Friday, March 9, 2012

Menunda Kenikmatan, untuk Kenikmatan yang Sesaat


Alkisah ada seorang pemilik warung nasi yang baru mendapatkan keuntungan dari hasil warung nasi yang ia dirikan lima tahun lalu, berniat membeli mobil tua sesuai dengan anggaran yang ia miliki. Seluruh keuntungan yang ia kumpulkan selama lima tahun ia habiskan untuk membeli sebuah mobil tua yang ia lengkapi dengan ‘tape’ mobil dan dua ‘speakeraktif’ yang bagus. Baru beberapa bulan ia gunakan mobil tersebut, terlihat kesibukannya dalam mengurus warung nasi harus tersita gara-gara mobil tua yang baru saja ia beli dari seorang ‘rewel’ dan banyak yang harus ia perbaiki dan ganti. Satu persatu kelemahan dan kekurangan mobil itu mulai tampak seberti sebuah penyakit yang menjalar, dimulai dari businya, perapiannya, ban depan hingga mesin yang sering ‘ngadat’. Akhirnya setelah berjuta-juta Rupiah yang ia habiskan untuk memperbaiki kerusakan mobil tersebut, akhirnya ia menjualnya lagi dengan harga jauh lebih murah dari harga beli dulu. Dari harga Rp. 25 juta ia beli, hanya dapat dijual dengan harga Rp. 10 juta. Belum termasuk service yang ia lakukan.
Sahabat, cerita di atas mungkin adalah kisah yang pernah kita lihat atau mungkin kita dengar atau jangan-jangan kita pun pernah mengalaminya. Berharap untung dengan barang yang dibeli, murah namun ternyata kualitasnya jelek dan dalam beberapa hari sudah menyesal dan tidak ingin menggunakannya lagi.
Orang sukses yang sejati biasa menunda kenikmatannya untuk meraih kenikmatan yang lebih besar. Saat teman-temannya larut dalam budaya hedonis ia harus berkutak dengan kesibukan menambah kecakapanya dalam berbagai bidang dengan mengikuti pelatihan atau diklat untuk menambah skill profesinya, sambil memperluas jaringan usahanya. Saat teman-teman seangkatannya berdua-duaan dengan pacarnya, iapun berusaha untuk berdua-duanya dengan buku-buku tebal yang menunjang masa depannya. Saat orang seusianya senang menghabiskan uang orangtua, ia sibuk mandiri dan bertekad untuk tidak meminta apapun dari orang tuanya. Yakinilah prinsip ini “barang siapa yang berlelah-lelah di usia mudanya, maka ia akan menikmati kemudahan di usia tuanya.”      
(sumber: Jangan Belajar Kalo ngak Tau Caranya)

0 comments:

Post a Comment

Komentar anda