Allah swt pasti memenangkan agama ini. Hingga kemudian ribuan sahabat gugur di medan Badar, dengan label syuhada di jalan Allah swt. Hadirkan suasana genting dan kekacauan luar biasa yang dirasakan pasukan Islam dalam peperangan Uhud.
Saat sejumlah sahabat pemanah akhirnya tergiur oleh harta rampasan peran yang ditinggalkan pasukan kafir Quraisy sebagai umpan. Renungkanlah suasana itu semua… Mereka memang syuhada, yang mendapat jaminan Allah swt dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 140, kelak untuk menjadi ahli surga. Malaikat Allah swt menyambut mereka di pintu-pintu surga. Sebab mereka telah membuktikan keimanannya dengan sepenuh jiwa dan raga. Hingga ajal menjemput mereka di medan jihad…Indah sekali. 

Saudaraku,
Kematian itu, pasti. Dan mati sebagai syahid itu, cita-cita paling agung untuk mereka yang pasti mati. Allah swt akan memilih siapa dari hamba-Nya yang layak mendapat gelar syahid di jalan-Nya. Kita, hanya diperintahkan untuk bersiap untuk menjumpai kematian dengan cara yang paling baik. Jika kita bercita-cita mati syahid, tentu harus melakukan persiapan, agar Allah swt pun menilai kita siap untuk dipilih menjadi salah satu dari syuhada-Nya. Kisah-kisah orang yang diyakini mati syahid di jalan Allah swt, menyebutkan mereka biasanya meninggalkan kenangan indah dalam diri sahabat mereka. Para sahabat para syuhada semasa hidupnya, biasanya juga bisa membaca tanda-tanda mati syahid itu. Hingga ada di antara mereka yang mengatakan kepada orang yang tampak akan mendapat mati syahid kelak, dengan istilah, ”Syahidun yamsyii
alaa wajhil ardh”, syahid yang berjalan di atas muka bumi. Dalam sebuah riwayatdisebutkan juga perkataan Thalhah, ”haadzaa min man qadhaa nahbah,” Orang ini termasuk di antara orang yang menanti gilirannya (untuk mati syahid).

Saudaraku,
Bagaimana kita mempersiapkan diri agar kita bisa menjadi bagian dari kafilah para syuhada? Mari perhatikan lebih seksama, jejak langkah para syuhada itu. Supaya kita mengetahui bagaimana jalan yang mengantarkan mereka hingga memperoleh derajat mulia yang menjadi keinginan kita. Kita akan melihat bahwa persiapan mereka antara lain, adalah taubat setulus-tulusnya (taubah shadiqah). Dalam hadits muttafaq alaih, disebutkan, “Allah swt tertawa melihat dua orang, yang satu sama lain saling membunuh, tapi kedua-duanya masuk surga. Salah satunya berperang di jalan Allah, lalu ia terbunuh. Kemudian Allah swt menerima taubat orang yang membunuh, hingga ia akhirnya gugur.” Bukan tidak mungkin seseorang yang mati syahid memiliki latar belakang sikap yang tidak baik, tapi kemudian dia bertaubat.

Saudaraku,
Bertaubat secara sungguh-sungguh harus diiringi dengan amal yang baik. Ibnu Umar mengatakan, “Jika engkau memasuki waktu sore, jangan menunggu waktu pagi. Dan jika engkau memasuki waktu pagi jangan menanti waktu sore. Gunakanlah waktu sehatmu untuk waktu sakitmu, gunakanlah hidupmu untuk matimu.” Saat mensyarah (menjelaskan) kandungan hadits ini, Ibnu Hajar me ngatakan, “Perbuatan apapun yang bermanfaat setelah kematianmu, segeralah memanfaatkan harihari sehatmu dengan amal shalih. Karena penyakit itu datang tiba-tiba dan menghalangimu dari ber amal. Dikhawatirkan orang yang lalai dalam hal ini, akhirnya sampai ke akhirat tanpa bekal.” Ingatan kita kemudian kembali pada sabda Rasulullah saw, “Jika Allah swt menghendaki suatu kebaikan atas seorang hamba, maka ia akan “menggunakannya”. Para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud menggunakannya ya Rasulullah?” Rasul saw menjawab, “Allah swt akan membantunya untuk melakukan amal shalih menjelang kematiannya.”

Saudaraku,
Persiapan lain yang penting kita lakukan untuk mendapatkan mati syahid adalah, berkorban. Tidak ada mati syahid tanpa pengorbanan. Jihad yang menjadi sarana mati syahid harus diiringi dengan jiwa dan harta, dan keduanya adalah bentuk pengorbanan. Basyir bin Al Khashashiyah menceritakan, ia datang untuk berbai’at kepada Rasulullah saw.
Ia kemudian ingin diberi dispensasi dua syarat yang harus dinyatakan dalam syarat bai’at (janji setia). Ia mengatakan, “Terhadap dua hal itu, demi Allah aku tidak mampu melakukannya, yakni jihad dan shadaqah.” Basyir menjelaskan bahwa ia khawatir saat berjihad, lari membelakangi musuh dan mendapat murka Allah.Sedangkan terkait dengan shadaqah, ia katakan dirinya tidak mempunyai harta kecuali sedikit. Rasulullah saw lalu memegang tangannya dan bersabda, “Jika tanpa jihad dan tanpa shadaqah, jadi bagaimana engkau bisa masuk surga?” Akhirnya Basyir mengatakan, “Kalau demikian, aku berbai’at untuk semuanya.” 

Saudaraku,
Persiapan selanjutnya adalah ke sungguhan, keseriusan, yang terkumpul maknanya dalam kata jihad. Bagaimana kita bisa memiliki predikat mujahid bila kita tidak berjihad dalam arti tidak memiliki kesungguhan,
tidak memberikan secara optimal apa yang kita punya untuk Islam? Itulah yang melatarbelakangi perkatan Anas bin Nadhr menjelang perang Uhud, “Aku mencium bau surga di balik bukit uhud.” Ia kemudian maju ke medan perang dan gugur.

Saudaraku,
Yang menjadi tujuan bukan kematian itu, tetapi bagaimana substansi dari kematian dan bagaimana prosesnya. Ini bukanlah teori bunuh diri yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang kecewa dan terguncang jiwanya oleh problem hidup. Mati syahid juga bukan prilaku orang penakut yang dibunuh oleh ketakutannya
sendiri.

Sumber: Tarbawi

0 comments:

Post a Comment

Komentar anda