Thursday, March 29, 2012

Berdakwah Tiada Henti

Urwah Ibn Mas’ud Ats Tsaqafi datang menghadap Rasulullah saw menyampaikan kesiapan dirinya untuk berdakwah, menyebarkan Islam di tengah kaumnya, Bani Tsaqif di Thaif, “Ya Rasulallah, tugaskan saya untuk mendakwahi kaum saya, mengajak mereka memeluk Islam”.
Kondisi dakwah yang masih lemah, kecil, dan menjadi musuh bersama membuat  Rasulullah saw mengungkapkan kekhawatirannya. Rasulullah bersabda: “Saya takut, jika nanti mereka menolak, mengusir dan bahkan membunuhmu”. Sebagai pemimpin, Rasulullah saw merasa perlu melindungi keselamatan kader dakwah dari berbagai ancaman dan bahaya yang mungkin terjadi. Di mata Rasulullah saw kader dakwah adalah aset yang sangat berharga.
Urwah meyakinkan Rasulullah saw  bahwa dirinya adalah orang yang sangat disegani di tengah-tengah kaumnya. Sehingga kekhawatiran Rasulullah saw itu dapat dihapus, dan Urwah bisa mendapatkan tugas untuk berdakwah di tengah-tengah kaumnya dari Rasulullah saw. Urwah ibn Mas’ud berkata: “Ya Rasulallah, jika mereka mendapati saya sedang tidur, tidak akan ada satupun di antara mereka yang berani membangunkan saya”.
Kedudukan dan kehormatan Urwah ibn Mas’ud yang sangat tinggi di masyarakat diharapkan akan mampu menjadi modal berharga dalam menyebarkan Islam di tengah kaumnya. Posisi yang terhormat di masyarakat dapat berfungsi sabagai bumper untuk melindungi aktifis dakwah dari benturan-benturan sosial yang mungkin terjadi.
Dengan modal kedudukan dan kehormatan Urwah ibn Mas’ud itulah kemudian Rasulullah saw mengizinkan dan menugaskannya untuk mendakwahi kaumnya. Rasulullah saw bersabda, “Berangkatlah berdakwah, mengajak kaummu masuk Islam”.
Urwah ibn Mas’ud berangkat menuju kampungn halamannya, membawa cita-cita besar mengislamkan mereka, menunjuki kaumnya ke jalan Allah. Ketika sampai di kampung halaman, Urwah ibn Mas’ud melewati tempat berhala Latta dan Uzza yang menjadi kebanggaan dan simbol pemujaan Bani Tsaqif. Dengan geram Urwah ibn Mas’ud berjanji akan menghancurkan berhala-berhala itu. Ia berkata kepada Latta dan Uzza: “Besok pagi akan saya buat kalian hancur berantakan”.
Urwah mungkin berkesimpulan seperti yang pernah difahami oleh Nabi Ibrahim –alaihissalam- bahwa berhala-berhala itu yang menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Berdakwah adalah berijtihad menemukan penyebab masalah umat untuk mencari kemungkinan solusi yang cocok.
Bani Tsaqif yang mendengar ancaman itu bereaksi marah besar. Bagaimanapun juga Latta dan Uzza adalah simbul agama mereka. Urwah bin Mas’ud berusaha menjelaskan duduk perkara yang sesungguhnya kepada kaumnya. “Wahai Kaumku, Sesungguhnya Uzza tidak pernah memuliakan kalian semua, demikian juga Latta tidak akan pernah bisa menghindarkan kalian semua dari bahaya. Masuklah Islam, serahkan diri kepada Allah, maka kalian akan selamat”. Urwah menyerukan dakwahnya itu di hadapan kaumnya. Tiga kali ia kumandangkan seruan itu, tetapi kaumnya sudah tidak menghiraukan apalagi mengindahkannya.
Kedudukan Urwah bin Mas’ud yang mereka segani di masa lalu, hilang begitu saja dari hati kaumnya ketika ia dianggap telah meninggalkan agama nenek moyangnya dan telah berbeda agamanya. Kemarahan Bani Tsaqif karena berhala kebanggaannya dicela dan diserang telah membuat mereka memasang penutup hati dari apapun yang akan disampaikan oleh Urwah bin Mas’ud, dan bahkan melakukan serangan balik kepada Urwah bin Mas’ud. Mereka melempari Urwah bin Mas’ud dengan batu, hingga ada salah satu lemparan batu itu mengenai pelipisnya dan menyebabkan kematiannya.
Inilah tabiat umum manusia, bahkan tabiat makhluk hidup pada umumnya. Ketika mereka merasakan ada ancaman bahaya apalagi mendapatkan serangan maka mereka akan melakukan perlawanan. Dan dalam pertarungan terbuka seperti itu, kekuatan bathil yang dominan sering mengalahkan kebenaran yang masih asing.
Ketika berita kematian Urwah bin Mas’ud sampai ke telinga Rasulullah saw, Beliau berkomentar: “Apa yang telah terjadi pada Urwah bin Mas’ud, seperti yang pernah tejadi pada aktor dakwah di surah Yaa-siin”. Pembela dakwah itu terbunuh oleh kaumnya sendiri, dan ia dipersilahkan masuk surga. Dan aktifis dakwah itu tidak pernah berhenti berdakwah, ia terus mengajak kaumnya masuk Islam, meskipun ia telah gugur dan tidak lagi bersama dengan mereka:
“dikatakan (kepadanya): "Masuklah ke syurga"[1265]. ia berkata: "Alangkah baiknya Sekiranya kamumku mengetahui apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku Termasuk orang-orang yang dimuliakan". Wallahu a’lam bishshawab.
Sumber: Majalah Sabili No 3 TH XIX 10 November 2011.

0 comments:

Post a Comment

Komentar anda