pemilik
hotel. Kata Bang Jamal sich, pemilik hotel itu takut, takut kalau ada yang
bikin
gara-gara
dihotelnya. Jadi akhirnya Bang Jamal yang diminta perlindungannya.
Sungguh
memang ironis dinegara kita ini, para penegak hukumnya sudah tidak
lagi
dapat diandalkan sebagai penegak hukum yang sebenarnya. Hingga akhirnya
orangorang
yang
punya uang pun, lebih aman dijaga preman dan satpam. Setalah sering
bertemu,
akhirnya aku beranikan diri untuk mengajak Bang Jamal bikin kajian khusus
para
preman-preman. Luar biasa tanggapan bang Jamal, ternyata sangat menerima sekali
ajakanku
itu “ini yang ditunggu-tunggu dari dulu, jarang ada pengajian buat para
preman!”
ucap Bang Jamal saat itu.
Tiada
hal yang dapat menggembirakan hati ini, kecuali ajakan untuk berbuat baik
disambut
dengan kebaikan pula. Sejak saat itulah, aku sering mengisi kajian para
premanpreman.
Dan
akhirnya aku banyak tahu, nama-nama dari preman diwilayahku sendiri.
Lambat
laun kajian para preman yang aku adakan semakin ramai saja, karena para
preman
ini sering mengajak teman-teman preman lainnya untuk ikut ngaji juga. Beberapa
preman
yang masih baru mengikuti kajian, banyak yang canggung. Sehingga sesekali ada
celetukan
yang kadang jorok, lucu, atau bahkan mengharukan. Mengharukan, karena
ternyata
banyak para preman ini yang tidak dapat membaca Al Qur’an, “baca Al Qur’an!
La
wong baca koran aja susah kok” itulah celetukan menyayat hati. Dinegara
yang
katanya
sebagian besar umat Islam ini, ternyata tidak sedikit yang belum bisa membaca
Al
Qur’an. Tapi tertera dengan jelas di KTPnya (Kartu Tanda Penduduk), ISLAM.
“Jadi,
sebenarnya
yang benar ini, yang mana? Islam KTP apa KTPnya yang Islam. Kalau
Islam
KTP
sich masih punya identitas keIslamannya, nah kalo KTPnya yang Islam berarti
yang
Islam
itu?.” Gumamku dalam hati
Hari-hari
yang aku lalui dengan para preman, ini sungguh memberikan kesan
yang
tersendiri. Kesan yang membuatku kagum dengan semangat mereka, semangat yang
ingin
lepas dari jeratan syetan. Sungguh besar rahmat Allah, disaat banyak orang yang
menjauhi
agama Islam, tetapi mereka dengan berbondong-bondong belajar agama yang
haq ini, Islam. Mereka tidak merasa malu dengan keIslamannya, bahkan
hari demi hari
mereka
menjadi bangga dengan apa yang mereka peroleh.
Sejak
saat itu aku sering main kerumah bang Jamal, tak jarang pun bang Jamal
main-main
ketempat kosku. Beberapa teman-teman aktivis dakwah sempat kaget, dengan
jalinan
pertemananku dengan bang Jamal. Sampai-sampai Deni, dengan ceplas-ceplosnya
mengatakan
“Akh,
Khalid! Antum punya banyak binaan preman, kok gak disuruh untuk lebih
meningkatkan
keimanannya! Sehingga dandanan para preman itu menjadi lebih sopan
lagi”
“Sebenarnya,
gini Akh! Seseorang diberikan peringatan tidak harus langsung, kita harus
mengetahui
kadar keimanan dari seseorang yang akan kita beri peringatan. Ana takut,
kalau
ana memberikan peringatan yang keras kepada mereka, akhirnya menjadi lari
dengan
dakwah kita. Cukup tunjukkan perilaku kita saja, biar mereka meniru apa yang
kita
perbuat, dan tidak usah banyak berkata-kata! Karena sesungguhnya, Islam adalah
agama
prilaku! Maka berikan contoh, karena sesungguhnya contoh itu yang mudah untuk
ditiru.”
Memang ucapan Deni benar, tetapi suatu hal yang mendasar, yang diajarkan
Rasulullah
kepada umatnya adalah rasa kasih dan sayang serta memberikan peringatan
dengan
lemah lembut. Juga memberikan amanah kepada seseorang, dengan sesuai
tingkatan
keimanannya. Tidaklah seorang yang bijak, jika menyeruhkan kebenaran tetapi
dia
sendiri tidak melakukan. Tidaklah kebenaran itu akan terwujud, jika kebenaran
itu
hanya
berada pada ucapan-ucapan semata. Tidaklah ucapan-ucapan kebenaran akan
terwujud,
jika perilaku si pengucap menyimpang dari perkataan kebenarannya. Orang
bijaklah,
yang menyerukan tentang kebenaran, dan dia mengetahui kebenarannya serta
mengetahui
kadar iman dari seorang yang akan diserunya.
Hari
demi hari, pertemanan kami sangat dekat. Bang Jamal, sudah aku anggap
sebagai
kakakku sendiri. Sehingga rasa kekeluargaan kami terasa begitu kental. Istri
bang
Jamal,
mbak Surtini juga sudah mengikuti kajian ibu-ibu yang diadakan oleh teman
teman
akhwat kampusku. Apalagi Joko, putra bang Jamal ini lebih senang datang ke
kajian
dari pada pergi ke sekolah “sekolah itu bosenin, Ustad! Masa kerjanya cuman
belajar
melulu, nggak ada mainnya.” Itulah kata Joko saat aku tanya. Tapi memang, Joko
menjadi
anak yang lebih cepat menangkap pelajaran agama daripada pelajaran-pelajaran
yang
lainnya. “saya kan pengen kaya’ ustad Khalid!” akunya polos. Saat Joko
mengatakan
itu dengan polos, badan ini menjadi benar-benar bergetar. Beribu tanya
dihatiku
“apakah aku layak dijadikan contoh, bagi Joko?” sering juga bang Jamal
mengatakan
kepadaku, “Khalid, Joko benar-benar kagum dengan kamu! Sering aku tanya
tentang
cita-citanya, dia selalu berkata. “aku pengen jadi ustad. Kayak, ustad Khalid!”
aku
mohon jangan sampai kamu kecewakan Joko!.” Sungguh ucapan bang Jamal menjadi
cambuk
bagiku. Cambuk yang selalu mengingatkan aku, untuk selalu mendekatkan diri
pada
Allah Azza wa jalla.
Beberapa
kali saat aku mengisi kajian ditempat anak-anak yang kurang
beruntung.
Selalu ada semangat baru bagiku, untuk dapat meningkatkan kualitas mereka.
Terutama
kualitas dari pengetahuan agama mereka. Mungkin seperti itulah Allah,
memberikan
kenikmatan berdakwah padaku.
Saat
aku sedang mengisi kajian, aku didatangi oleh orang-orang yang tidak
dikenal.
Sesekali mereka menanyakan tentang data-data daerah kumuh ini pada salah satu
RT.
Setelah mereka mendapatkan data-datanya, mereka langsung pergi. Dan setelah itu
tak
lama muncul sebuah kegiatan kemanusian, berupa pembagian sembako dan alat-alat
masak
gratis. Dan anehnya kegiatan itu sangat mengetahui seluk beluk dari daerah
kumuh
ini. Sehingga mereka dengan leluasa membagikan sembakonya kepada penduduk.
Entah
dermawan mana yang membagikan sembako itu, yang aku harapkan tidak ada
maksud
yang lain selain kegiatan kemanusiaannya.
Pertama-tama
kegiatan pembagian sembako itu bersifat biasa-biasa saja, tetapi
lama
kelamaan kegiatan sembako menjadi kegiatan kajian rutin. Entah siapa yang
mengusulkan
kajian itu, tak pelak kajian keIslaman yang aku dan teman-teman adakan,
menjadi
sedikit peminatnya. Apalagi kajian ibu-ibu yang diselenggarakan oleh para
akhwat
kampus.
Saat
aku sedang mengadakan kajian rutin para preman, aku mencoba untuk
mengorek
beberapa keterangan tentang para dermawan-dermawan yang membagikan
sembako.
Dengan mengorek keterangan dari para preman, aku bisa leluasa mendapatkan
banyak
ketarangan yang sangat berharga.
“Bang
Jamal, tahu nggak kajian yang dilaksanakan setiap jum’at malam itu?” tanyaku
“Iya
saya tahu, Khalid!” jawab bang Jamal saat itu
“Saya
cuma ingin tahu, berapa banyak orang-orang yang datang disana?” tanyaku
“Sangat
banyak yang datang kesana, Khalid! Bahkan beberapa dari kita pun pindah ke
kajian
mereka” ucap bang Jamal
“Benar,
banyak sekali warga kita yang ikut kajian mereka! Kabarnya sich, orang-orang
0 comments:
Post a Comment