Tuesday, December 20, 2011

Nasi Goreng Menangis

Prolog :



Bagi sebagian orang nasi goreng adalah masakan utama keempat bagi koki pemula setelah masak air, ceplok telor dan mie instan hehe (hayo ngaku :p)

Masakan sederhana yang menurutku setiap orang pasti bisa membuatnya, hanya saja pembedanya adalah cita rasanya..

Ini hanyalah sekedar cerpen nadzar yang pernah saya janjikan kemarin. Semoga ada hikmah yang dapat diambil yaaa… ^_^





Setiap hari,, nasi goreng selalu tersedia di meja mungil yang bernamakan meja makan, walaupun itu jauh dari apa yang disebut meja makan. Karena bukan meja mewah yang didampingi kursi-kursi di sebelahnya, tak ada juga menu empat sehat 5 sempurna seperti kebanyakan orang… Tak ada masakan ala koki restoran dengan hiasan-hiasan yang menawan. Di sana hanya tersedia nasi goreng dan teh manis saja.. Namun, suamiku tak pernah protes, dia selalu melahap habis nasi goreng yang kubuat.

Pernah aku tawarkan beberapa menu masakan yang kata orang, masakan ndeso.. seperti tumis kangkung, tumis jamur tiram, rebung atu bahkan sambal terasi..



“Abi.. nanti saya masakin ya tumis kangkung buat abi.. atau abi ada pesanan masakan lain?”

Dia menggeleng..

“Tak usah Umi,, nasi goreng saja..” jawabnya singkat..

“Tapi Bi, apa abi tak bosan tiap hari makan nasi goreng? Umi memang tak bisa masak masakan ala restoran mewah, namun umi masih bisa masak masakan lainnya.. Apa Abi sakit?”

Dia tersenyum sambil mendekatiku, memandang wajahku..

“Abi tidak sakit ko Umi, namun abi tak mau membuatmu kecapean dan repot mengurus menu harian abi..”

“Tapi itu kewajiban umi, memenuhi semua kebutuhan suami.. Umi jg ga merasa repot ko, cape wajar namanya juga kerja, ayolah Bi jangan buat umi merasa tak ada gunanya, merasa tak bisa mengurus abi..”

Aku terus mendesak dia.. Lagi-lagi dia tersenyum..

”Umi udah jadi istri yang baik ko..

Umi .. gaji abi belumlah seperti orang lain,, abi tak mau membuat umi pusing mengurus uang bulanan yang abi beri. Harga kebutuhan pokok semakin naik, sedangkan gaji abi masih segini.. Mungkin selama ini sebenarnya uang yang abi beri kurang, hanya saja umi ga ngasih tau abi..

Maafkan abi ya Mi belum bisa bahagiakan umi seperti istri orang lain. Belum bisa ajak jalan-jalan ke tempat wisata, belum bisa belikan barang-barang berharga dan mewah..”

Mendengar perkataan itu, tak terasa air mataku menetes.. Sungguh aku menikah dengannya hanya untuk ibadah, bukan untuk mendapatkan barang mewah. Kalaupun Allah beri rezeki lebih, ya alhamdulillah..

Setelah pamitan padaku, ia pun pergi bekerja..

Aku pandangi sosoknya yang perlahan lenyap seiring melajunya motor tua yang ia kendarai..

Ya Allah.. ridhoi setiap jengkal langkahnya mencari nafkah. Jaga ia dimanapun ia berada, lancarkan usahanya, jaga selalu imannya agar selalu mengingatMu. Kutitipkan suamiku padaMu, tolong jaga pangeranku..



Suamiku hanyalah kuli panggul di pasar, penghasilannya tak tentu.. Namun Alhamdulillah Allah selalu mencukupi kebutuhan kami meskipun hanya makan lauk seadanya. Sepulang dari pasar, ia mengajar mengaji anak-anak di mushola.. Semangat dan kegigihannya itulah yang membuatku jatuh cinta padanya meskipun kami hanya mengenal dekat sebulan saja.



Sebulan yang lalu…..



“Apakah kamu bersedia menjadi bidadari pengisi istana hatiku?” sebuah sms kuterima saat langit senja..

Deg.. jantungku berdegup kencang membacanya.. Sebuah sms yang kuterima dari lelaki yang sebulan ini baru aku kenal dari acara MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa) yang digelar organisasi keagamaan di mantan kampus tempatku mengenyam ilmu. Waktu itu, aku mendapat tugas untuk memberi tau rekan seperjuangan dan para alumni untuk hadir pada acara MABIT. Dari sanalah perkenalan kami dimulai..



“Kita belum pernah bertemu, darimana akang yakin untuk meminang saya?

Menikah bukanlah permainan puzzle, yang jika tak cocok bisa ditukar atau mencari kepingan yang lain. Pikirkan kembali.. saya bukan wanita sholehah seperti yang akang kira. Setelah lulus dari kampus, saya tak ikut organisasi keagamaan lainnya, saya bukan aktivis dakwah seperti wanita yang akang idamkan. Saya wanita biasa yang sedang belajar menggapai ridho Allah.. Keluarga saya juga bukanlah keluarga yang paham akan agama. Jika akang menikah dengan saya, maka akang akan mengemban tugas berat yakni membimbing saya dan keluarga saya.. Apa akang sanggup?”

Aku tak mau ia merasa ditipu, aku beberkan semua tentang keadaanku dan keluarga.. Terserah dia masih mau menikahiku atau tidak.

Lama tak ada balasan…

30 menit berlalu..

1 jam berlalu..

5 jam berlalu…

Ah kuyakin dia pasti mundur, sama dengan lelaki yang sebelumnya meminangku.. Biarlah, mungkin bukan jodoh. Aku juga hanya butuh lelaki yang benar-benar menerima aku dan keluarga apa adanya, yang sanggup membimbing keluargaku menjadi hamba Allah yang taat. Kucoret namanya dalam daftar lelaki di binderku.. Tak terhapus, tinta bolpoinku habis.. Ya sudahlah besok saja!





Keesokan harinya saat waktu Dhuha tiba, kulipat mukenaku perlahan..

Totoleot totoleot hapeku berbunyi, tanda sms masuk.. maklum hape jadul segede batu asahan heheh



“Nanti malam, aku akan datang bersama kedua orang tuaku. Persiapkan dirimu untuk menjadi Nyonya Ilyas..”

Hah? Sambil kaget aku layangkan sms padanya..

“Apa-apaan ini? Maksudnya apa?”

Aku memang rada galak pada lelaki yang seenaknya mengakui sebuah hubungan yang padahal kita tak ada hubungan apa-apa.

Totoleot totoleot..

Segera kuambil hpku..

“Oneng juga calon istriku ini hahahha

Aku telah tau dari tetangga, sahabat bahkan saudaramu tentang pribadimu..

Aku mau menerima kamu dan keluargamu apa adanya, dan Insya Allah kita akan berjuang bersama menuju ridho Allah. Aku menikah dengan manusia, bukan dengan malaikat. Manusia tak ada yang sempurna, dan aku mencintaimu bukan hanya karena kelebihanmu, namun karena kekuranganmu, agar kelak biar aku yang melengkapi kekuranganmu.”



Subhanallah… tak dapat berkata apa-apa, aku langsung sujud syukur saat itu juga. Aku langsung memberitahu ibu tentang kebahagiaanku ini. Dan beliaupun sama bahagianya denganku.. Ternyata kemarin dia tak balas sms, dia sedang mencari informasi tentang dirku secara diam-diam, sama halnya denganku yang juga menanyakan tentangnya pada saudara, tetangga dan sahabat-sahabatnya.

Terimakasih Ya Allah.. kau telah pertemukan aku dengan seorang lelaki berhati malaikat..

26 Juli 2010 menjadi saksi tertautnya hati kami, hari itu aku telah resmi menyandang gelar Nyonya Ilyas heheh



Nostalgiaku pun terhenti saat kuingat masih ada cucian menanti…









Sore hari…

Terdengar ketukan dan salam dari luar, ya suara khas suamiku..

Kubukakan pintu untuknya, ia pun duduk. Ku segera pergi ke dapur membawa segelas air putih untuknya.. Peluh di keningnya tak henti menetes..

“Abi.. air hangatnya udah tersedia di kamar mandi, nasi goreng kuningnya pun udah ada di meja makan..”



Ia tersenyum..

“Nanti setelah mandi, ada yang ingin abi sampaikan kepada umi..”

“Knapa ga sekarang aja Bi?” desakku..

“Rahasia dong… biar umi penasaran hehhehehe”

Mulai deh jailnya keluar , ah indahnya pacaran setelah pernikahan. Tak kan ada yang dapat menandingi keindahan pacaran setelah pernikahan. Semuanya fresh,, rayuannya fresh tidak kadaluarsa, sikap manisnya pun surprise. Dulu sebelum menikah, dia dangat pelit senyum pada wanita, ngomong pun seperlunya, malah terkesan SPJ (Singkat, Padat, Jelas), tapi sekarang ia sangat romantic dan selau tersenyum manis sekali padaku…



“Umi,, tadi abi ketemu pak ustadz tempat abi ngajar ngaji di pasar. Beliau menawarkan peluang abi ngajar di madrasah tempat saudaranya mengajar. Tapi tempatnya agak jauh dari kontrakan kita. Menurut umi bagaimana? Apa abi terima saja tawaran itu atau tolak?”

Aku terdiam sejenak..

“Kalau umi, terserah abi saja.. selagi pekerjaan itu halal dan nyaman buat abi, umi dukung..”

“Alhamdulillah.. ini rezeki dari Allah ya Mi.. Besok abi mulai kerja, tadi abi langsung ketemu dengan pemilik madrasahnya diantar Pak Ustadz”



Terimakasih Ya Allah Engkau telah beri pekerjaan yang lebih baik untuk suamiku, semoga Engkau meridhoi..







Seminggu..

Sebulan..

Tiga bulan..

Suamiku mengajar di madrasah, alhamdulilah kehidupan perekonomian keluarga kami sedikit demi sedikit terangkat. Namun, meskipun demikian, nasi goreng kuning tetap jadi menu harian favoritnya. Hanya saja bedanya, sekarang sudah ada tambahan pada bahan untuk membuat nasi gorengnya yakni ditambah nudget ayam dan sosis.. Nasi goreng kuning memang makanan favorit suamiku, saat orang lain suka nasi goreng berwarna cokelat karena guyuran kecap, dia malah melarangku menggunakan kecap, dan sebagai penggantinya ialah kunyit.. Jadi, seperti nasi uduk goreng hehe





Enam bulan mengajar di madrasah…

Suamiku mulai sering menginap di kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya, ia sekarang tak hnay menjadi pengajar namun juga dipercaya untuk mengurus kurikulum sekolah. Kadang pulang pun langsung tidur. Nasi goreng kuning tetap tersaji sampai esok hari, malah tak jarang menjadi basi..

Karena pagi pun ia sekarang jarang sarapan, angsung berangkat pagi-pagi buta..

Aku sedih melihat perubahan suamiku.. Nasi goreng buatanku tak pernah dimakan lagi..

Namun meskipun begitu, aku yakin dia masih mencintaiku, hanya saja dia sangat sibuk dan cape.. Aku coba memahami kondisinya sekarang.

Malam itu, saat suamiku tertidur.. ku pergi ke dapur untuk membuat nasi goreng kuning suamiku. Namun ada yang berbeda, dulu saat aku meracik bumbu sampai tersaji nasi goreng, ia selalu menemaniku dan duduk di pojok dapur. Sesekali ia menggodaku,, wah Husna Quinn lagi masak nih.. pipiku langsung merona bahagia. Dulu aku sering menangis karena uap bawang yang kuiris, kini bukan uap bawang yang membuatku menangis, tapi air mata kesedihan.. Aku rindu kebersamaan dengan suamiku..



Sreet..

Sebuah sapu tangan berwarna biru milikku disodorkan sebuah tangan. Aku langsung membalikkan badan, ternyata suamiku… ia terbangun mendengar suara talenan beradau dengan pisau.



“Maafkan abi ya umi akhir-akhir ini abi jarang menemanimu masak. Maafkan juga karena nasi goreng umi selalu terlewat abi makan.. Abi benar-benar sibuk hingga melupakan bidadari abi ini.” Ia mengusap air mataku..

“Tak apa abi, umi saja yang cengeng, mestinya umi lebih pengertian akan kondisi abi sekarang, beda dengan yang dulu. Abi kerja untuk menafkahi umi juga.. Umi lah yang harusnya minta maaf..”

“Mulai besok, nasi goreng kuning nya masukin misting ya Mi, biar abi bisa makan di kantor.. Sekarang umi duduk yang cantik ya, sekarang giliran abi yang buatkan nasi goreng khusus untuk umi.. Mulai saat ini, tak ka nada lagi nasi goreng menangis tapi yang ada nasi goreng cinta hehehhee”



Ah romantisnya suamiku,, malam ini adalah malam terindah untukku..

Ya Rabb.. andai ini mimpi, jangan bangunkan aku. Andai ini nyata, aku mohon kokohkan cinta kami dengan ridho darimu…





Note : Mengapa saya bawa nama Ilyas?

saya hanya terinspirasi dari pasangan Husna dan Ilyas dalam Ketika Cinta Bertasbih..

Mengapa saya bawa tanggal pernikahan mereka 26 Juli? Karena itu tanggal lahir saya..



Alhamdulillah… terbayar sudah nadzarku,, terimakasih Ya Allah telah mempermudah..

Cerpen ini untuk kalian semua para penikmat nasi goreng, terutama untuk yang sangat suka sekali nasi goreng kuning… ^_^

Makasih untuk abang dan ayuk ku, Abang Muzakkir Seulanga beserta istrinya Ayuk Rani Saputri, cerpen ini terinpirasi dari keindahan cinta kalian..

Semoga langgeng dan cepat dapat momongan yaaaaaaaaaaaaaaaaa….. hehheheheh

Semoga terhibur dan memberi inspirasi..

Mohon maaf kalau salah tag.. :)

0 comments:

Post a Comment

Komentar anda