Setiap Kajian keislaman, referensinya adalah Al
Qur’an, untuk mendapatkan kepastian dengan
kebijakan Allah swt. Yakin itulah jalan untuk mencapai kebahagiaan.
Namun antara makhluk dengan sang khaliq dan ketetapanNya terdapat hijab-hijab
yang harus terus ditembus. Seperti ke sekolah
melalui proses tes agar terus naik kelas.
Setiap pribadi terus berupaya sekuat tenaga agar sekat
tersebut terus dibuka oleh Allah Swt. Syeikh
Muhammad Amin Al Kurdi dalam kitab Tanwirul Qulub meyakinkan keutamaan
menghadiri majelis ulama akhirat, seandainya ganjaran pahala (keutamaan) duduk di
majelis ulama diperlihatkan kepada semua manusia maka manusia itu akan saling
membunuh.
Lihat saja orang yang memperebutkan angpau atau antrian zakat. Lihat para
penggemar Band yang berdesakan membeli tiket. Mereka rela antri berjam-jam,
bahkan ada yang menginap untuk mendapatkan tempat terdepan. Mereka selakmenyelak,
hingga ada yang pingsan atau bahkan mati terinjak atau kehabisan oksigen.
Karena sangat yakin dengan apa yang akan mereka dapatkan.
Bagaimana jika disingkapkan ganjaran pahala duduk dimajelis yang nilainya tidak bisa
dibandingkan dengan angpau tadi? Subhanallah.
Hijab batin seperti karat katarak yang menutupi mata hati. Kebodohan, hasad dan
keburukan hati lainnya merupakan hijab ruhaniyah merupakan bentuk hijab batin.
Inilah yang menyebabkan Kemuliaan dan KeagunganNya tidak terungkap oleh
manusia. Kesat hati membuat sekat semakin menebal.
Jika tersingkap tirai, maka orang akan tergiur. Akan total merebutnya, sebagaimana
para sahabat Ra terhadap figur Muhammad saw. Setiap seruannya direspon dengan,
sebab hijab kerohanian para sahabat semakin tipis. Taat bukan karena terpaksa, tapi
karena ridha.
Dalam tarikh Islam disebutkan bahwa Abu Sofyan sebelum masuk Islam ia bertemu
dengan Kaisar Romawi, “Apakah engkau kenal dengan yang namanya Muhammad!”
Abu Sofyan menjawab “Itu saudaraku!” (Pertanyaan demi pertanyaan dijawab oleh
Abu Sofyan, semua ini disebutkan dalam Shahih Bukhari). Hingga Kaisar bertanya
kepadanya “Bagaimana sikap pengikutnya kepada Muhammad?” Abu Sofyan
menjawab “Aku belum pernah melihat suku atau kabilah yang pengikutnya memiliki
ketaatan, kecintaan, kesetiaan (loyalitas) habis-habisan kepada majikannya seperti
apa yang diperlihatkan pengikutnya kepada Muhammad!” Abu Sofyan saat itu adalah
musuh Islam, tapi jujur apa adanya mengungkapkan fakta.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Komentar anda
Like
Fan Page
Mengenai Saya
- Coretanqu
- Talang Jawa, Palembang/Sumatera Selatan, Indonesia
- aku adalah aku yang sekarang bukan aku yang terdahulu
Blogger news
Followers
Archive
Blogroll
Tayangan Ke
Entri Populer
-
Perasaan lahir dari sebuah pertemuan Berputik rindu di hati yang amat mendalam Mekar menyinar seluruh alam kehidupan Segar sentiasa ia dalam...
-
Pada waktu itu pertengahan 2007 saya ditunjuk menjadi sekretaris panitia MUBES Warga PBSID FKIP Unsyiah, saya juga disuruh membuatkan bros...
-
Asa Kerja dengan Cinta dan Harmoni Terasah rasa oleh cinta Terasah bahagia oleh asa Cinta bermuara pada bahagia Karena cinta be...
-
Buka Mata! Ubah Paradigma S ahabatku, mengapa ada pemuda yang gagal dalam hidupnya, tak jelas arah tujuannya dan merep...
-
Diwilayah Seunagan ( Jeuram ). Pimpinan wilayah Seunagan yang pertama yaitu : Teuku Johan Masa jabatan dipegang kira – kira 20 Tahun setela...
-
Jika melihat dari sisi medis, Sosiolog di Universitas of Texas, John Mirowsky, seperti dikutip dari Huffington Post, Senin (3/12), menyebut ...
-
Ketika ada seseorang yang kau cintai namun mengkhianati cintamu Bersyukurlah, itu mungkin cara Tuhan untuk memuliakanmu Yakinlah, Dia akan m...
-
Mendengar kata ‘Bahasa Jiwa’, memori kita akan mengingat sebuah album nasyid Bahasa Jiwa yang beredar pada Tahun 2002 milik team nasyid Mai...
-
Pertama: Jumlah raka’at shalat Id ada dua berdasarkan riwayat Umar radhiyallahu ‘anhu (yang artinya): “Shalat safar itu ada dua raka’at, s...
-
Betapa indah hidup yang terhubung ke langit Ketika ruhmu yang meronta-ronta rindu Kau pertemukan dengan Rabb Yang Maha Tahu Bagai tetes ...
0 comments:
Post a Comment