Tuesday, April 24, 2012

Bidadadri untuk Ikhwan Part # 3


pemilik hotel. Kata Bang Jamal sich, pemilik hotel itu takut, takut kalau ada yang bikin
gara-gara dihotelnya. Jadi akhirnya Bang Jamal yang diminta perlindungannya.
Sungguh memang ironis dinegara kita ini, para penegak hukumnya sudah tidak
lagi dapat diandalkan sebagai penegak hukum yang sebenarnya. Hingga akhirnya orangorang
yang punya uang pun, lebih aman dijaga preman dan satpam. Setalah sering
bertemu, akhirnya aku beranikan diri untuk mengajak Bang Jamal bikin kajian khusus
para preman-preman. Luar biasa tanggapan bang Jamal, ternyata sangat menerima sekali
ajakanku itu “ini yang ditunggu-tunggu dari dulu, jarang ada pengajian buat para
preman!” ucap Bang Jamal saat itu.
Tiada hal yang dapat menggembirakan hati ini, kecuali ajakan untuk berbuat baik
disambut dengan kebaikan pula. Sejak saat itulah, aku sering mengisi kajian para premanpreman.
Dan akhirnya aku banyak tahu, nama-nama dari preman diwilayahku sendiri.
Lambat laun kajian para preman yang aku adakan semakin ramai saja, karena para
preman ini sering mengajak teman-teman preman lainnya untuk ikut ngaji juga. Beberapa
preman yang masih baru mengikuti kajian, banyak yang canggung. Sehingga sesekali ada
celetukan yang kadang jorok, lucu, atau bahkan mengharukan. Mengharukan, karena
ternyata banyak para preman ini yang tidak dapat membaca Al Qur’an, “baca Al Qur’an!
La wong baca koran aja susah kok” itulah celetukan menyayat hati. Dinegara yang
katanya sebagian besar umat Islam ini, ternyata tidak sedikit yang belum bisa membaca
Al Qur’an. Tapi tertera dengan jelas di KTPnya (Kartu Tanda Penduduk), ISLAM. “Jadi,
sebenarnya yang benar ini, yang mana? Islam KTP apa KTPnya yang Islam. Kalau Islam
KTP sich masih punya identitas keIslamannya, nah kalo KTPnya yang Islam berarti yang
Islam itu?.” Gumamku dalam hati
Hari-hari yang aku lalui dengan para preman, ini sungguh memberikan kesan
yang tersendiri. Kesan yang membuatku kagum dengan semangat mereka, semangat yang
ingin lepas dari jeratan syetan. Sungguh besar rahmat Allah, disaat banyak orang yang
menjauhi agama Islam, tetapi mereka dengan berbondong-bondong belajar agama yang
haq ini, Islam. Mereka tidak merasa malu dengan keIslamannya, bahkan hari demi hari
mereka menjadi bangga dengan apa yang mereka peroleh.
Sejak saat itu aku sering main kerumah bang Jamal, tak jarang pun bang Jamal
main-main ketempat kosku. Beberapa teman-teman aktivis dakwah sempat kaget, dengan
jalinan pertemananku dengan bang Jamal. Sampai-sampai Deni, dengan ceplas-ceplosnya
mengatakan
“Akh, Khalid! Antum punya banyak binaan preman, kok gak disuruh untuk lebih
meningkatkan keimanannya! Sehingga dandanan para preman itu menjadi lebih sopan
lagi”
“Sebenarnya, gini Akh! Seseorang diberikan peringatan tidak harus langsung, kita harus
mengetahui kadar keimanan dari seseorang yang akan kita beri peringatan. Ana takut,
kalau ana memberikan peringatan yang keras kepada mereka, akhirnya menjadi lari
dengan dakwah kita. Cukup tunjukkan perilaku kita saja, biar mereka meniru apa yang
kita perbuat, dan tidak usah banyak berkata-kata! Karena sesungguhnya, Islam adalah
agama prilaku! Maka berikan contoh, karena sesungguhnya contoh itu yang mudah untuk
ditiru.” Memang ucapan Deni benar, tetapi suatu hal yang mendasar, yang diajarkan
Rasulullah kepada umatnya adalah rasa kasih dan sayang serta memberikan peringatan
dengan lemah lembut. Juga memberikan amanah kepada seseorang, dengan sesuai
tingkatan keimanannya. Tidaklah seorang yang bijak, jika menyeruhkan kebenaran tetapi
dia sendiri tidak melakukan. Tidaklah kebenaran itu akan terwujud, jika kebenaran itu
hanya berada pada ucapan-ucapan semata. Tidaklah ucapan-ucapan kebenaran akan
terwujud, jika perilaku si pengucap menyimpang dari perkataan kebenarannya. Orang
bijaklah, yang menyerukan tentang kebenaran, dan dia mengetahui kebenarannya serta
mengetahui kadar iman dari seorang yang akan diserunya.
Hari demi hari, pertemanan kami sangat dekat. Bang Jamal, sudah aku anggap
sebagai kakakku sendiri. Sehingga rasa kekeluargaan kami terasa begitu kental. Istri bang
Jamal, mbak Surtini juga sudah mengikuti kajian ibu-ibu yang diadakan oleh teman
teman akhwat kampusku. Apalagi Joko, putra bang Jamal ini lebih senang datang ke
kajian dari pada pergi ke sekolah “sekolah itu bosenin, Ustad! Masa kerjanya cuman
belajar melulu, nggak ada mainnya.” Itulah kata Joko saat aku tanya. Tapi memang, Joko
menjadi anak yang lebih cepat menangkap pelajaran agama daripada pelajaran-pelajaran
yang lainnya. “saya kan pengen kaya’ ustad Khalid!” akunya polos. Saat Joko
mengatakan itu dengan polos, badan ini menjadi benar-benar bergetar. Beribu tanya
dihatiku “apakah aku layak dijadikan contoh, bagi Joko?” sering juga bang Jamal
mengatakan kepadaku, “Khalid, Joko benar-benar kagum dengan kamu! Sering aku tanya
tentang cita-citanya, dia selalu berkata. “aku pengen jadi ustad. Kayak, ustad Khalid!”
aku mohon jangan sampai kamu kecewakan Joko!.” Sungguh ucapan bang Jamal menjadi
cambuk bagiku. Cambuk yang selalu mengingatkan aku, untuk selalu mendekatkan diri
pada Allah Azza wa jalla.
Beberapa kali saat aku mengisi kajian ditempat anak-anak yang kurang
beruntung. Selalu ada semangat baru bagiku, untuk dapat meningkatkan kualitas mereka.
Terutama kualitas dari pengetahuan agama mereka. Mungkin seperti itulah Allah,
memberikan kenikmatan berdakwah padaku.
Saat aku sedang mengisi kajian, aku didatangi oleh orang-orang yang tidak
dikenal. Sesekali mereka menanyakan tentang data-data daerah kumuh ini pada salah satu
RT. Setelah mereka mendapatkan data-datanya, mereka langsung pergi. Dan setelah itu
tak lama muncul sebuah kegiatan kemanusian, berupa pembagian sembako dan alat-alat
masak gratis. Dan anehnya kegiatan itu sangat mengetahui seluk beluk dari daerah
kumuh ini. Sehingga mereka dengan leluasa membagikan sembakonya kepada penduduk.
Entah dermawan mana yang membagikan sembako itu, yang aku harapkan tidak ada
maksud yang lain selain kegiatan kemanusiaannya.
Pertama-tama kegiatan pembagian sembako itu bersifat biasa-biasa saja, tetapi
lama kelamaan kegiatan sembako menjadi kegiatan kajian rutin. Entah siapa yang
mengusulkan kajian itu, tak pelak kajian keIslaman yang aku dan teman-teman adakan,
menjadi sedikit peminatnya. Apalagi kajian ibu-ibu yang diselenggarakan oleh para
akhwat kampus.
Saat aku sedang mengadakan kajian rutin para preman, aku mencoba untuk
mengorek beberapa keterangan tentang para dermawan-dermawan yang membagikan
sembako. Dengan mengorek keterangan dari para preman, aku bisa leluasa mendapatkan
banyak ketarangan yang sangat berharga.
“Bang Jamal, tahu nggak kajian yang dilaksanakan setiap jum’at malam itu?” tanyaku
“Iya saya tahu, Khalid!” jawab bang Jamal saat itu
“Saya cuma ingin tahu, berapa banyak orang-orang yang datang disana?” tanyaku
“Sangat banyak yang datang kesana, Khalid! Bahkan beberapa dari kita pun pindah ke
kajian mereka” ucap bang Jamal
“Benar, banyak sekali warga kita yang ikut kajian mereka! Kabarnya sich, orang-orang

0 comments:

Post a Comment

Komentar anda